Terapi hiperbarik adalah metode pengobatan yang dilakukan dengan cara menghirup oksigen murni dalam ruang bertekanan udara tinggi. Ada beragam manfaat yang bisa didapatkan dengan melakukan terapi hiperbarik. Meski begitu, terapi ini juga memiliki efek samping. Mari, cek informasi lengkapnya di artikel ini.
Terapi hiperbarik dilakukan di ruangan yang memiliki tekanan udara hingga 3 kali lebih tinggi daripada tekanan udara normal. Dengan begitu, aliran oksigen yang masuk ke dalam tubuh diharapkan akan lebih banyak.
Tujuan dilakukannya terapi ini adalah untuk meningkatkan kemampuan tubuh dan sel darah putih dalam melawan infeksi, mengurangi pembengkakan, dan merangsang proses penyembuhan luka. Di Indonesia, terapi hiperbarik sudah tersedia di beberapa rumah sakit.
Beragam Manfaat Terapi Hiperbarik
Manfaat terapi hiperbarik dapat mengobati berbagai penyakit ini:
1. Penyakit dekompresi
Terapi hiperbarik umumnya digunakan untuk mengobati penyakit dekompresi yang biasanya dialami oleh para penyelam. Terapi ini mampu menghilangkan gelembung nitrogen yang terbentuk akibat penyelam naik ke permukaan terlalu cepat, memulihkan aliran darah dan oksigen ke jaringan tubuh, serta mengurangi kerusakan jaringan dan gejala neurologis, seperti pusing dan nyeri sendi.
2. Pemulihan luka
Terapi hiperbarik juga memiliki manfaat untuk membantu pemulihan luka. Terapi ini mampu meningkatkan suplai oksigen ke jaringan yang luka sehingga membantu proses penyembuhan luka tersebut.
Selain itu, terapi hiperbarik juga dapat mengurangi pembengkakan dan infeksi, khususnya pada luka diabetes atau luka pasca operasi.
3. Keracunan karbon dioksida
Keracunan karbon monoksida dalam jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan organ tubuh, seperti otak dan jantung. Untuk mencegahnya, seseorang yang mengalami keracunan karbon monoksida perlu melakukan terapi hiperbarik.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dalam kondisi tertentu, terapi hiperbarik lebih efektif dibandingkan terapi oksigen dengan masker wajah dalam mencegah cedera otak dan kerusakan saraf pada seseorang yang keracunan karbon monoksida.
Namun, apabila tidak terdapat fasilitas terapi hiperbarik, metode penanganan lain tetap bisa diberikan untuk memperbaiki kondisi pasien yang keracunan karbon monoksida.
4. Anemia
Manfaat terapi hiperbarik selanjutnya adalah membantu pengobatan pada penderita anemia, khususnya yang tidak bisa melakukan transfusi darah.
Soalnya, terapi ini membantu mengalirkan oksigen langsung ke darah, meringankan gejala anemia berat (seperti sesak napas dan pusing), serta mendukung proses penyembuhan karena mampu membantu meningkatkan produksi sel darah merah baru.
5. Emboli
Emboli gas atau udara adalah kondisi ketika gelembung udara atau gas masuk ke dalam pembuluh darah. Kondisi ini dapat menyumbat aliran darah ke organ vital, seperti otak, jantung, atau paru-paru.
Nah, salah satu cara untuk mengobati kondisi ini adalah dengan melakukan terapi hiperbarik. Ini karena terapi hiperbarik akan membuat gelembung gas menyusut sehingga tidak lagi menyumbat aliran darah.
Selain itu, terapi hiperbarik dapat membantu suplai oksigen ke jaringan tubuh lebih maksimal dan mempercepat pembuangan gas berbahaya dari tubuh, seperti nitrogen.
6. Efek samping terapi radiasi
Seseorang yang telah menjalani terapi radiasi (radioterapi), seperti penderita kanker, mungkin akan mengalami kerusakan jaringan di area yang terkena radiasi. Efek samping ini bisa muncul selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun ya.
Salah satu manfaat terapi hiperbarik adalah membantu memperbaiki jaringan yang rusak akibat terapi radiasi. Terapi ini dapat meningkatkan aliran oksigen ke jaringan yang rusak, membantu proses penyembuhan luka lebih cepat, serta mengurangi gejala yang dirasakan setelah terapi radiasi.
Risiko dan Efek Samping Terapi Hiperbarik
Terapi oksigen hiperbarik merupakan prosedur yang aman. Komplikasi akibat tindakan ini pun jarang terjadi. Meski begitu, terapi hiperbarik tetap memiliki beberapa risiko dan efek samping, antara lain:
- Gangguan penglihatan sementara, karena adanya perubahan pada lensa mata
- Cedera pada telinga bagian tengah, termasuk risiko gendang telinga pecah, karena meningkatnya tekanan udara
- Barotrauma, karena perubahan tekanan udara
- Kejang, karena ada terlalu banyak oksigen dalam sistem saraf pusat
Oksigen murni yang ada di ruang terapi hiperbarik juga mudah terbakar dan meledak jika terkena percikan api. Oleh karena itu, jangan membawa benda-benda yang bisa menyulut api, seperti korek api atau perangkat elektronik bertenaga baterai, ke dalam ruang terapi hiperbarik.
Hindari juga menggunakan produk perawatan kulit yang mengandung minyak karena berisiko memicu kebakaran ketika Anda melakukan terapi hiperbarik. Dokter dan petugas terapi akan memberikan arahan lebih lanjut sebelum terapi hiperbarik dimulai.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, Anda perlu menjalani lebih dari 1 sesi terapi hiperbarik. Jumlah sesi terapi sangat tergantung pada penyakit dan perkembangan kondisi Anda.
Perlu diketahui bahwa terapi hiperbarik bersifat komplementer atau pendukung saja. Terapi ini tidak dapat menggantikan peran tindakan operasi atau pemberian obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit yang Anda alami. Jadi, berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan terapi ini sangatlah penting.