Stalking adalah perilaku mengintai atau memantau seseorang secara berlebihan, baik secara langsung maupun melalui media sosial. Tindakan ini tidak hanya mengganggu privasi, tetapi juga dapat menimbulkan berbagai konsekuensi sosial dan kesehatan bagi korbannya.
Stalking sering dianggap sebagai tindakan kepo yang berlebihan. Namun, perilaku ini sebenarnya bisa berkembang menjadi ancaman serius yang mengganggu kesehatan mental dan fisik korban. Stalking termasuk bentuk pelecehan karena dilakukan secara berulang dan tanpa persetujuan korban, sehingga menimbulkan rasa tidak aman dan tekanan psikologis.

Tindakan ini dapat dilakukan oleh siapa saja, baik orang yang sudah dikenal, seperti teman atau mantan pasangan, maupun orang asing. Bentuk stalking pun sangat beragam, mulai dari mengikuti aktivitas secara langsung, mengirim pesan berulang, hingga melacak aktivitas digital korban.
Mengenal Bentuk dan Tanda-Tanda Stalking
Stalking bisa berlangsung dalam waktu lama dan sering dilakukan secara diam-diam, sehingga korban sulit menyadari atau bahkan merasa ragu untuk bertindak. Perilaku ini umumnya dimulai dari tindakan yang tampak sepele tetapi lama-kelamaan dapat berubah menjadi ancaman.
Berikut ini adalah berbagai bentuk perilaku stalking yang perlu Anda waspadai:
- Menguntit atau memantau aktivitas korban secara langsung di rumah, sekolah, kantor, atau tempat umum
- Mengirim pesan, menelepon, atau mengirim email berulang kali tanpa persetujuan, bahkan di luar jam wajar
- Tiba-tiba muncul di lokasi-lokasi yang sering dikunjungi korban
- Mengumpulkan informasi pribadi korban melalui media sosial, teman, atau keluarga tanpa izin
- Membuat atau menyebarkan rumor, fitnah, atau ancaman, baik secara langsung maupun online
- Mengirim hadiah, dokumen, atau barang-barang lain yang menimbulkan rasa tidak nyaman
- Memasang alat pelacak atau mengakses perangkat digital korban tanpa izin
- Melakukan doxing, yaitu mencari dan menyebarkan data pribadi korban di internet tanpa persetujuan
- Merusak barang pribadi korban atau melakukan tindakan sabotase
Penyebab Stalking
Stalking dapat muncul karena berbagai faktor psikologis dan sosial. Sebagian pelaku melakukannya akibat obsesi berlebihan, keinginan menguasai, atau rasa dendam terhadap korban. Ada pula yang terdorong oleh gangguan mental tertentu, seperti erotomania atau celebrity worship.
Selain itu, kurangnya pemahaman tentang batas privasi dan pengaruh lingkungan juga berperan dalam memicu perilaku ini. Norma sosial yang permisif atau tayangan media yang menormalisasi stalking dapat membuat pelaku merasa tindakannya wajar, padahal berpotensi merugikan dan mengancam orang lain.
Dampak Stalking terhadap Kesehatan Mental dan Fisik
Perilaku stalking dapat menimbulkan berbagai gangguan psikologis yang berdampak pada kesejahteraan korban. Beberapa dampak yang umum terjadi meliputi:
- Rasa cemas, takut, dan stres berkepanjangan
- Gangguan tidur, seperti sulit tidur atau sering mimpi buruk
- Penurunan konsentrasi dan perubahan suasana hati
- Kehilangan motivasi atau semangat beraktivitas
- Perasaan terisolasi dan menarik diri dari lingkungan sosial
- Risiko lebih tinggi mengalami gangguan kecemasan, depresi, atau PTSD
Selain dampak psikologis, stres akibat stalking juga dapat memengaruhi kondisi fisik korban. Keluhan yang sering muncul antara lain sakit kepala, nyeri otot, gangguan pencernaan, atau kelelahan kronis. Jika tidak ditangani, tekanan emosional ini dapat memperburuk kesehatan secara keseluruhan.
Cara Menghadapi Stalker dengan Aman
Jika Anda merasa sedang diawasi atau diikuti, penting untuk segera mengambil langkah perlindungan. Berikut beberapa cara yang dapat membantu Anda menghadapi situasi ini dengan lebih aman:
1. Percaya pada insting Anda
Jika Anda merasa tidak aman atau curiga sedang diawasi, jangan abaikan perasaan tersebut. Segera cari tempat aman dan jauhi situasi yang membuat Anda tidak nyaman.
2. Jangan membalas kontak dari pelaku
Hindari menanggapi pesan, telepon, atau komentar dari pelaku, termasuk di media sosial. Setiap bentuk respons bisa dianggap sebagai perhatian dan mendorong pelaku untuk terus beraksi.
3. Beritahu orang terdekat
Ceritakan kondisi Anda kepada keluarga, teman, atau rekan kerja yang bisa dipercaya. Dengan begitu, mereka dapat membantu memantau situasi dan memberikan dukungan saat dibutuhkan.
4. Catat dan simpan bukti stalking
Simpan semua pesan, foto, email, atau bukti lainnya yang menunjukkan perilaku stalking. Catat waktu, tempat, dan bentuk kejadian sebagai dokumentasi yang bisa digunakan untuk melapor ke pihak berwenang.
5. Perkuat keamanan pribadi dan digital
Pastikan rumah selalu terkunci, aktifkan sistem keamanan jika ada, dan ubah kata sandi media sosial serta perangkat digital Anda. Hindari membagikan lokasi atau aktivitas secara publik di media sosial.
6. Variasikan rutinitas dan rute harian
Hindari melakukan aktivitas dengan pola yang mudah ditebak, seperti pergi dan pulang di waktu atau rute yang sama setiap hari. Hal ini dapat mempersulit pelaku untuk memantau Anda.
7. Hindari bepergian sendiri
Jika memungkinkan, bepergianlah bersama teman atau keluarga, terutama saat malam hari atau di tempat sepi. Dukungan sosial dapat meningkatkan rasa aman Anda.
8. Laporkan ke pihak yang tepat
Jika Anda merasa tidak aman, segera beri tahu pihak keamanan di sekitar Anda, seperti satpam, pihak kampus, atau HRD di kantor. Langkah ini dapat membantu Anda mendapatkan perlindungan awal. Jika situasi terus berlanjut atau semakin mengancam, segera laporkan ke polisi untuk penanganan lebih lanjut dan perlindungan hukum.
Mengenali stalking dengan baik sangat penting agar Anda, keluarga, maupun orang sekitar bisa segera mengambil langkah pencegahan, melapor jika perlu, dan meminimalkan dampak buruk yang mungkin terjadi.
Jika Anda membutuhkan pendampingan untuk mengatasi dampak emosional akibat stalking, konsultasikan dengan psikolog atau psikiater melalui chat online di aplikasi ALODOKTER. Dari konsultasi ini, Anda bisa mendapatkan panduan penanganan yang sesuai serta rekomendasi langkah lanjutan agar kesehatan mental tetap terjaga.