Terapi hiperbarik adalah metode pengobatan yang dilakukan dengan cara menghirup oksigen murni dalam ruang bertekananan udara tinggi. Ada beragam manfaat yang bisa didapatkan dengan melakukan terapi hiperbarik. Meski begitu, terapi ini juga memiliki efek samping. 

Terapi hiperbarik dilakukan di ruangan yang memiliki tekanan udara hingga 3 kali lebih tinggi daripada tekanan udara normal. Dengan begitu, aliran oksigen yang masuk ke dalam tubuh diharapkan akan lebih banyak.

Terapi Hiperbarik, Ketahui Manfaat dan Efek Sampingnya - Alodokter

Tujuan dilakukannya terapi ini adalah untuk meningkatkan kemampuan tubuh dan sel  darah putih dalam melawan infeksi, mengurangi pembengkakan, dan merangsang proses penyembuhan luka. Di Indonesia, terapi hiperbarik sudah tersedia di beberapa rumah sakit.

Beragam Manfaat Terapi Hiperbarik

Terapi hiperbarik umumnya digunakan untuk mengobati penyakit dekompresi yang biasanya dialami oleh para penyelam. Namun, belakangan ini, terapi hiperbarik juga kerap dipakai sebagai pengobatan tambahan untuk mengatasi berbagai penyakit.

Berikut adalah beberapa penyakit atau kondisi medis yang bisa diobati dengan terapi hiperbarik:

  • Anemia
  • Luka bakar
  • Keracunan karbon monoksida
  • Cedera akibat terapi radiasi
  • Infeksi pada tulang (osteomielitis)
  • Abses otak
  • Infeksi jaringan otot atau gas gangren
  • Proses pemulihan setelah cangkok kulit
  • Luka yang tidak kunjung sembuh, seperti ulkus kaki diabetik
  • Kehilangan pendengaran tiba-tiba
  • Kehilangan penglihatan secara tiba-tiba dan tanpa rasa sakit

Selain itu, terapi hiperbarik juga diyakini membantu proses penyembuhan autisme, kanker, penyakit Lyme, HIV/AIDS, dan penyakit Alzheimer. Namun, efektivitas terapi ini masih perlu diteliti lebih lanjut.

Risiko dan Efek Samping Terapi Hiperbarik

Terapi oksigen hiperbarik merupakan prosedur yang aman. Komplikasi akibat tindakan ini pun jarang terjadi. Meski begitu, terapi hiperbarik tetap memiliki beberapa risiko dan efek samping, antara lain:

  • Gangguan penglihatan sementara, karena adanya perubahan pada lensa mata
  • Cedera pada telinga bagian tengah, termasuk risiko gendang telinga pecah, karena meningkatnya tekanan udara
  • Barotrauma, karena perubahan tekanan udara
  • Kejang, karena ada terlalu banyak oksigen dalam sistem saraf pusat

Oksigen murni yang ada di ruang terapi hiperbarik juga mudah terbakar dan meledak jika terkena percikan api. Oleh karena itu, jangan membawa benda-benda yang bisa menyulut api, seperti korek api atau perangkat elektronik bertenaga baterai, ke dalam ruang terapi hiperbarik.

Selain itu, hindari juga menggunakan produk perawatan kulit yang mengandung minyak karena berisiko memicu kebakaran. Dokter dan petugas terapi akan memberikan arahan lebih lanjut sebelum terapi hiperbarik dimulai.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, Anda perlu menjalani lebih dari 1 sesi terapi hiperbarik. Jumlah sesi terapi tergantung pada penyakit dan perkembangan kondisi Anda. Oleh karena itu, konsultasi dengan dokter sebelum melakukan terapi ini sangat penting dilakukan.