Refleks moro adalah reaksi terkejut pada bayi yang dapat dipicu oleh gerakan tiba-tiba, suara keras, atau cahaya yang terlalu terang. Respons ini tergolong normal terjadi pada bayi sampai usia 5 bulan.  

Refleks moro atau refleks kejut merupakan salah satu refleks bayi baru lahir yang menandakan perkembangan otak dan sistem saraf yang sehat. Respons ini biasanya mulai terlihat sejak bayi berusia 8–12 minggu. Memasuki usia antara 2 hingga 5 bulan, refleks moro akan berkurang dan perlahan-lahan menghilang.

Refleks Moro, Kenali Tanda dan Kondisi yang Memengaruhinya - Alodokter

Sebagai salah satu tahapan perkembangan bayi, refleks moro perlu diperhatikan perkembangannya. Jika melihat gerakan refleks yang tidak biasa atau refleks berlangsung sangat lama, orang tua perlu waspada akan kemungkinan adanya gangguan pada bayi. 

Tanda Refleks Moro 

Refleks moro dapat terjadi saat bayi merasa seolah-olah akan jatuh. Misalnya, ketika orang tua membaringkan bayi ke tempat tidur atau mengangkatnya kembali. Refleks ini merupakan bentuk pertahanan diri bayi yang terjadi secara spontan saat ada perubahan situasi yang mendadak. 

Saat terjadi refleks moro, biasanya bayi akan spontan merentangkan kedua tangan dan kakinya, meregangkan jari-jari tangan, serta menunjukkan ekspresi wajah terkejut. Terkadang, refleks ini juga disertai dengan tangisan yang kencang. Setelah itu, ia akan menarik kembali kedua tangan dan kakinya dengan cepat dan kembali relaks. 

Refleks moro juga sering kali digunakan sebagai salah satu pemeriksaan oleh dokter atau bidan untuk mengevaluasi perkembangan sistem saraf dan kekuatan otot bayi.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, refleks ini hanya berlangsung sementara. Pada umumnya, refleks moro akan menghilang saat bayi mencapai usia 6 bulan karena sistem saraf dan kemampuan motoriknya sudah berkembang dengan lebih baik. 

Kondisi yang Memengaruhi Refleks Moro 

Bila refleks moro berlanjut hingga usia bayi di atas 6 bulan, bayi mungkin dapat merasa takut atau cemas berlebihan terhadap cahaya, suara, sentuhan, gerakan, atau suhu. Akibatnya, hormon kortisol meningkat dan menyebabkan bayi mengalami stres.

Jika biarkan begitu saja, kondisi ini juga dapat mengganggu konsentrasi dan emosinya seiring bertambahnya usia. Bahkan, hal ini dapat memengaruhi kemampuan belajarnya, termasuk membaca dan menulis, serta menjadikannya anak yang sensitif dan mudah marah. 

Selain itu, gangguan pada refleks moro erat kaitannya dengan gangguan saraf dan bisa dipicu oleh beberapa kondisi, seperti: 

1. Kelahiran prematur

Perkembangan refleks moro bisa berbeda pada bayi prematur. Bayi yang lahir prematur umumnya memiliki otot-otot yang lebih lemah dan sistem saraf yang belum berkembang dengan sempurna. Jadi, bayi prematur bisa memiliki refleks moro lebih lama dari bayi yang lahir cukup bulan. 

2. Cedera 

Gangguan refleks moro bayi bisa disebabkan oleh cedera pada tulang, termasuk tulang selangka atau tulang bahu. Cedera bisa memengaruhi jaringan saraf yang mengontrol pergerakan otot dan menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan pada sisi saraf yang terkena. Akibatnya, refleks moro terjadi pada satu sisi tubuh bayi saja. 

3. Hiperrefleksia

Pada beberapa kasus, gerakan refleks moro bisa terjadi secara berlebihan sampai membuat tubuh bayi gemetar atau tremor dan kaku, serta sesak napas. Kondisi yang disebut hiperrefleksia ini perlu mendapatkan pemeriksaan serta pengobatan dari dokter. 

4. Cerebral palsy spastik

Cerebral palsy spastik adalah gangguan pada perkembangan otot dan gerak tubuh akibat adanya kerusakan otak. Kondisi ini bisa dipicu oleh infeksi saat kehamilan, komplikasi persalinan, atau kecelakaan. 

Bayi dengan cerebral palsy spastik memiliki masalah pada kemampuan motorik, sehingga mengganggu refleks moro. Umumnya, gerakan refleksnya akan menjadi lebih kaku atau tersentak-sentak dan berlangsung sampai usianya di atas 6 bulan.

Mengingat pentingnya refleks moro, orang tua tidak perlu khawatir jika mendapati bayi yang sering kaget. Respons ini tergolong normal dialami oleh bayi dan akan menghilang seiring bertambahnya usia.

Jika Si Kecil sering mengalami refleks moro saat Anda menaruhnya di tempat tidur, cobalah baringkan ia secara perlahan dan usahakan tubuhnya tetap dekat di dalam gendongan sampai punggungnya menyentuh tempat tidur.

Si Kecil juga boleh dipakaikan bedong agar ia merasa lebih nyaman dan tidak mudah kaget saat tubuhnya terkena sentuhan. Pastikan untuk membedong bayi tidak terlalu ketat supaya Si Kecil tidak merasa sesak.

Jika refleks moro pada Si Kecil terjadi di satu sisi saja, berlangsung sampai usia di atas 6 bulan, gerakannya kaku atau seperti kejang, atau justru tidak ada sama sekali sejak ia lahir, sebaiknya bawa Si Kecil ke dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan guna memastikan penyebabnya dan memberikan penanganan bila diperlukan.