Kasus vaksin palsu telah banyak meresahkan orang tua. Mulai dari efek dan keamanannya untuk anak, serta cara memastikan keaslian vaksin itu sendiri. Untuk mengantisipasinya, ada cara-cara mudah yang bisa Anda lakukan agar Si Kecil mendapatkan vaksin yang terjamin keaslian dan keamanannya.

Vaksinasi adalah proses pemberian antigen berupa mikroorganisme hidup yang telah dilemahkan atau sudah mati, atau bagiannya yang telah diproses sedemikian rupa untuk menimbulkan imunitas tubuh si penerima vaksin. Vaksin diberikan dengan maksud merangsang pembentukan kekebalan tubuh aktif terhadap penyakit tertentu.
Ketahui Cara Menghindari Vaksin Palsu - Alodokter

Apa yang Dimaksud dengan Vaksin Palsu?

Vaksin palsu adalah sediaan berlabel vaksin yang tidak berisi antigen, sehingga tidak merangsang pembentukan kekebalan aktif, dan menjadikannya tidak bermanfaat.

Keaslian sebuah vaksin dapat ditentukan setelah melalui pemeriksaan laboratorium oleh BPOM. Dari hasil pemeriksaan, vaksin palsu umumnya mengandung bahan-bahan sebagai berikut:

  • Cairan infus NaCL
  • Vaksin yang diencerkan
  • Pelarut vaksin yang biasanya berupa cairan garam fisiologis atau aqua pro injection yang aman diserap tubuh
  • Antibiotik gentasimin

Hasil investigasi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Biofarma, Kementerian Kesehatan, dan instansi terkait menyebut bahwa efek samping vaksin palsu diduga kecil.

Karena diberikan dengan diencerkan, maka jika gentasimin diberikan dalam vaksin, dosis yang masuk ke tubuh akan cukup rendah.

Ditambah lagi, kemasan vaksin lebih kecil (maksimal 0,5 ml) dibandingkan kemasan gentamisin (2 ml mengandung 80 mg). Sehingga, maksimal gentamisin yang masuk ke dalam tubuh diperhitungkan sekitar 20 mg.

Setelah mencapai peredaran darah dalam kadar yang lebih kecil lagi, obat ini kemudian dibuang melalui ginjal. Berdasarkan logika ini, efek jangka panjang gentasimin bisa disebut sangat kecil.

Efek samping berupa gangguan ginjal dan pendengaran hanya dapat terjadi jika gentasimin diberikan lebih dari sekali atau dalam dosis tinggi.

Selain itu, infeksi atau reaksi alergi adalah risiko jangka pendek yang mungkin terjadi akibat suntik vaksin palsu yang mengandung cairan infus.

Pada umumnya, kemunculan reaksi alergi atau infeksi yang dapat terjadi akan terlihat dalam waktu tiga hari setelah penyuntikan dilakukan.

Infeksi akibat vaksin palsu diperkirakan karena proses pembuatan vaksin yang tidak memenuhi standar sterilisasi.

Mendapatkan Kepastian Vaksin Asli yang Aman

Menurut laporan Kemenkes, tidak semua jenis vaksin yang diberikan kepada anak dipalsukan. Lebih jauh lagi, jenis vaksin yang dipalsukan adalah dari kelompok vaksin impor berharga mahal dari perusahaan farmasi.

Beberapa contoh perusahaan farmasi itu adalah GSK (Glaxo Smith Kline) dan Sanofi Pasteur, yaitu Engerix-B sebagai vaksin hepatitis B, Pediacel sebagai kombinasi Pertusis, Difteri, Tetanus, Hib, dan IPV (vaksin polio yang berisi virus Polio yang sudah mati), serta Havrix 720 sebagai vaksin hepatitis A.

Sementara itu, jenis vaksin dari Bio Farma selama ini digunakan untuk oplosan ke dalam kemasan vaksin palsu, seperti vaksin campak dan hepatitis B .

Rumah sakit pemerintah dan puskesmas pada umumnya memberikan vaksin secara gratis. Vaksin gratis ini didapatkan dari produsen resmi yang ditunjuk oleh Kemenkes.

Oleh sebab itu, untuk mendapatkan vaksin asli, Anda dapat mendatangi sarana pelayanan kesehatan pemerintah, seperti puskesmas, posyandu, atau rumah sakit pemerintah. Kemenkes menjamin vaksin yang disalurkan melalui jalur pemerintah adalah asli dan aman.

Untuk mengantisipasi agar anak Anda tidak mendapatkan vaksin palsu, berikut adalah beberapa hal yang bisa Anda lakukan:

  • Minta dokter yang akan memberikan imunisasi untuk memeriksa tanggal kedaluwarsa vaksin, wadah dan segel vaksin, label vaksin, penanda suhu, serta bentuk fisik vaksin.
  • Pengecekan bentuk fisik vaksin dapat dilihat dari ada atau tidak adanya endapan, warna, serta kejernihannya. Izin edar vaksin asli atau palsu dapat diperiksa di website BPOM.
  • Amati reaksi tubuh anak setelah menerima vaksin. Segera periksakan ke dokter jika ada yang dirasa mengkhawatirkan.
  • Laporkan jika ada hal yang mencurigakan kepada BPOM via Halo BPOM 1500533 atau ke Kementrian Kesehatan di (kode lokal) 1500567.

Jika anak Anda ternyata mendapatkan vaksin palsu, anak dapat mengikuti imunisasi wajib ulang di lokasi pelayanan kesehatan rujukan Dinas Kesehatan, yang berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Vaksinasi ini bisa didapatkan gratis pada sarana kesehatan pemerintah.

Imunisasi ulang sebaiknya diberikan menggunakan vaksin berjenis sama atau setara yang disediakan oleh pemerintah. Hal ini tentu saja hanya bisa dilakukan jika orang tua setuju dan telah mendapat penjelasan yang lengkap.