Subdural hematoma adalah penumpukan darah di selaput pelindung otak yang berfungsi untuk mencegah infeksi dan cedera di otak. Kondisi ini terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di selaput tersebut. Jika tidak segera ditangani, darah yang terus menumpuk dapat menekan otak dan bisa berakibat fatal.

Otak dan saraf tulang belakang dilindungi oleh selaput atau membran tipis yang disebut meningen. Berdasarkan urutannya, meningen terdiri dari tiga lapisan, yakni lapisan luar (dura), tengah (arachnoid), dan dalam (pia).

Subdural Hematoma

Pada subdural hematoma, pembuluh darah di celah antara dura dan arachoid pecah sehingga menyebabkan penumpukan darah dan menekan otak.

Penyebab Subdural Hematoma

Subdural hematoma terjadi ketika pembuluh darah di ruang subdural pecah hingga menyebabkan darah menumpuk. Pembuluh darah yang pecah pada kondisi ini umumnya adalah pembuluh vena.

Pecahnya pembuluh darah di ruang subdural dapat disebabkan oleh cedera kepala berat, misalnya akibat kecelakaan, olahraga yang melibatkan kontak fisik, dan kekerasan fisik atau pukulan keras ke kepala. Pada kasus tertentu, cedera kepala ringan atau berulang juga dapat menyebabkan subdural hematoma.

Faktor risiko subdural hematoma

Meski dapat dialami oleh siapa saja, subdural hematoma lebih rentan terjadi pada kelompok berikut:

  • Orang lanjut usia, karena pembuluh darah kecil di ruang subdural akan meregang seiring pertambahan usia sehingga rentan pecah
  • Atlet atau orang yang sering berolahraga dengan melibatkan kontak fisik, misalnya sepak bola
  • Penderita hemofilia dengan perdarahan yang tidak terkontrol setelah mengalami cedera kepala
  • Orang yang menggunakan obat pengencer darah
  • Orang yang kecanduan minuman beralkohol
  • Bayi yang mendapat guncangan terlalu keras di kepala (shaken baby syndrome)

Gejala Subdural Hematoma

Gejala subdural hematoma dapat muncul segera dalam hitungan menit hingga jam (akut), beberapa hari sampai berminggu-minggu (subakut), atau selama berbulan-bulan (kronis) setelah terjadi cedera kepala.

Beberapa gejala yang dapat timbul karena subdural hematoma adalah:

  • Sakit kepala yang tidak kunjung membaik atau terasa sangat parah
  • Pusing
  • Kantuk berat atau lemas
  • Linglung
  • Mual dan muntah
  • Bicara tidak jelas atau cadel
  • Gangguan penglihatan, misalnya penglihatan ganda
  • Hilang keseimbangan atau sulit berjalan
  • Kelemahan pada salah satu sisi tubuh
  • Hilang ingatan, tidak mengenali diri atau lingkungannya, berperilaku agresif, atau suasana hati berubah dengan cepat

Sementara itu, gejala yang mungkin muncul pada bayi dengan hematoma subdural antara lain:

  • Kesulitan menyusu atau makan
  • Benjolan pada ubun-ubun
  • Lebih rewel dari biasanya
  • Menangis dengan suara melengking
  • Kepala bengkak dan memar
  • Lemas atau tidak aktif
  • Muntah terus-menerus

Jika perdarahan terus berlanjut dan tekanan di otak meningkat, penderita dapat mengalami gejala berikut:

Perlu diingat bahwa subdural hematoma akut merupakan kondisi yang sangat berbahaya karena tekanan pada otak dapat meningkat dengan drastis. Jika tidak terdiagnosis atau segera diobati, penderita subdural hematoma akut mungkin akan cepat mengalami perburukan, seperti pingsan, koma, atau bahkan meninggal.

Kapan harus ke dokter

Segera ke dokter jika Anda mengalami benturan atau cedera kepala berat meski belum timbul gejala-gejala subdural hematoma yang disebutkan di atas.

Segera cari pertolongan medis atau panggil ambulans bila Anda atau keluarga Anda mengalami cedera kepala dan muncul gejala-gejala berikut:

  • Sakit kepala parah
  • Bicara tidak jelas
  • Linglung
  • Mual dan muntah
  • Penglihatan ganda
  • Kantuk yang tidak wajar
  • Gangguan keseimbangan atau sulit berjalan
  • Kejang
  • Mati rasa pada bagian tubuh mana saja

Diagnosis Subdural Hematoma

Diagnosis subdural hematoma akan diawali dengan tanya jawab oleh dokter dengan pasien mengenai gejala, kapan dan bagaimana cedera kepala terjadi, riwayat kesehatan pasien, serta obat yang rutin dikonsumsi. Jika pasien tidak sadarkan diri, dokter akan bertanya kepada keluarga atau pendamping pasien.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk mencari tanda-tanda cedera di kepala, seperti luka dan memar. Dokter juga akan menilai tingkat kesadaran pasien dengan melihat apakah pasien dapat membuka mata, bersuara, atau bergerak saat diminta dokter atau saat mendapat respons nyeri.

Dokter dapat melakukan pemeriksaan lanjutan, seperti CT scan atau MRI, untuk menegakkan diagnosis. Melalui pemindaian ini, dokter bisa menentukan lokasi dan banyaknya perdarahan di otak.

Jika diperlukan, dokter akan melakukan tes darah untuk mendeteksi gangguan perdarahan yang mungkin dialami pasien dan melihat waktu pembekuan darah.

Pengobatan Subdural Hematoma

Pengobatan subdural hematoma akan ditentukan dari luasnya perdarahan yang terjadi. Jika pasien mengalami subdural hematoma yang parah, dokter akan melakukan tindakan bedah. Metode operasi yang dapat dilakukan antara lain:

  • Kraniotomi
    Pada prosedur kraniotomi, dokter akan membelah dan membuka tengkorak di lokasi perdarahan. Setelah gumpalan darah diangkat, potongan tengkorak akan dipasang kembali dan direkatkan menggunakan pelat logam dan sekrup.
  • Burr hole trephination
    Dalam prosedur ini, dokter akan membuat beberapa lubang di tengkorak untuk memasukkan selang. Selang ini berguna untuk mengalirkan darah yang menumpuk. Pada kondisi tertentu, selang akan dibiarkan selama beberapa hari setelah operasi untuk mengurangi risiko subdural hematoma kambuh.

Sementara itu, pada pasien dengan subdural hematoma yang berukuran kecil atau tanpa gejala, operasi tidak perlu dilakukan. Umumnya, darah akan terserap kembali oleh tubuh dalam beberapa bulan. Namun, pasien mungkin perlu menjalani perawatan di rumah sakit.

Selama di rumah sakit, dokter mungkin akan memberikan beberapa penanganan berikut:

  • Memasang sensor di kepala pasien untuk mengukur tekanan di dalam kepala (tekanan intrakranial)
  • Memberikan obat-obatan, misalnya obat antinyeri dan asam traneksamat
  • Meminta pasien untuk menghentikan konsumsi obat pengencer darah, seperti warfarin, untuk sementara
  • Memberikan vitamin K
  • Memantau kondisi pasien dengan ketat, misalnya dengan perawatan di ICU
  • Memberikan terapi oksigen dan infus untuk mencukupi kebutuhan oksigen, cairan, dan nutrisi pasien

Komplikasi Subdural Hematoma

Komplikasi akibat subdural hematoma tergantung pada tingkat keparahan cedera yang dialami pasien. Selain itu, komplikasi juga bisa terjadi bila kondisi ini terlambat ditangani. Beberapa komplikasi tersebut adalah:

  • Herniasi otak
  • Perdarahan berulang yang sering terjadi pada usia lanjut
  • Kejang
  • Koma
  • Kerusakan otak permanen
  • Kematian

Pencegahan Subdural Hematoma

Pencegahan subdural hematoma dapat dilakukan dengan menghindari risiko terjadinya cedera kepala. Beberapa upaya yang bisa dilakukan adalah:

  • Mengenakan sabuk pengaman saat mengemudikan mobil dan menggunakan helm ketika mengendarai motor atau sepeda
  • Menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja atau melakukan olahraga yang melibatkan kontak fisik
  • Beristirahat sampai benar-benar pulih atau sesuai arahan dokter bila mengalami cedera kepala
  • Menata perabotan di tempat tinggal dengan rapi agar terhindar dari benda-benda yang bisa menyebabkan tersandung atau terpeleset
  • Menggunakan tongkat jika mulai kesulitan berjalan dengan stabil
  • Menjalani pemeriksaan secara rutin untuk memantau efek samping terapi yang sedang dijalani
  • Menghindari atau setidaknya membatasi konsumi minuman beralkohol
  • Menggunakan obat-obatan sesuai aturan pakai atau saran dari dokter