Plasenta anterior adalah kondisi di mana plasenta menempel pada bagian depan dinding rahim. Kondisi ini biasanya terdeteksi melalui pemeriksaan USG selama kehamilan dan bukanlah kondisi berbahaya. Meski demikian, ibu hamil tetap perlu memeriksakan kehamilan secara rutin ke dokter agar dapat menjalani kehamilan dengan aman dan nyaman.

Plasenta normalnya berkembang di bagian atas, belakang, atau samping rahim. Namun, pada kasus plasenta anterior, plasenta berada di bagian depan rahim, tepat di belakang dinding perut ibu. 

Plasenta Anterior, Ini Pengaruhnya pada Kehamilan - Alodokter

Penyebab terjadinya plasenta anterior belum diketahui secara pasti. Namun, dinding depan rahim tetap bisa menjadi tempat menempelnya sel telur yang telah dibuahi, lalu berkembang menjadi plasenta.

Dampak Plasenta Anterior pada Kehamilan

Plasenta anterior umumnya tidak berbahaya untuk ibu maupun janin. Namun, satu hal yang perlu Bunda ketahui, plasenta anterior akan berdampak pada kehamilan. Berikut beberapa dampak plasenta anterior pada kehamilan: 

1. Kurang bisa merasakan gerakan janin

Pada kehamilan dengan plasenta anterior, gerakan bayi akan sulit dirasakan terutama saat kehamilan masih memasuki trimester kedua. 

Hal ini terjadi karena plasenta yang menempel di bagian depan rahim berfungsi seperti bantalan yang menyerap sebagian besar getaran atau tendangan yang dilakukan janin. Akibatnya, tendangan atau gerakan janin terasa lebih lemah atau samar dari biasanya. 

2. Sulit mendeteksi suara detak jantung janin

Saat melakukan USG Doppler, dokter dan ibu hamil biasanya akan bisa mendengar atau mendeteksi suara detak jantung janin. Namun, jika ibu hamil mengalami plasenta anterior, suara detak jantung janin bisa terdengar lebih pelan, tidak sejelas biasanya, atau bahkan memerlukan waktu lebih lama untuk dapat dideteksi.

Hal ini karena posisi plasenta yang berada di depan rahim menjadi ‘penghalang’ antara alat Doppler dan janin, sehingga gelombang suara dari alat tersebut tidak langsung mengenai bayi. Walaupun demikian, kondisi ini bukan berarti detak jantung janin bermasalah ya, Bumil. 

3. Sulit melakukan tes amniosentesis

Tes amniosentesis adalah prosedur medis untuk mengambil sampel cairan ketuban guna mengecek kesehatan atau mendeteksi kelainan pada janin. 

Nah, bila ibu hamil mengalami plasenta anterior, hal itu bisa menyulitkan pengambilan sampel cairan ketuban. Ini karena jarum yang digunakan untuk mengambil sampel dapat berisiko mengenai plasenta.

Oleh karena itu, proses pengambilan sampel ini akan dilakukan dengan lebih hati-hati oleh dokter dengan menggunakan USG secara real-time agar jarum bisa menghindari plasenta sehingga prosedur tetap aman.

4. Posisi janin saat persalinan

Plasenta anterior umumnya tidak memengaruhi posisi janin dalam rahim. Namun, karena plasenta berada di depan, dokter mungkin membutuhkan pengawasan ekstra untuk memastikan kepala bayi berada di posisi yang tepat saat mendekati waktu persalinan. 

Selain itu, posisi plasenta yang menutupi sebagian rahim juga dapat menyulitkan dokter memeriksa posisi bayi melalui perabaan pada dinding perut. Oleh sebab itu, pemeriksaan USG akan lebih sering dilakukan agar persiapan persalinan dapat berjalan dengan baik.

5. Potensi perdarahan saat persalinan

Risiko perdarahan pada ibu hamil dengan plasenta anterior sebenarnya kecil. Namun, apabila plasenta anterior juga berada sangat dekat dengan mulut rahim atau disebut plasenta letak rendah, risiko terjadinya perdarahan bisa meningkat terutama saat persalinan terjadi.

Jika kondisi ini ditemukan, dokter akan memantau secara ketat melalui pemeriksaan rutin dan USG, serta memberikan arahan khusus agar persalinan berlangsung aman. Jika terjadi perdarahan menjelang atau selama persalinan, penanganan medis harus segera diberikan.

Tips Menjaga Kehamilan dengan Plasenta Anterior

Agar kehamilan tetap sehat dan aman meski plasenta berada di posisi anterior, berikut beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan:

1. Rutin kontrol ke dokter kandungan

Pemeriksaan rutin sangat penting, apalagi pada kehamilan dengan plasenta anterior. Dokter akan memantau perkembangan plasenta dan janin, serta memastikan tidak ada komplikasi, seperti perdarahan atau penurunan jumlah gerakan janin. 

Pemeriksaan USG dapat dilakukan sesuai jadwal yang diberikan oleh dokter agar kesehatan ibu dan bayi selalu terjamin.

2. Perhatikan gerakan janin

Meskipun gerakan bayi mungkin terasa lebih samar, ibu hamil dianjurkan untuk tetap memperhatikan pola atau frekuensi pergerakan janin setiap hari. 

Bila gerakan bayi tiba-tiba jauh berkurang, tidak terasa selama beberapa jam, atau berbeda dari biasanya, segera konsultasikan ke dokter. Pencatatan gerakan janin setiap hari bisa membantu dokter menilai kondisi kesehatan janin.

3. Hindari aktivitas berat

Ibu hamil yang mengalami plasenta anterior juga sebaiknya tidak melakukan aktivitas yang berisiko, seperti mengangkat beban berat, melakukan gerakan tiba-tiba, atau olahraga ekstrem. Pasalnya, aktivitas-aktivitas ini dapat memberi tekanan ekstra pada perut dan meningkatkan risiko terjadinya cedera atau perdarahan.

4. Hati-hati terhadap benturan

Karena plasenta melekat di bagian depan rahim, perut ibu hamil akan menjadi lebih rentan terhadap benturan. Oleh karena itu, pastikan selalu berhati-hati saat beraktivitas, hindari tempat ramai yang berpotensi menyebabkan perut terbentur, dan selalu gunakan sabuk pengaman dengan benar saat bepergian menggunakan kendaraan.

Plasenta anterior memang terdengar menyeramkan, tapi kondisi ini tidak menyebabkan gangguan serius selama ibu menjalani anjuran dokter dan selalu memeriksakan kehamilan secara rutin kok. 

Namun, jika muncul keluhan, seperti perdarahan, keluar cairan tidak biasa, kontraksi dini atau kram berat, serta gerakan janin sangat berkurang, jangan ragu Chat Bersama Dokter di aplikasi ALODOKTER untuk mendapatkan jawaban cepat dari tenaga medis terpercaya. Bila dokter menyarankan pemeriksaan langsung, gunakan fitur Buat Janji Konsultasi di aplikasi ALODOKTER.