Penyakit jantung koroner merupakan masalah jantung yang paling umum terjadi. Penanganan terhadap kondisi ini sangatlah penting dilakukan. Bila dibiarkan tanpa penanganan, penyakit jantung koroner dapat membahayakan nyawa penderitanya.

Penyakit jantung koroner terjadi ketika pembuluh darah jantung atau arteri koroner mengalami penyumbatan akibat plak yang terbentuk dari timbunan lemak atau substansi lain, seperti kalsium dan fibrin. Kondisi ini dikenal dengan ateroskelosis.

9 Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner - Alodokter

Plak dapat terbentuk di dinding arteri, bahkan sejak seseorang masih muda. Namun, makin bertambahnya usia, risiko pembentukan plak akan makin tinggi. Jika tidak diobati, keberadaan plak dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan mengganggu suplai darah yang kaya akan oksigen ke jantung.

Plak juga dapat menyumbat sebagian besar hingga seluruh aliran darah pada pembuluh arteri. Bila penyumbatan aliran darah terjadi pada arteri koroner, kondisi ini dapat menyebabkan serangan jantung.

Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Sejauh ini, penyebab pasti terbentuknya plak pada pembuluh arteri masih belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor berikut ini bisa memperbesar risiko terjadinya penyakit jantung koroner:

1. Kebiasaan merokok

Merokok adalah salah satu faktor yang paling berperan dalam meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Setidaknya lebih dari 30% orang yang mengalami serangan jantung adalah seorang perokok aktif.

Kandungan nikotin dan karbon monoksida dalam rokok membuat jantung bekerja lebih berat dari biasanya. Kedua zat tersebut juga dapat meningkatkan risiko terbentuknya gumpalan darah di arteri.

Celakanya, bahan-bahan kimia lain dalam rokok juga bisa merusak lapisan arteri koroner, sehingga kian memperbesar risiko terjadinya penyakit jantung koroner.

2. Kolesterol tinggi

Kolesterol yang terlalu banyak mengalir dalam darah dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Jenis kolesterol yang membuat risiko penyakit jantung koroner meningkat adalah low-density lipoprotein (LDL), atau yang biasa disebut kolesterol jahat, dan trigliserida.

Kolesterol inilah yang memiliki kecenderungan untuk menempel dan menumpuk di arteri koroner.

3. Diabetes

Penderita diabetes, khususnya yang tidak mendapatkan pengobatan atau yang kadar gula darahnya tidak terkontrol, memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner.

Hal ini diduga karena penderita penyakit ini memiliki lapisan dinding pembuluh darah yang lebih tebal. Tebalnya dinding arteri koroner bisa mengganggu kelancaran aliran darah ke jantung.

4. Penggumpalan darah

Penggumpalan darah atau trombosis yang terjadi pada arteri koroner akan menghambat suplai darah menuju jantung. Proses terjadinya penggumpalan darah ini berhubungan erat dengan faktor lain, seperti proses peradangan, kadar kolesterol tinggi, gula darah yang tidak terkontrol, dan stres.

5. Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi juga bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Seseorang dikategorikan memiliki tekanan darah tinggi jika memiliki tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih.

Tekanan sistolik sendiri didefinisikan sebagai ukuran tekanan darah saat jantung berkontraksi untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Sementara itu, tekanan diastolik adalah tekanan darah saat otot jantung meregang untuk menerima aliran darah balik dari berbagai organ tubuh.

6. Obesitas

Fakor risiko penyakit jantung koroner juga bisa meningkat karena obesitas. Kondisi ini dapat meningkatkan kolesterol jahat dan menurunkan tingkat kolesterol baik. Padahal, kolesterol baik dapat mengurangi risiko penyakit jantung, termasuk penyakit jantung koroner.

Selain itu, tekanan darah pada orang yang mengalami obesitas juga cenderung lebih tinggi. Hal ini karena orang dengan berat badan berlebih membutuhkan lebih banyak darah untuk memasok oksigen dan nutrisi ke tubuh. Itulah mengapa obesitas menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner.

7. Faktor genetik

Orang yang memiliki keluarga penderita penyakit jantung koroner akan lebih rentan terkena penyakit ini. Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa ada varian gen yang umum dimiliki oleh penderita penyakit jantung koroner. Varian gen tersebut berperan penting dalam mengontrol tekanan darah dan kolesterol.

Meskipun demikian, faktor genetik ini tidak membuat Anda sudah pasti terkena penyakit jantung koroner, karena hal ini juga tergantung pada gaya hidup yang Anda miliki.

8. Jarang olahraga

Jarang olahraga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Tubuh yang jarang bergerak dapat kehilangan kemampuannya untuk mengubah lemak menjadi energi sehingga akan terjadi penumpukan lemak. Hal ini dapat meningkatkan jumlah kolesterol jahat yang bisa memicu penyakit jantung koroner.

9. Kecanduan alkohol

Mengonsumsi alkohol terlalu banyak dapat meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan zat lemak yang mengalir dalam darah (trigliserida). Kedua hal ini dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah jantung sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.

Setelah mengetahui faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, sebisa mungkin Anda perlu menjauhi faktor-faktor tersebut agar bisa terhindar dari penyakit jantung koroner.

Untuk meminimalkan risiko terkena penyakit jantung koroner, ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan, seperti olahraga secara rutin, berhenti merokok, menjaga pola makan, membatasi konsumsi alkohol, dan beristirahat yang cukup.

Bahaya penyakit jantung koroner dapat memengaruhi kualitas hidup Anda. Jika arteri koroner sudah sepenuhnya tersumbat, hal ini dapat menyebabkan serangan jantung. Oleh karena itu, periksakan diri secara rutin ke dokter jika Anda berisiko tinggi terkena penyakit ini.

Anda juga dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter bila sudah mengalami gejala penyakit jantung koroner, seperti nyeri dada yang muncul saat melakukan aktivitas berat atau stres, sesak napas, keringat dingin, dan nyeri dada yang menjalar hingga ke lengan dan leher.