Voyeurisme merupakan kelainan seksual di mana penderitanya merasa bergairah ketika secara diam-diam mengintip orang lain yang sedang membuka baju, telanjang, atau berhubungan seksual. Kondisi yang biasanya muncul pada masa remaja ini lebih sering dialami oleh laki-laki.

Seseorang dikatakan mengalami voyeurisme jika ia merasakan dorongan berulang yang tidak terkendali untuk mengintip orang lain demi mendapatkan kepuasan seksual. Dorongan tersebut dapat membuat penderitanya mengalami stres sehingga kehidupan sehari-harinya terganggu.

Voyeurisme - Alodokter

Namun, perlu diketahui bahwa ada keadaan-keadaan yang tidak termasuk voyeurisme. Sebagai contoh, jika seseorang tidak langsung memalingkan mata ketika tanpa sengaja melihat orang lain telanjang, hal itu tidak termasuk voyeurisme. Selain itu, jika terjadi di antara pasangan suami istri, hal ini juga tidak termasuk kelainan seksual.

Penyebab Voyeurisme

Penyebab voyeurisme belum diketahui secara pasti. Namun, voyeurisme bisa diawali oleh situasi ketika penderitanya tanpa sengaja melihat orang lain sedang melepas pakaian, tidak berpakaian, atau melakukan hubungan seksual.

Hal ini kemudian memicu timbulnya dorongan kuat untuk terus mengintip orang lain hingga mencapai tahap penderita merasa stres ketika hasrat ini tidak dipenuhi.

Faktor risiko voyeurisme

Beberapa faktor risiko yang dapat memicu seseorang mengalami voyeurisme adalah:

Gejala Voyeurisme

Voyeurisme yang berlangsung terus menerus dapat menimbulkan gejala berupa:

  • Terdorong untuk mengintip orang yang membuka baju, tidak memakai baju, atau sedang berhubungan seksual
  • Melakukan masturbasi atau berfantasi seksual sambil mengintip
  • Merasa gelisah jika keinginan untuk mengintip ditahan
  • Merasa stres akibat tidak mengintip sehingga pekerjaan dan produktivitasnya terganggu
  • Mengambil gambar seseorang tanpa persetujuannya
  • Mengalami penurunan gairah seks jika tidak mengintip orang lain
  • Merasa bersalah setelah melakukan tindakannya

Kapan harus ke dokter

Jangan ragu untuk berkonsultasi ke psikolog atau psikiater jika Anda mengalami gejala voyeurisme seperti yang telah disebutkan di atas. Jika menyadari orang terdekat Anda mengalami gejala voyeurisme, bantulah ia untuk segera memeriksakan kondisinya ke psikolog.

Jangan tunda ke psikiater atau psikolog jika gejala yang dialami sudah disertai dengan:

  • Sifat agresif dan keinginan untuk menyakiti orang lain
  • Dorongan untuk mengintip yang tidak terkontrol
  • Konflik batin atau gangguan mental, seperti depresi dan gangguan cemas
  • Tidak bisa mencapai orgasme atau kepuasan seksual tanpa mengintip
  • Keinginan atau tindakan menyakiti diri sendiri
  • Penyalahgunaan NAPZA
  • Kelainan seksual parafilia, seperti eksibisionis dan pedofilia

Diagnosis Voyeurisme

Psikolog atau psikiater akan bertanya mengenai gejala yang muncul dan riwayat kesehatan seksual pasien. Untuk memastikan diagnosis, dokter juga dapat melakukan tes, seperti Rorschach test.

Pasien dapat didiagnosis menderita voyeurisme jika terdapat kriteria berikut:

  • Stres karena tidak bisa mengendalikan dorongan untuk mengintip
  • Usianya setidaknya 18 tahun
  • Gejala voyeurisme yang dialaminya sudah berlangsung lebih dari 6 bulan
  • Tindakannya dilakukan tanpa persetujuan orang lain dan didasari oleh dorongan dalam dirinya yang tidak dapat dikontrol

Pengobatan Voyeurisme

Seseorang yang telah didiagnosis menderita voyeurime memerlukan penanganan medis. Pengobatan voyeurisme bertujuan untuk mengurangi hasrat voyeurisme dan mengendalikan diri ketika dorongan itu datang. Berikut adalah penjelasannya:

Psikoterapi

Psikoterapi untuk voyeurisme diawali dengan mengingatkan pasien terhadap norma sosial dan konsekuensi yang dapat terjadi jika kondisi ini tidak ditangani. Hal ini agar pasien sadar bahwa kondisinya perlu segera diatasi.

Pada psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif, dokter juga akan membantu pasien untuk:

  • Mempelajari perilaku sosial yang sehat, seperti menghargai privasi orang lain
  • Menguasai cara untuk mengendalikan dorongan untuk mengintip orang lain
  • Mencari cara yang lebih sehat untuk mendapatkan kepuasan seksual
  • Mengenali dan menghindari hal-hal yang bisa memicu timbulnya dorongan untuk mengintip
  • Mengendalikan diri ketika berhadapan dengan pemicu voyeurisme
  • Mengenali akar masalah dari perilakunya dan memperbaikinya

Obat-obatan

Dokter juga dapat memberikan obat-obatan jika perilaku voyeurisme sudah parah atau berisiko menyebabkan masalah hukum. Obat yang dapat diberikan antara lain:

  • Antidepresan, untuk mengurangi perilaku yang impulsif
  • Anticemas, jika kegelisahan yang dirasakan saat menahan dorongan sangat berat dan mengganggu
  • Antiandrogen, untuk mengurangi dorongan seksual yang berlebihan

Komplikasi Voyeurisme

Voyeurisme yang tidak ditangani dapat menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari dan interaksi sosial. Penderita voyeurisme juga dapat mengalami masalah dalam kehidupan profesional, misalnya penurunan performa dalam bekerja.

Pada tingkatan yang parah, penderita dapat melakukan segala cara untuk memenuhi hasratnya, bahkan menyakiti orang lain. Hal ini membuat penderita voyeurisme dapat terkena masalah hukum.

Pencegahan Voyeurisme

Perilaku voyeurisme umumnya diawali pada masa remaja. Oleh karena itu, penting untuk mengenalkan edukasi seks sejak dini kepada anak-anak. Edukasi yang tepat dapat membantu anak-anak dan remaja memahami tubuh dan pikirannya, privasi dirinya maupun orang lain, serta perilaku seksual yang sehat.

Perlu diketahui bahwa edukasi seks sejak dini tidak akan meningkatkan risiko anak untuk terjebak seks bebas. Jadi, orang tua tidak perlu ragu untuk memberikan edukasi tentang seks. Jika perlu, konsultasikan dengan dokter mengenai materi yang perlu diajarkan sesuai dengan usia anak.