Susu pasteurisasi sering kali dianggap kurang baik dibandingkan dengan susu mentah atau segar. Padahal, jika ditinjau secara medis, mengonsumsi susu mentah justru membuat seseorang lebih berisiko terinfeksi kuman berbahaya daripada mengonsumsi susu pasteurisasi.

Sebagaimana susu pada umumnya, susu yang telah dipasteurisasi pun memiliki beragam nutrisi yang baik bagi kesehatan tubuh, seperti vitamin, mineral, dan protein. Sayangnya, mitos negatif yang berkembang di masyarakat tentang susu pasteurisasi maupun susu steril membuat sebagian orang enggan mengonsumsinya dan lebih memilih susu segar.

Susu Pasteurisasi vs Susu Segar, Ini Faktanya! - Alodokter

Mengenal Pasteurisasi pada Susu

Pasteurisasi merupakan metode sterilisasi yang berfungsi membunuh kuman penyebab penyakit yang dapat mengontaminasi susu. Prosesnya dilakukan dengan memanaskan susu dalam suhu dan durasi tertentu. Dari beberapa jenis pasteurisasi, salah satu teknik yang paling umum adalah ultra high temperature atau UHT.

Pada teknik UHT, susu dipanaskan pada suhu 137-150 derajat Celsius selama sekitar 2 detik. Setelah itu, susu disimpan dalam wadah kedap udara. Selama kemasannya tidak dibuka, susu yang telah diproses dengan pasteurisasi UHT bisa bertahan hingga 90 hari meski tidak disimpan dalam lemari pendingin atau kulkas.

Susu Pasteurisasi vs Susu Segar

Berikut beberapa mitos dan fakta tentang susu pasteurisasi yang perlu Anda ketahui:

1. Pasteurisasi membuat nilai nutrisi susu berkurang

Susu memiliki beragam nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan, di antaranya protein, lemak, mineral, dan vitamin. Mitos tentang pasteurisasi membuat nilai nutrisi pada susu berkurang tidaklah benar. Setelah proses pasteurisasi, kandungan nutrisi dan manfaat susu UHT masih tetap sama.

2. Hanya susu pasteurisasi yang perlu dihindari pada intoleransi laktosa

Intoleransi laktosa adalah kondisi di mana tubuh tidak dapat mencerna laktosa, yakni jenis gula yang terdapat pada susu dan produk-produk olahan susu, sehingga menimbulkan berbagai keluhan pencernaan. Pada kondisi ini, bukan hanya laktosa pada susu pasteurisasi yang tidak dapat dicerna, tapi juga laktosa pada susu segar.

3. Hanya susu pasteurisasi yang dapat menimbulkan alergi

Mitos ini tidaklah benar. Baik susu pasteurisasi atau susu segar sama-sama dapat menimbulkan alergi. Alergi susu lebih berisiko terjadi pada orang yang memiliki keluarga kandung dengan kondisi ini dan pada penderita kondisi tertentu, misalnya dermatitis atopik.

4. Pasteurisasi membuat kadar asam lemak berkurang

Penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antara kadar asam lemak pada susu segar dengan susu pasteurisasi. Asam lemak yang memiliki aneka manfaat bagi kesehatan tubuh, termasuk sebagai cadangan energi, tetap bisa didapatkan pada susu pasteurisasi.

5. Kadar kalsium berkurang akibat pasteurisasi

Kalsium yang terkandung dalam susu berfungsi untuk menunjang pertumbuhan dan memelihara kesehatan tulang. Mitos atau anggapan bahwa pasteurisasi membuat kadar kalsium dalam susu berkurang adalah hal yang tidak benar. Kadar kalsium tetap terjaga meskipun susu diproses dengan pasteurisasi.

Secara garis besar, mengonsumsi susu yang telah dipasteurisasi lebih dianjurkan dibandingkan dengan susu mentah atau segar. Alasan utamanya adalah karena proses pasteurisasi terbukti efektif dalam membunuh kuman penyebab penyakit.

Maka dari itu, penting untuk memastikan bahwa susu dan produk olahan susu yang Anda beli sudah dipasteurisasi. Jika tidak, Anda akan lebih berisiko mengalami keracunan makanan akibat mengonsumsi susu mentah.

Jika masih ragu dalam memilih jenis susu yang baik untuk dikonsumsi, Anda bisa berkonsultasi langsung dengan dokter. Dokter akan menentukan asupan yang sesuai dengan kondisi Anda, termasuk jenis susu dan porsinya.