Rapid test antigen adalah pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan kuman tertentu di dalam tubuh seseorang secara cepat. Rapid test antigen umumnya hanya dilakukan untuk skrining penyakit, bukan untuk diagnosis penyakit.

Antigen adalah zat asing yang dapat memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk reaksi perlawanan berupa antibodi. Antigen biasanya berasal dari luar tubuh (heteroantigen), misalnya dari bakteri atau virus. Keberadaan antigen dari bakteri atau virus tertentu di dalam tubuh menandakan adanya infeksi.

Rapid Test Antigen, Ini yang Harus Anda Ketahui - Alodokter

Tes rapid antigen bertujuan untuk mendeteksi antigen tersebut. Tes ini dilakukan dengan cara memeriksa sampel darah, serta lendir hidung atau tenggorokan.

Tujuan dan Indikasi Rapid Test Antigen

Tes rapid antigen umumnya dilakukan pada pasien yang diduga menderita penyakit berikut ini:

  • COVID-19
  • Influenza
  • Malaria
  • Infeksi bakteri Streptococcus
  • Hepatitis B
  • Demam berdarah dengue (DBD), yaitu dengue virus nonstructural protein 1 test (tes DNS1 atau NS1)

Dalam deteksi dini COVID-19, rapid test antigen juga bisa dilakukan pada orang yang tidak mengalami gejala apa pun tetapi memiliki faktor-faktor berikut:

  • Melakukan kontak dekat dengan seseorang yang diduga menderita COVID-19
  • Berencana menjalani pengobatan atau perawatan di rumah sakit
  • Bekerja di area yang tidak memungkinkan protokol kesehatan secara optimal
  • Bekerja di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya

Peringatan dan Larangan Rapid Test Antigen

Sebelum menjalani tes rapid antigen, ada beberapa hal yang harus diketahui, yaitu:

  • Hasil rapid test antigen dapat terpengaruh oleh cara pengambilan sampel, cara penanganan sampel sebelum dites, dan alat tes yang digunakan
  • Hasil tes rapid antigen tidak selalu akurat, bisa berupa positif palsu atau negatif palsu
  • Untuk memastikan diagnosis adanya infeksi, hasil rapid test antigen harus diikuti oleh pemeriksaan lain, seperti RT-PCR, kultur mikroorganisme (kultur darah atau dahak), atau tes rapid antibodi

Sebelum Rapid Test Antigen

Tidak ada persiapan khusus dalam pemeriksaan rapid test antigen. Namun, pasien perlu memberi tahu dokter jika sedang mengalami gejala COVID-19 atau infeksi virus lain.

Jika sampel yang akan diteliti diambil dari hidung, dokter akan meminta pasien untuk mengeluarkan ingus atau lendir dari hidung sebelum pemeriksaan dilakukan.

Prosedur Rapid Test Antigen

Proses yang dilakukan oleh dokter dalam prosedur rapid test antigen tergantung pada sampel yang digunakan. Sampel dapat berupa lendir yang diambil dengan proses swab dari hidung, tenggorokan, atau bagian tubuh lain. Bisa juga berupa darah yang diambil melalui tusukan jarum ke ujung jari.

Berikut ini adalah tahapan yang akan dilakukan dokter pada tes rapid antigen yang menggunakan sampel lendir tenggorokan:

  • Meminta pasien untuk membuang ingus dari hidung bila sampel yang diperlukan berupa lendir hidung
  • Meminta pasien untuk mendongakkan kepala sehingga memudahkan proses pengambilan sampel lendir
  • Meminta pasien membuka mulut selebar mungkin jika pengambilan sampel dilakukan melalui mulut
  • Memasukkan alat swab yang menyerupai cotton bud panjang ke hidung atau mulut
  • Mendorong alat swab hingga ke nasofaring, yaitu bagian atas tenggorokan yang terletak di belakang hidung
  • Memutar atau menggerakkan alat swab sekitar 15 detik agar lendir di nasofaring menempel pada alat
  • Menarik alat swab dari hidung atau mulut secara perlahan

Sementara pada tes rapid antigen yang menggunakan sampel darah dari ujung jari pasien (finger prick), dokter akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

  • Membersihkan ujung jari pasien dengan alkohol
  • Menusukkan alat khusus berjarum ke ujung jari pasien
  • Menekan ujung jari pasien yang telah dilukai hingga darah dari luka tersebut menetes ke alat rapid test
  • Meneteskan cairan pendeteksi antigen (reagen) ke alat rapid test yang sebelumnya telah ditetesi sampel darah pasien

Pada tes rapid antigen yang menggunakan sampel darah dari lengan, dokter akan melakukan pengambilan sampel darah dengan cara berikut:

  • Meminta pasien untuk duduk dan menggulung lengan baju agar bagian dalam siku terlihat
  • Mengikat lengan untuk memperlambat aliran darah sehingga pembuluh vena lebih terlihat jelas dan darah mudah diambil
  • Membersihkan area pengambilan sampel dengan tisu atau kapas beralkohol
  • Menusukkan jarum suntik untuk mengambil sampel darah
  • Memasukkan sampel darah yang diambil ke tabung khusus untuk kemudian diperiksa di laboratorium
  • Melepas ikatan pada lengan dan menekan bekas suntikan, lalu menutupnya dengan plester

Setelah Rapid Test Antigen

Pasien dapat langsung mengetahui hasil rapid test antigen sekitar 15 menit setelah tes selesai dilakukan. Hasil rapid antigen bisa berupa positif, yaitu terdeteksi adanya antigen; atau negatif, yaitu tidak terdeteksi adanya antigen.

Pasien yang mendapatkan hasil tes rapid antigen positif akan disarankan untuk:

  • Menjalani pemeriksaan lanjutan untuk mendapatkan diagnosis yang lebih akurat
  • Mengonsumsi obat-obatan sesuai saran dari dokter, baik untuk mengobati penyakit, meredakan gejala, maupun mencegah komplikasi
  • Melakukan isolasi mandiri jika disarankan oleh dokter
  • Memeriksakan diri kembali ke dokter bila gejala memburuk

Komplikasi atau Efek Samping Rapid Test Antigen

Pemeriksaan rapid test antigen sangat jarang menimbulkan efek samping atau komplikasi serius. Pasien mungkin hanya akan merasa sedikit tidak nyaman ketika alat swab masuk ke dalam hidung dan tenggorokan, atau merasa sedikit nyeri saat jarum ditusukkan ke ujung jari.

Perlu diketahui bahwa hasil tes rapid antigen bisa positif palsu atau negatif palsu. Positif palsu berarti tes menunjukkan hasil positif, padahal tidak ada antigen di dalam sampel yang diperiksa. Sebaliknya, negatif palsu menunjukkan hasil negatif, padahal ada antigen di dalam sampel yang diperiksa.

Hasil negatif palsu bisa membuat pasien lengah untuk melakukan pencegahan penyebaran penyakit, sedangkan hasil positif palsu bisa membuat pasien cemas akan kesehatannya. Oleh karena itu, pasien disarankan untuk tidak menyimpulkan hasil rapid test antigen sebagai diagnosis tanpa konfirmasi dari dokter.