Relapse adalah kambuhnya gangguan mental setelah sebelumnya sudah menjalani masa pemulihan. Kondisi ini bisa terjadi di berbagai masalah kejiwaan, tetapi sering kali dialami oleh penderita gangguan adiksi atau kecanduan. Sebelum relapse, seseorang akan mengalami tanda peringatan yang penting untuk disadari.

Dalam konteks kesehatan mental, relapse berarti kambuhnya gejala gangguan mental setelah sebelumnya sudah sempat membaik. Relapse juga bisa mengacu pada keadaan ketika seseorang kembali menggunakan zat adiktif, seperti narkoba, rokok, atau alkohol, setelah mencoba berhenti. Tidak hanya pada adiksi zat tertentu, relapse juga bisa terjadi pada gangguan adiksi lain, seperti PMO, belanja, atau judi.

Relapse, Kenali Pemicu, Tahapan Gejala, dan Cara Menghadapinya - Alodokter

Relapse bisa berbahaya bagi pecandu yang sudah lama tidak menyalahgunakan zat adiktif, terutama narkoba. Pasalnya, pecandu narkoba yang dalam masa pemulihan kemungkinan besar akan kehilangan toleransi terhadap zat adiktif tersebut. Akibatnya, memakai zat adiktif sesuai jumlah yang dulu dikonsumsi sangat berisiko menyebabkan overdosis.

Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda peringatan relapse agar penderitanya mendapatkan perawatan secepat mungkin untuk bisa sembuh sepenuhnya.

Faktor Pemicu Relapse

Relapse dapat terjadi karena masalah kesehatan mental atau bahkan stres dalam hidup yang tidak ditangani dengan baik. Hal ini bisa terjadi ketika penderita gangguan adiksi merasa sudah “sembuh”, sehingga beranggapan bahwa kondisinya sudah tidak perlu mendapatkan penanganan. 

Padahal, gangguan adiksi dapat membuat perubahan dalam kinerja otak serta zat kimia otak (neurotransmitter) yang mengatur pola pikir, mood, emosi, dan perilaku. Bahkan, pada penderita adiksi yang sudah parah, perubahan pada otak ini bisa saja bersifat permanen. 

Inilah yang bisa membuat seorang pecandu mengalami dorongan kuat untuk ingin kembali menggunakan narkoba, alkohol, atau rokok, maupun melakukan aktivitas yang menjadi candu.

Selain itu, berikut ini adalah beberapa faktor pemicu relapse lainnya:

  • Ketaatan yang kurang dalam menjalani program rehabilitasi dan pemulihan
  • Kesulitan memperoleh bantuan dari ahli kejiwaan, misalnya karena kurangnya sarana dan fasilitas kesehatan mental
  • Coping mechanism yang buruk
  • Kurangnya motivasi
  • Tidak adanya dukungan sosial
  • Kesepian
  • Stigma sosial dari orang sekitar dan masyarakat

Mengenal Fase Relapse dan Tanda-Tandanya

Relapse bukanlah suatu kejadian yang muncul secara tiba-tiba, melainkan bisa terjadi dari beberapa minggu hingga beberapa bulan. Relapse sebenarnya hal yang normal dialami seseorang yang sedang dalam masa pemulihan. Namun, dorongan untuk mencari dan menggunakan atau melakukan hal yang membuat kecanduan tetap perlu dikontrol agar perilaku adiksi bisa terkendali.

Sebelum memahami cara mencegah dan menghadapi relapse, penting untuk terlebih dahulu mengenali fase beserta tanda-tanda relapse berikut ini:

Emotional relapse

Perubahan emosional menjadi tanda awal relapse akan terjadi. Pada tahap ini, penderita gangguan adiksi yang sebelumnya sudah stabil mungkin akan merasa stres, mood swing, atau tertekan. Lalu, dorongan untuk ingin menggunakan narkoba atau alkohol guna mengatasi perubahan emosinya pelan-pelan muncul kembali.

Hal ini bisa jadi makin parah jika ia tidak memiliki support system atau hal positif dalam hidup yang bisa dijadikan sebagai coping mechanism.

Mental relapse

Pada tahap ini, penderita akan mulai berpikir untuk mengulang kebiasaan buruknya, misalnya menyalahgunakan narkoba atau alkohol. Bahkan, ia mungkin merindukan dan mencari orang-orang atau tempat yang berkaitan dengan kebiasaan buruk tersebut.

Bisa dibilang, tahap kedua ini adalah masa perjuangan batin bagi seseorang yang sedang dalam masa pemulihan. Ia mungkin ingin tetap melanjutkan pemulihan, tetapi di saat yang sama ia juga ingin kembali merasakan kenikmatan yang didapatkan dari hal yang memicu kecanduannya.

Physical relapse

Jika dorongan yang muncul dalam mental relapse tidak terkontrol, seseorang bisa memasuki tahap physical relapse. Pada tahap ini, seseorang telah benar-benar kambuh dan melakukan kembali kebiasaan buruknya dulu.

Dalam konteks penyalahgunaan narkoba, mengonsumsi zat tersebut hanya 1 kali dapat menyebabkan keinginan yang kuat untuk terus menggunakannya hingga berisiko mengalami overdosis.

Oleh karena itu, menyadari tanda-tanda awal relapse dan mengambil langkah perawatan yang tepat sesegera mungkin sangat penting dilakukan.

Cara Menghadapi Relapse

Saat masa relapse, tidak sedikit orang yang merasa bahwa ia gagal dalam proses pemulihan. Banyak juga yang mungkin memilih menyerah dan beranggapan bahwa sembuh total adalah hal yang terlalu sulit untuk dicapai.

Perlu dipahami, mengalami relapse bukan berarti penderita gagal dalam menjalani perawatan. Relapse menandakan bahwa ia membutuhkan bantuan agar bisa lepas dari belenggu yang selama ini menjadi beban. 

Untuk menghadapi relapse sekaligus mencegah gangguan adiksi kembali terjadi atau makin parah, inilah beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  • Segera dapatkan pertolongan dari psikiater maupun psikolog.
  • Kenali apa penyebab pemicu relapse dan sebisa mungkin hindari paparan terhadap situasi pemicu.
  • Temukan coping mechanism yang positif, misalnya traveling, hiking, atau berolahraga.
  • Batasi hubungan atau jaga jarak dengan orang-orang yang berpotensi mendorong kembali ke perilaku adiksi sebelumnya. 
  • Cari circle yang positif dan bisa menerima kondisi diri dengan terbuka 
  • Berikan motivasi bagi diri sendiri agar bisa senantiasa bersemangat dalam menjalani pemulihan.

Menjalani kehidupan sebagai seseorang yang memiliki gangguan adiksi memang tidak mudah. Ketika relapse, hal ini bisa menjadi perjuangan tersendiri yang begitu berat. Namun, ia tidak perlu menjalaninya sendiri, kok. Relapse hanyalah satu fase dalam hidup dan hal ini bisa dilalui, asalkan ia mendapatkan pertolongan yang tepat.

Dalam konteks penyalahgunaan narkoba atau kecanduan alkohol, sembuh sepenuhnya berarti seorang pecandu telah menemukan cara yang lebih sehat untuk mengatasi masalahnya, sehingga narkoba atau alkohol tidak lagi berpengaruh di dalam hidupnya.

Pulih juga berarti tentang bersyukur atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidup. Daripada terlalu berfokus pada hal salah yang sudah dilakukan atau menyesali apa yang sudah terjadi, lebih baik menerima dan memperbaikinya satu per satu. Tidak harus diperbaiki dengan cepat, perlahan-lahan pun tidak masalah asal tetap fokus terhadap pemulihan.

Dalam jangka panjang, pecandu yang menerima dan berusaha untuk mencoba lagi setelah relapse lebih mungkin untuk “sembuh” seumur hidup.

Jika ada orang terdekat Anda atau Anda sendiri yang mengalami relapse, baik itu terkait dengan kondisi kesehatan mental, fisik, maupun kecanduan zat adiktif, sebaiknya konsultasikan ke dokter atau psikolog melalui Chat Bersama Dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

Sebenarnya, menyadari bahwa diri sendiri membutuhkan pertolongan sudah menjadi tanda bahwa Anda benar-benar ingin sembuh.