Di Indonesia, kondom masih sering dianggap tabu untuk dibicarakan, termasuk juga edukasi seksual. Sosialisasi kondom dianggap mendorong hubungan seksual pranikah di kalangan remaja. Padahal, sosialisasi penggunaan kondom sangat penting untuk mencegah penularan HIV/AIDS dan penyakit menular seksual lainnya.

Hasil survei yang dilakukan Alodokter pada hampir 6000 pengguna aplikasi Alodokter menunjukkan bahwa mayoritas responden, yaitu sebanyak 59%, menilai sosialisasi kondom pada remaja sangat bermanfaat. Sedangkan hanya 19% menilai sosialisasi ini tidak begitu bermanfaat, sisanya sekitar 22% menganggap sosialisasi ini tidak ada manfaatnya sama sekali.

Sebanyak 59% Masyarakat Indonesia Setuju Sosialisasi Kondom pada Remaja - Alodokter

Pentingnya Edukasi Seksual pada Remaja

Sosialisasi dan edukasi seksual dianjurkan untuk diberikan pada remaja di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mengajak seluruh negara melakukan edukasi seksual, mengingat risiko penularan HIV/AIDS dan penyakit menular seksual di kalangan remaja masih sangat tinggi. Bagi mereka yang berisiko, edukasi seksual merupakan solusi utama untuk mencegah penularan HIV/AIDS.

Menurut data Organisasi Anak Dunia (UNICEF), terdapat sekitar 2,1 juta remaja berusia 15-19 tahun yang positif terinfeksi HIV/AIDS pada tahun 2016. Dari data tersebut, sekitar 1,2 juta di antaranya merupakan remaja perempuan dan 900 ribu lainnya remaja laki-laki. Sumber yang sama juga mengungkap bahwa sekitar 55 ribu remaja berusia 10-19 tahun meninggal dunia akibat HIV/AIDS.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 mengungkap, pengetahuan remaja mengenai kegunaan kondom mengalami penurunan. Pada remaja yang sudah menuju dewasa muda, berpendidikan lebih tinggi, dan tinggal di daerah perkotaan cenderung setuju dengan penggunaan kondom untuk mencegah kehamilan, HIV/AIDS, dan penyakit menular seksual lainnya.

Edukasi seksual pada remaja sangat penting untuk dilakukan, karena secara psikologis, remaja sangat tertarik untuk melakukan hal-hal baru. Jika tidak dibimbing dengan baik, remaja bisa terjerumus ke hal-hal yang negatif. Misalnya, melakukan hubungan seks bebas, sehingga merusak masa depannya.

Selain mencegah HIV/AIDS dan penyakit menular seksual, edukasi seks pada remaja juga bertujuan untuk menyadarkan risiko seks bebas. Pengetahuan seksual ini juga bisa menjadi bekal bagi para remaja ketika mereka berumah tangga suatu saat nanti. Sebab, hubungan suami istri yang sehat juga bisa membantu menciptakan keharmonisan di dalam sebuah keluarga.

Melindungi Generasi Muda

Pada dasarnya, tujuan utama sosialisasi penggunaan kondom pada remaja adalah untuk memberikan informasi dan edukasi seksual, bukan membagi-bagikan kondom secara gratis, apalagi mendukung kegiatan seks pranikah.

Terdapat banyak kekhawatiran edukasi seksual dapat mendorong remaja untuk berhubungan seks. Namun sebenarnya, kegiatan ini merupakan gerakan bersama untuk melindungi generasi muda. Faktanya, edukasi seksual efektif menurunkan tingkat hubungan seks di kalangan remaja, juga angka kejadian penyakit menular seksual maupun kehamilan yang tidak direncanakan, sehingga generasi muda bisa meraih masa depan yang cerah.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), remaja perlu mengetahui dan memahami kesehatan reproduksi, agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi, serta faktor-faktor lain yang berhubungan. Dengan adanya informasi yang akurat, diharapkan remaja akan memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab terkait proses reproduksi.

Sosialisasi penggunaan kondom sebenarnya termasuk dalam layanan kesehatan reproduksi remaja IDAI. Di antaranya adalah konseling, informasi, dan edukasi kesehatan reproduksi remaja, berikut dengan pengenalan program keluarga berencana dan pencegahan penyakit menular seksual.

Umumnya pengetahuan dasar reproduksi yang direkomendasikan IDAI meliputi:

  • Pengenalan sistem, proses dan fungsi alat reproduksi terkait aspek tumbuh kembangnya.
  • Perencanaan usia pernikahan dan kehamilan yang tepat.
  • Pembekalan pengetahuan demi membangun kemampuan komunikasi dan kepercayaan diri remaja untuk melawan hal-hal yang sifatnya negatif.
  • Pengaruh sosial media terhadap perilaku seksual.
  • Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, serta cara mencegahnya.
  • Bahaya penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada kesehatan reproduksi.
  • Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya.
  • Hak-hak reproduksi.

Terlepas dari setuju atau tidak terhadap sosialisasi kondom sebagai bagian dari edukasi seksual bagi remaja, faktanya hal ini memegang peranan penting dalam mencegah berbagai hal negatif pada remaja. Edukasi untuk remaja juga termasuk mengingatkan mereka agar mampu mengatur dan menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Para remaja akan menjadi paham tentang bahaya dari seks dan pergaulan bebas yang berisiko menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan, meningkatkan risiko penularan HIV/AIDS dan berbagai penyakit menular seksual.

Reproduksi merupakan sebuah proses yang menjadi tanggung jawab bersama antara laki-laki dan perempuan, untuk itu semua remaja laki-laki maupun perempuan perlu memahami aspek-aspek kesehatan reproduksi. Tak hanya itu, dukungan serta didikan orang tua dan keluarga sangatlah penting dalam pembentukan karakter anak, demi terwujudnya generasi penerus bangsa yang sehat dan bertanggungjawab.