Workaholic adalah istilah bagi seseorang yang cenderung bekerja secara berlebihan hingga mengabaikan kebutuhan pribadi dan waktu bersama keluarga. Sering dianggap sebagai tanda dedikasi, kebiasaan ini sebenarnya bisa membahayakan kesehatan fisik dan mental jika terus dibiarkan.
Banyak orang mengira menjadi workaholic adalah hal yang wajar, apalagi di tengah persaingan di dunia kerja saat ini. Namun, tanpa disadari, kebiasaan bekerja tanpa jeda bisa menjadi tanda masalah yang lebih dalam, misalnya gangguan kecemasan.
Selain itu, seseorang juga bisa menjadi workaholic ketika dituntut untuk selalu menyelesaikan tugas yang sempurna, keinginan mendapatkan pengakuan, atau rasa takut kehilangan pekerjaan. Tak jarang, kurangnya kemampuan untuk menyeimbangkan antara urusan pribadi dan pekerjaan juga dapat mendorong seseorang menjadi workaholic.
Ciri-Ciri Seseorang yang Workaholic
Bekerja keras memang bisa jadi kunci untuk meraih mimpi dan prestasi. Namun, pada seorang workaholic, semangat ini sering kali kelewat batas. Selain itu, seorang workaholic umumnya juga menunjukkan ciri-ciri berikut ini:
- Selalu memikirkan pekerjaan, bahkan di luar jam kerja dan saat berlibur
- Sulit menolak tugas baru, walaupun pekerjaan sudah menumpuk
- Merasa bersalah atau cemas jika tidak produktif atau tidak bekerja
- Mengabaikan kebutuhan dasar, seperti waktu istirahat, makan, hingga tidur
- Lebih sering memilih bekerja sendiri karena merasa hanya dirinya yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik
- Sulit menikmati waktu luang atau melakukan hobi tanpa memikirkan pekerjaan
Workaholic juga bisa ditandai dengan seringnya membawa pekerjaan ke rumah, memeriksa email atau pesan kantor di luar jam kerja, bahkan saat akhir pekan atau hari libur.
Dampak Negatif Menjadi Workaholic
Meski terlihat produktif dan sering mendapat pujian karena selalu ‘on’ dengan pekerjaan, jangan lupa kalau segala sesuatu yang berlebihan justru bisa berbalik merugikan diri sendiri.
Jika kebiasaan bekerja tanpa jeda ini terus dibiarkan, ada beberapa dampak negatif yang bisa terjadi. Berikut ini beberapa di antaranya:
1. Risiko terjadinya masalah kesehatan fisik meningkat
Bekerja tanpa istirahat yang cukup dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan tidur, sakit kepala, sakit punggung, tekanan darah tinggi, serta penurunan daya tahan tubuh. Dalam jangka panjang, workaholic juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit serius, seperti penyakit jantung.
2. Rentan mengalami gangguan mental
Stres kronis akibat terus-menerus memikirkan pekerjaan bisa memicu kecemasan, depresi, cepat marah, bahkan burnout. Hal ini juga dapat mengganggu kemampuan kamu untuk menikmati hal-hal sederhana dalam hidup.
3. Hubungan sosial dan keluarga terganggu
Workaholic seringkali mengorbankan waktu bersama keluarga dan teman, sehingga hubungan pribadi menjadi renggang. Kondisi ini juga dapat menimbulkan perasaan kesepian dan ketidakbahagiaan.
4. Produktivitas menurun
Meskipun terlihat selalu sibuk, seseorang yang workaholic justru berisiko mengalami penurunan produktivitas dan kreativitas. Kurangnya waktu istirahat membuat otak sulit berpikir jernih, sehingga hasil kerja tidak optimal.
Cara Mengatasi Kebiasaan Workaholic
Jika kamu merasa sudah mulai sulit melepaskan diri dari pekerjaan, berikut beberapa langkah sederhana yang bisa membantu mengurangi kebiasaan workaholic:
1. Tetapkan batas waktu kerja
Jangan biarkan pekerjaan mengambil alih seluruh waktu kamu. Buat jadwal kerja yang jelas setiap harinya, lalu patuhi. Misalnya, setelah jam kerja selesai, tutup laptop, matikan notifikasi, dan fokus pada waktu istirahat. Meski terlihat sepele, langkah kecil ini bisa sangat berdampak untuk menjaga kehidupan kerja dan pribadi kamu tetap seimbang (work life balance).
2. Belajar berkata “tidak”
Tidak semua tugas yang diberikan oleh atasan harus kamu terima. Ingat, kamu bukan robot dan punya batasan energi dan waktu. Oleh karena itu, mulailah belajar untuk bilang ‘tidak’ ketika atasan memberikan tugas yang sebenarnya di luar tanggung jawabmu.
Menolak bukan berarti malas atau lari dari tanggung jawab, tetapi itu tanda kamu tahu batasan dirimu dan langkah untuk melindungi dirimu sendiri dari beban kerja yang berlebihan dan menjaga keseimbangan hidup.
3. Luangkan waktu untuk diri sendiri dan keluarga
Hidup bukan cuma soal pekerjaan saja. Oleh karena itu, luangkan waktu untuk quality time bersama keluarga, hangout bareng teman, atau sekadar melakukan hal yang kamu suka, entah itu membaca, nonton film, atau main game. Pasalnya, momen-momen sederhana ini bisa membantu memulihkan energi dan bikin hidup terasa lebih seimbang.
4. Perhatikan sinyal tubuh dan emosi
Sering pusing, susah tidur, atau cepat marah tanpa alasan? Jangan abaikan sinyal-sinyal kecil ini ya, karena bisa jadi tubuh dan pikiran kamu sedang minta istirahat nih.
Jika sinyal-sinyal ini muncul, cobalah luangkan waktu untuk relaksasi, tidur cukup, atau sekadar tarik napas dalam-dalam. Karena ingat, kamu butuh tubuh dan mental yang sehat untuk tetap produktif, bukan kerja terus-terusan tanpa jeda.
Tidak ada salahnya mencintai pekerjaan dan berusaha memberikan yang terbaik. Namun, jangan sampai semangat bekerja itu membuat kamu lupa menikmati hidup. Karena tubuh dan pikiran juga butuh ruang untuk beristirahat agar kamu bisa tetap sehat dan bahagia.
Nah, kalau kamu mulai merasakan ciri-ciri workaholic dan sudah berdampak pada kesehatan fisik maupun mentalmu, jangan ragu untuk chat bersama dokter. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan saran dan dukungan terbaik agar hidup tetap seimbang, sehat, dan tentunya lebih bahagia.