Represi adalah salah satu bentuk pertahanan diri (defense mechanism) dengan cara menekan emosi, ingatan, atau perasaan buruk secara tidak sadar. Tujuan utama dari pertahanan ini adalah untuk meminimalisir perasaan bersalah dan gelisah yang muncul dalam kesadaran.
Represi pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud. Menurutnya, bentuk mekanisme pertahanan yang satu ini efektif untuk menekan emosi negatif, tetapi bisa mengganggu kesehatan mental di masa yang akan datang.
Meskipun emosi negatif berhasil ditekan melalui represi, kenangan dan perasaan buruk sebenarnya tidak benar-benar hilang, melainkan hanya tidak hadir di dalam kesadaran. Bahkan, apa yang ditekan oleh alam bawah sadar bisa muncul kembali dalam bentuk dan waktu yang lain.
Represi dan Cara Kerjanya
Untuk memahami bagaimana represi bekerja, penting untuk melihat bagaimana Sigmund Freud memandang pikiran manusia. Baginya, setiap individu memiliki 3 wilayah kesadaran, yakni alam bawah sadar, pra-sadar, dan kesadaran.
Alam bawah sadar merupakan wilayah yang tidak bisa diakses tetapi berperan besar dalam membentuk kepribadian. Oleh karena itu, semua yang terjadi di alam bawah sadar dapat memengaruhi berbagai macam bentuk perilaku.
Represi pada dasarnya terjadi ketika alam bawah sadar menekan emosi negatif agar emosi tersebut tidak muncul ke dalam kesadaran. Karena represi terjadi di alam bawah sadar, Anda tidak bisa mengingat atau menyadari pikiran atau pengalaman yang mengganggu tersebut. Meskipun begitu, perasaan yang berkaitan dengannya tetap bisa dirasakan.
Selain karena pengalaman buruk di masa lalu, represi juga bisa terjadi ketika suatu emosi dianggap sebagai perilaku yang tidak bisa diterima secara sosial dan budaya. Dengan begitu, emosi tersebut akan direpresi, alih-alih diterima dan diekspresikan.
Represi dan Ciri-Cirinya
Ada banyak bentuk represi yang bisa Anda alami. Kondisi ini umumnya berasal dari pengalaman masa lalu yang pahit dan tidak mengenakkan. Pengalaman-pengalaman itu ditekan secara tak sadar di alam bawah sadar sehingga yang tersisa hanyalah perilaku-perilaku tertentu.
Berikut ini adalah ciri-ciri represi yang umum terjadi:
- Menghindari berbagai bentuk hubungan sosial karena memiliki trauma tertentu di masa lalu
- Memiliki fobia terhadap hal-hal tertentu
- Mengalami kesalahan dalam berbicara tanpa disadari (Freudian Slips)
- Menghindari topik atau situasi tertentu
- Mengalami stres
- Mencari distraksi terus-menerus, baik melalui kerja ataupun hobi
- Merasa kesulitan mengidentifikasi perasaan
- Merasa gelisah, sedih, dan tidak nyaman tanpa mengetahui sumber perasaan tersebut
Represi dan Dampaknya Bagi Kesehatan Mental
Represi memang efektif untuk menekan emosi negatif, tetapi pertahanan diri ini tidak baik untuk kesehatan mental dalam jangka waktu yang panjang. Pasalnya, emosi negatif yang ditekan dapat muncul kembali dalam bentuk yang lain di masa mendatang, seperti kecemasan, stres, dan depresi.
Selain itu, gangguan mental yang terjadi akibat represi juga bisa menimbulkan gangguan fisik, seperti mudah lelah, gangguan pencernaan, dan gangguan tidur. Bahkan, terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa represi bisa menurunkan sistem kekebalan tubuh.
Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk melihat alasan di balik setiap perilaku yang mengindikasikan represi. Bersikap menerima dan mengakui sesuatu yang direpresi merupakan hal yang penting bagi kesehatan mental Anda.
Anda bisa memulainya dengan bersikap terbuka kepada orang terdekat atau meminta bantuan kepada psikiater. Hal ini penting untuk menerima dan memproses emosi yang kerap direpresi.