Penyebab depresi sampai saat ini masih dalam penelitian. Namun, kondisi ini diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik, ketidakseimbangan zat kimia otak, serta perubahan hormon. 

Depresi dapat terjadi pada siapa saja, mulai dari anak-anak hingga lansia. Meski begitu, gangguan mental ini lebih sering dialami oleh orang dewasa.

Faktor Risiko Depresi yang Perlu Diketahui

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi:

1. Menderita penyakit kronis atau serius

Individu yang menderita penyakit kronis maupun serius, seperti kanker, stroke, diabetes, atau HIV/AIDS, memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi. Penyebabnya bukan hanya karena sakit yang berlangsung lama, tetapi juga perubahan pada fisik yang membuat aktivitas sehari-hari menjadi terbatas.

Tekanan emosional akibat pengobatan jangka panjang atau menghadapi kemungkinan komplikasi juga dapat menimbulkan stres berat. 

Selain itu, gangguan pada fungsi tubuh, seperti kesulitan mengenali wajah orang lain (prosopagnosia), juga dapat menyebabkan kesulitan beradaptasi dan meningkatkan risiko terjadinya depresi.

2. Menderita gangguan mental lain

Orang yang sudah pernah mengalami penyakit mental, seperti gangguan kecemasan atau gangguan makan, lebih berisiko mengalami depresi. Hal ini karena penyakit mental dapat mengubah cara otak dalam mengatur emosi, pikiran, dan perilaku sehari-hari.

Sebagai contoh, penderita gangguan kecemasan sering kali merasa khawatir berlebihan, yang lama-kelamaan bisa menimbulkan rasa lelah secara emosional dan berujung pada depresi. 

Begitu juga pada gangguan makan, pola makan yang tidak sehat dapat memperburuk kondisi psikologis. Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya depresi.

3. Memiliki kepribadian tertentu

Orang dengan tipe kepribadian tertentu dinilai lebih mudah mengalami depresi. Misalnya, mereka yang sering merasa rendah diri, kurang percaya diri, atau selalu merasa tidak cukup baik. 

Sifat perfeksionis, yaitu selalu menuntut kesempurnaan dan mudah menyalahkan diri sendiri ketika gagal, juga bisa membuat tekanan batin makin berat hingga mengakibatkan depresi.

Tidak hanya itu, mereka yang terlalu bergantung pada pendapat atau kehadiran orang lain, cenderung lebih mudah mengalami depresi ketika harus menghadapi tantangan. Hal ini juga bisa terjadi pada individu yang selalu pesimis atau sulit melihat sisi positif dari suatu masalah.

4. Menerapkan standar hidup yang terlalu tinggi

Memiliki harapan besar dalam hidup adalah hal yang wajar, tetapi jika standar yang ditetapkan terlalu tinggi, hal ini justru bisa menimbulkan tekanan. Misalnya, seseorang merasa harus selalu sukses dalam pekerjaan, nilai akademis, atau hubungan pribadi, tanpa boleh sedikit pun gagal.

Ketika kenyataan tidak sesuai harapan, rasa kecewa bisa berubah menjadi stres yang berkepanjangan. Contohnya adalah duck syndrome, yang sering ditemukan pada remaja. Jika tidak diatasi, kondisi ini dapat memicu timbulnya depresi.

5. Mengalami perubahan besar dalam hidup

Perubahan besar dalam hidup, apalagi yang terjadi secara tiba-tiba, bisa menjadi pemicu depresi. Contohnya, pensiun setelah bertahun-tahun bekerja atau dikenal dengan post power syndrome, pindah ke lingkungan baru, perceraian, kehilangan pekerjaan, atau kematian orang terdekat.

Berbagai peristiwa tersebut sering membuat seseorang merasa kehilangan peran, tujuan, atau dukungan sosial. Akibatnya, muncul perasaan hampa, tidak dibutuhkan, atau kehilangan makna hidup. Jika dibiarkan berlarut, kondisi ini bisa berkembang menjadi depresi, terutama bila orang tersebut tidak memiliki pendukung di sekitarnya.

6. Menderita ketergantungan alkohol atau narkoba

Kecanduan alkohol atau penyalahgunaan narkoba sering kali dilakukan untuk melarikan diri dari masalah, mengurangi stres, atau menenangkan kecemasan. Namun, efek tersebut hanya bersifat sementara. 

Dalam jangka panjang, kecanduan alkohol atau penyalahgunaan NAPZA justru dapat mengganggu fungsi otak dan merusak keseimbangan zat kimia yang mengatur suasana hati. Kondisi ini membuat seseorang makin rentan mengalami depresi. 

Selain itu, ketergantungan alkohol atau narkoba dapat menimbulkan konflik dengan keluarga maupun lingkungan, menurunkan kualitas hidup, bahkan memperburuk masalah kesehatan mental yang sudah ada.

7. Menggunakan obat-obat tertentu

Beberapa obat dapat menyebabkan efek samping berupa gangguan suasana hati atau depresi. Obat tersebut, misalnya obat tidur, antikejang, antihipertensi, kortikosteroid, atau kontrasepsi hormonal.

Orang yang mengalami perubahan mood mungkin merasa sangat sedih, kehilangan semangat, mudah tersinggung, atau mengalami gangguan tidur. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kondisi psikologis saat mulai mengonsumsi obat baru.

Jika ada perubahan suasana hati yang mengganggu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter agar bisa dievaluasi dan dicarikan alternatif pengobatan yang lebih sesuai.

8. Memiliki keluarga yang juga menderita depresi

Seseorang yang memiliki keluarga, baik orang tua atau saudara kandung dengan depresi atau gangguan mental lain cenderung berisiko lebih tinggi mengalami kondisi yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik serta kebiasaan berpikir dan pola perilaku yang terbentuk dalam keluarga.

Meski begitu, faktor keturunan saja biasanya belum cukup untuk menyebabkan depresi. Diperlukan pemicu lain, seperti stres berat, tekanan batin, perubahan besar dalam hidup, atau hubungan sedarah

Dengan kata lain, meski ada riwayat keluarga, depresi tetap bisa dicegah dengan pola hidup sehat, dukungan sosial yang baik, dan penanganan stres yang tepat.

9. Menjalani pola makan yang tidak sehat

Kebiasaan jarang makan buah, sayuran, atau ikan, bisa mengganggu kesehatan otak maupun keseimbangan hormon yang mengatur suasana hati. Jika pola makan tidak sehat berlangsung lama, risiko terjadinya depresi akan makin meningkat.

Oleh karena itu, biasakan untuk tidak diet terlalu ketat, perbanyak konsumsi sayuran dan buah, serta tidak melewatkan makan. Menjaga pola makan sehat dan teratur dapat menjadi upaya sederhana untuk mendukung kesehatan mental.

Penting untuk diingat bahwa depresi dapat terjadi pada siapa saja, dan banyak faktor yang berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini. 

Jika Anda memiliki satu atau lebih faktor risiko di atas dan mulai merasakan gejala depresi, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ke dokter. Agar aman dan mudah, Anda bisa konsultasi dari mana saja lewat Chat Bersama Dokter.