Erosi serviks adalah kondisi ketika sel-sel dan jaringan yang seharusnya melapisi bagian dalam leher rahim atau serviks, tumbuh di bagian luar serviks. Kondisi ini bisa menyebabkan serviks tampak kemerahan dan meradang. Meski demikian, kebanyakan kasus erosi serviks tidak menimbulkan gejala.  

Erosi serviks atau yang disebut juga dengan ektropion serviks cukup umum terjadi pada wanita yang sedang memasuki masa subur. Kondisi ini biasanya tidak berbahaya dan bukanlah pertanda dari penyakit tertentu, misalnya kanker serviks.

Penyebab Erosi Serviks dan Penanganannya - Alodokter

 

Meski begitu, jika Anda memiliki gejala yang mengganggu, misalnya nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah, nyeri saat atau setelah berhubungan intim, atau perdarahan vagina, hal tersebut sebaiknya tetap diperiksakan ke dokter untuk memastikan apa penyebabnya.

Penyebab Erosi Serviks

Penyebab paling umum dari timbulnya erosi serviks adalah perubahan hormon dan peningkatan hormon estrogen. Kondisi ini umumnya terjadi pada wanita di masa pubertas, kehamilan, atau telah mengonsumsi pil KB yang mengandung estrogen.

Tak hanya itu, sebagian kasus erosi serviks bisa juga terjadi pada wanita karena faktor bawaan lahir atau genetik.

Bahkan, beberapa penelitian telah menemukan bahwa wanita yang mengalami infeksi menular seksual, seperti klamidia dan infeksi HPV, akan lebih rentan untuk mengalami erosi serviks. Namun, hal ini masih membutuhkan penelitian lanjut.

Berbagai Gejala dan Tanda Erosi Serviks

Sebagian besar wanita dengan erosi serviks tidak mengalami gejala. Jika ada, gejalanya bisa berupa:

  • Keputihan
  • Keluar bercak darah yang tidak normal, yaitu saat sedang tidak menstruasi
  • Perdarahan selama atau setelah melakukan hubungan seksual
  • Sakit saat berhubungan seksual atau setelahnya

Tak hanya itu, erosi serviks juga bisa menyebabkan wanita untuk mengalami nyeri atau perdarahan setelah atau selama pemeriksaan pap smear.

Cara Penanganan Erosi Serviks

Meski erosi serviks cenderung tidak berbahaya, kondisi ini tetap tidak boleh disepelekan. Pasalnya, erosi serviks bisa juga muncul akibat dari masalah kesehatan tertentu, seperti infeksi, fibroid atau polip, endometriosis, efek samping KB spiral, dan kanker rahim atau kanker serviks.

Untuk memastikan penyebabnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang yang terdiri dari:

  • Pap smear, yaitu tindakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya sel-sel abnormal yang dapat berkembang menjadi kanker
  • Kolposkopi, yaitu tindakan pemeriksaan serviks lebih dekat menggunakan pencahayaan terang dan alat pembesar
  • Biopsi, yaitu tindakan pengambilan sampel jaringan kecil untuk diuji terkait dugaan sel kanker

Sebagian besar kasus erosi serviks dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan apa pun. Terutama pada erosi serviks yang disebabkan oleh kehamilan, kondisi ini biasanya akan hilang setelah bayi lahir. Begitu juga pada kasus erosi serviks yang disebabkan oleh efek samping alat kontrasepsi, seperti pil KB atau KB spiral.

Namun, bila kondisi ini menimbulkan gejala yang mengganggu dan berkelanjutan, Anda mungkin akan memerlukan penanganan dari dokter. Berikut adalah beberapa langkah penanganan erosi serviks yang bisa dilakukan dokter:

Pemberian obat-obatan

Jika erosi serviks disebabkan oleh infeksi atau penyakit menular seksual, dokter bisa memberikan pengobatan, seperti antibiotik. Sementara itu, untuk mengobati HPV, khususnya yang sudah menyebabkan kutil di sekitar vagina atau serviks, dokter bisa memberikan obat antivirus dan melakukan pembedahan.

Operasi

Jika erosi serviks sudah menimbulkan gangguan yang berat pada serviks atau dicurigai sebagai kanker, dokter bisa melakukan tindakan kauterisasi atau bedah listrik untuk mengatasi kondisi tersebut.

Selain itu, dokter juga bisa melakukan prosedur lain untuk mengatasi erosi serviks, seperti pembedahan konvensional atau bedah beku (cryosurgery).

Tentu sebelum melakukan pengobatan, Anda akan diberi anestesi lokal (bius) agar tidak merasakan sakit saat diberi tindakan. Begitu pun setelah pengobatan, Anda mungkin akan dianjurkan dokter untuk tidak berhubungan intim dan menggunakan tampon selama sekitar 4 minggu guna mencegah infeksi.

Erosi serviks umumnya tidak berbahaya dan tidak selalu perlu diobati. Namun, jika sudah muncul keluhan yang mengganggu, seperti keputihan yang berbau atau perdarahan dari vagina, sebaiknya periksakan diri ke dokter. Setelah penyebab keluhan tersebut diketahui, dokter dapat memberikan pengobatan yang sesuai.