Sigma male menjadi istilah yang semakin populer di media sosial untuk menggambarkan tipe pria yang mandiri, cenderung pendiam, dan tidak mencari validasi dari lingkungan sekitar. Konsep ini sering dibandingkan dengan alpha male, tetapi ada banyak fakta yang perlu diketahui agar tidak terjebak pada stereotip yang keliru.

Banyak orang menganggap sigma male sebagai sosok misterius, anti-sosial, atau bahkan terlalu egois. Namun, label ini sebenarnya lebih kompleks dan tidak selalu berdampak negatif. Istilah sigma male lebih banyak digunakan dalam budaya populer daripada dunia psikologi resmi, sehingga penting untuk memahami ciri-cirinya.

Sigma Male, Karakter Pria Mandiri dan Berprinsip - Alodokter

Ciri-Ciri Sigma Male yang Sering Dianggap Unik

Berikut ini adalah beberapa ciri yang sering dikaitkan dengan sigma male, berdasarkan tren di media sosial dan literatur populer:

1. Mandiri dan lebih suka bekerja sendiri

Sigma male dikenal sangat mandiri. Mereka lebih nyaman menjalankan tugas atau pekerjaannya tanpa banyak melibatkan orang lain. Misalnya, ketika mengerjakan proyek di kantor atau tugas kelompok di sekolah, tipe ini sering memilih mengerjakan bagiannya sendiri dibanding harus berdiskusi panjang dalam tim.

Bagi pria dengan karakter sigma male, kebebasan dan kontrol penuh atas pekerjaan adalah hal yang penting. Sikap ini bukan berarti menolak bantuan, melainkan lebih suka mencari solusi sendiri terlebih dahulu sebelum meminta pertolongan.

2. Tidak mencari validasi atau perhatian

Ciri lain dari sigma male adalah tidak terlalu peduli terhadap penilaian atau pengakuan dari lingkungan sekitar. Mereka tidak berusaha menjadi pusat perhatian atau memamerkan pencapaian di media sosial.

Seorang sigma male juga cenderung tidak mudah overhyped atau FOMO dengan tren tertentu, kecuali tren itu memang dirasa menarik atau bermanfaat bagi dirinya dan orang di sekitarnya.

Contohnya, ada pria yang tetap merasa percaya diri walaupun tidak mendapatkan banyak "likes" di Instagram atau pujian dari teman-temannya. Sigma male lebih terfokus pada kepuasan pribadi dan rasa bangga atas pencapaian diri sendiri, dibandingkan mengejar pengakuan dari orang lain.

3. Memiliki batasan sosial yang tegas

Sigma male biasanya sangat menjaga privasi dan ruang pribadi. Mereka cenderung membuka diri hanya kepada segelintir orang yang benar-benar dipercayai, seperti keluarga dekat atau sahabat lama.

Contohnya, seseorang yang memilih untuk tidak membagikan cerita pribadinya ke banyak orang dan hanya curhat pada satu atau dua teman yang dianggap paling dekat. Mereka juga tidak segan mengatakan “tidak” jika merasa tidak nyaman dengan situasi sosial tertentu.

4. Fleksibel dalam menghadapi norma sosial

Meski terlihat pendiam atau tertutup, sigma male bisa beradaptasi di lingkungan baru atau situasi sosial yang beragam. Mereka tidak merasa perlu mengikuti standar kelompok, seperti berpakaian sesuai tren atau berbicara dengan gaya tertentu agar diterima.

Misalnya, saat lingkungan kerja mendorong budaya kompetitif, sigma male tetap memilih cara kerja yang nyaman untuk dirinya, tanpa memaksakan diri demi dianggap “keren” atau “populer”. Sikap ini membuat mereka bisa tetap tenang meski berada di luar kelompok utama.

5. Lebih fokus pada tujuan dan prinsip pribadi

Sigma male cenderung memegang teguh prinsip dan nilai yang diyakini, lalu menjadikannya sebagai dasar dalam mengambil keputusan. Mereka tidak mudah terpengaruh tekanan kelompok atau opini mayoritas.

Misalnya, seorang pria tetap memilih karir yang dirasa sesuai passion, meski kurang populer atau dianggap “kurang keren” oleh lingkungan sekitarnya. Mereka akan tetap setia pada tujuan hidup yang sudah ditetapkan, meskipun jalan yang dipilih berbeda dari kebanyakan orang.

6. Tidak selalu introvert

Meskipun banyak yang menganggap sigma male pasti pendiam atau introvert, kenyataannya tidak selalu begitu. Beberapa sigma male memang cenderung menyukai suasana tenang dan menghabiskan waktu sendiri, tetapi ada juga yang bersifat ambivert atau bahkan ekstrovert.

Sigma male ekstrovert biasanya tetap menikmati interaksi sosial dan bisa tampil percaya diri di depan umum. Namun, mereka memilih bersosialisasi secara selektif, alias hanya membuka diri dan membangun hubungan dengan orang-orang yang benar-benar dianggap sejalan atau punya nilai yang mirip.

Misalnya, seorang pria yang aktif saat berkumpul bersama teman dekat, suka mengobrol di komunitas hobi, atau piawai memimpin diskusi, tetapi tetap menolak undangan ke pesta besar atau kegiatan ramai yang dirasa tidak penting baginya.

Ada pula sigma male ambivert, yaitu kadang suka suasana ramai, tetapi juga bisa menikmati kesendirian untuk mengisi energi dan fokus pada diri sendiri. Contohnya, seseorang yang merasa nyaman bekerja dalam tim kecil, aktif berpendapat dalam rapat jika diperlukan, tetapi lebih memilih waktu tenang setelahnya untuk menata pikiran.

Perbedaan Sigma Male dengan Alpha Male dan Mitos yang Beredar

Agar tidak salah paham, kenali perbedaan utama antara sigma male dan tipe kepribadian pria lain:

  • Kepribadian sigma male tidak lebih baik atau buruk dari alpha male. Perbedaannya terletak pada gaya interaksi sosial, bukan pada tingkat keberhasilan atau kepercayaan diri. Sigma male tidak suka memimpin kelompok, sementara alpha male cenderung mengambil peran dominan.
  • Stigma bahwa sigma male selalu menutup diri, sulit bergaul, dan anti-sosial tidak akurat. Mereka tetap bisa bersosialisasi, tetapi lebih selektif dan menghargai waktu sendiri.
  • Dalam dunia psikologi, tidak ada penggolongan kepribadian “sigma”, “alpha”, atau “beta” secara ilmiah. Konsep ini hanyalah label sosial dan tidak boleh dijadikan patokan utama untuk menilai diri sendiri atau orang lain.

Penting untuk diketahui, menjadi pribadi yang pendiam atau suka menyendiri bukan berarti memiliki masalah mental. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Namun, jika Anda merasa kesulitan bersosialisasi, sering cemas, atau perasaan rendah diri mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya konsultasikan dengan profesional.

Jika Anda merasa bingung, terbebani, atau mengalami kecemasan karena label kepribadian tertentu, diskusikan perasaan Anda dengan orang terpercaya atau konselor profesional. Identitas yang sehat terbentuk dari pemahaman dan penerimaan diri, bukan dari label yang tren di media sosial.

Jika masalah kepercayaan diri, hubungan sosial, atau kesehatan mental mulai mengganggu aktivitas, jangan ragu untuk Chat Bersama Dokter atau psikolog melalui aplikasi ALODOKTER agar bisa mendapatkan saran yang lebih tepat dan sesuai kebutuhan Anda.