Untuk mendeteksi COVID-19, diperlukan pemeriksaan yang disebut PCR dan rapid test. Kedua jenis pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi virus Corona atau tidak. Namun, apa yang membedakan kedua jenis pemeriksaan tersebut?

Jika Anda memiliki gejala COVID-19, seperti demam, batuk, dan sesak napas, disarankan untuk segera memeriksakan diri ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan COVID-19.

Memahami Perbedaan PCR, Rapid Test Antigen, dan Rapid Test Antibodi dalam Pemeriksaan COVID-19 - Alodokter

Bila Anda memerlukan pemeriksaan COVID-19, klik tautan di bawah ini agar Anda dapat diarahkan ke fasilitas kesehatan terdekat:

Di rumah sakit, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menelusuri apakah Anda pernah kontak dengan pasien COVID-19 dalam jangka waktu 2 minggu terakhir. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa rapid test dan PCR untuk mendiagnosis COVID-19.

Seputar Tes PCR dan Rapid Test

Tes PCR dan rapid test digunakan sebagai cara untuk mendeteksi virus Corona di dalam tubuh. Bagi Anda yang belum tahu mengenai tes PCR dan rapid test, berikut ini adalah penjelasan singkatnya:

Tes Polymerase Chain Reaction (PCR)

Tes PCR adalah jenis pemeriksaan untuk mendeteksi pola genetik (DNA dan RNA) dari suatu sel, kuman, atau virus, termasuk virus Corona (SARS-CoV-2). Hingga saat ini, tes PCR merupakan tes yang direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk mendiagnosis COVID-19.

Tingkat akurasi tes PCR cukup tinggi, tetapi pemeriksaan ini membutuhkan waktu yang cukup lama hingga hasilnya keluar, yaitu sekitar 1–7 hari.

Tes PCR umumnya perlu dilakukan pada orang yang mengalami gejala COVID-19, seperti batuk, pilek, demam, terganggunya indra penciuman, serta sesak napas, khususnya jika orang tersebut memiliki riwayat kontak dengan pasien terkonfirmasi COVID-19.

Rapid test

Selain tes PCR, rapid test juga kerap digunakan sebagai pemeriksaan awal atau skrining COVID-19. Sesuai namanya, hasil rapid test bisa langsung diketahui dalam waktu yang singkat, biasanya hanya sekitar beberapa menit atau paling lama 1 jam untuk menunggu hasil pemeriksaan keluar.

Hingga saat ini, terdapat dua jenis rapid test yang dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan virus Corona di dalam tubuh pasien, yaitu:

Rapid test antigen

Antigen merupakan suatu zat atau benda asing, misalnya racun, kuman, atau virus, yang dapat masuk ke dalam tubuh. Sebagian antigen dapat dianggap berbahaya oleh tubuh, sehingga memicu sistem imunitas untuk membentuk zat kekebalan tubuh (antibodi). Reaksi ini merupakan bentuk pertahanan alami tubuh untuk mencegah terjadinya penyakit.

Virus Corona yang masuk ke dalam tubuh akan terdeteksi sebagai antigen oleh sistem imunitas. Antigen ini juga dapat dideteksi melalui pemeriksaan rapid test antigen.

Rapid test antigen untuk virus Corona dilakukan dengan mengambil sampel lendir dari hidung atau tenggorokan melalui proses swab. Untuk memberikan hasil yang lebih akurat, pemeriksaan rapid test antigen perlu dilakukan paling lambat 5 hari setelah munculnya gejala COVID-19.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan rapid test antigen virus Corona memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan rapid test antibodi. Akan tetapi, pemeriksaan rapid test antigen dinilai belum seakurat tes PCR untuk mendiagnosis COVID-19.

Rapid test antibodi

Antigen, termasuk virus Corona, yang masuk ke dalam tubuh dapat terdeteksi oleh sistem imunitas tubuh. Setelah antigen terdeteksi, sistem imun akan memproduksi antibodi untuk memusnahkannya. Keberadaan antibodi untuk membasmi virus Corona bisa dideteksi melalui rapid test antibodi.

Jenis rapid test untuk COVID-19 ini merupakan jenis rapid test yang paling awal muncul. Sayangnya, tes ini memiliki tingkat akurasi yang rendah dalam mendeteksi keberadaan virus Corona di dalam tubuh. Inilah sebabnya rapid test antibodi tidak layak digunakan sebagai metode pemeriksaan untuk mendiagnosis penyakit COVID-19.

Hasil pemeriksaan rapid test antibodi untuk COVID-19 dibaca sebagai reaktif (positif) dan nonreaktif (negatif).

Saat ini, rapid test antigen dan antibodi sudah tersedia di Indonesia. Berdasarkan tingkat ketepatan pemeriksaan, metode pemeriksaan yang dinilai paling akurat untuk mendeteksi keberadaan virus Corona di dalam tubuh adalah rapid test antigen dan tes PCR.

Perbedaan Tes PCR, Rapid Test Antigen, dan Rapid Test Antibodi

Meski saling terkait, pemeriksaan rapid test dan tes PCR merupakan jenis pemeriksaan yang berbeda. Berikut ini adalah beberapa perbedaan antara tes PCR, rapid test antigen, dan rapid test antibodi untuk mendeteksi virus Corona:

1. Lama waktu pemeriksaan

Hasil pemeriksaan rapid test, baik jenis antigen maupun antibodi, membutuhkan waktu yang cukup singkat, yaitu sekitar 30–60 menit. Sementara itu, prosedur tes PCR membutuhkan waktu paling cepat sekitar 1 hari.

Namun, karena begitu banyaknya sampel yang harus diperiksa sementara ketersediaan alat ini terbatas, kadang dibutuhkan waktu hingga sekitar 1 minggu.

2. Tingkat akurasi

Pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi keberadaan virus Corona yang paling akurat adalah tes PCR dengan tingkat akurasi mencapai 80–90%, sedangkan rapid test antigen memiliki tingkat akurasi sedikit di bawah tes PCR.

Rapid test antibodi merupakan pemeriksaan dengan tingkat akurasi paling rendah, yaitu hanya sekitar 18%. Oleh karena itu, diagnosis COVID-19 umumnya baru dapat dipastikan melalui pemeriksaan fisik dan PCR dari dokter. Sementara itu, rapid test dinilai belum layak dilakukan sebagai metode pemeriksaan COVID-19.

3. Sampel yang digunakan

Tes PCR dan rapid test antigen menggunakan sampel lendir dari hidung atau tenggorokan yang diambil melalui proses swab. Pemeriksaan PCR kumur juga bisa dilakukan dengan menggunakan sampel cairan saliva yang didapatkan dengan cara kumur menggunakan larutan saline (garam). Pemeriksaan PCR saliva dengan mengumpulkan cairan saliva juga sedang dikembangkan sebagai alteranatif untuk mendeteksi COVID-19.

Sementara itu, pemeriksaan rapid test antibodi menggunakan sampel darah yang diambil dari ujung jari atau pembuluh darah.

4. Tarif pemeriksaan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan batas tarif rapid test, yaitu maksimal Rp150.000 untuk rapid test antibodi dan maksimal Rp 275.000 untuk rapid test antigen.

Sementara itu, harga tes PCR masih bervariasi, tetapi pemerintah telah menetapkan batas maksimal harga tes PCR di rumah sakit atau laboratorium klinik sebesar kurang lebih Rp900.000.

Bila Anda masih memiliki pertanyaan seputar perbedaan antara pemeriksaan PCR dan rapid test, Anda bisa bertanya langsung kepada dokter langsung melalui aplikasi ALODOKTER.

Di aplikasi ini, Anda bisa chat langsung chat dengan dokter atau membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit apabila Anda memerlukan pemeriksaan langsung.