Radang pembuluh darah terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang pembuluh darah yang sehat, sehingga mengganggu struktur dan fungsi pembuluh darah. Ada berbagai faktor risiko yang bisa memicu radang pembuluh darah, di antaranya infeksi berat dan penyakit pada sistem imun.  

Radang pembuluh darah dikenal dengan istilah vaskulitis. Kondisi ini dapat memengaruhi pembuluh darah kecil maupun besar. Ketika terjadi peradangan, pembuluh darah bisa menjadi sangat tipis, sehingga mudah pecah dan mengakibatkan perdarahan di dalam jaringan.

10 Faktor Risiko Radang Pembuluh Darah dan Pengobatannya - Alodokter

Pada kasus lain, radang pembuluh darah juga bisa menyebabkan penyempitan hingga penutupan pembuluh darah sepenuhnya. Akibatnya, aliran darah bisa terhambat sehingga menyebabkan kerusakan organ akibat kurangnya asupan oksigen dan nutrisi ke jaringan.

Radang pembuluh darah umumnya menimbulkan gejala demam, pegal-pegal, dan selalu cepat lelah. Gejala lain juga mungkin menyertai tergantung organ mana yang terdampak, misalnya telinga berdenging, mata merah, sesak napas, batuk berdarah, bintik merah pada kulit, dan tinja berdarah.

Penyebab dan Faktor Risiko Radang Pembuluh Darah

Penyebab radang pembuluh darah memang belum diketahui secara pasti, tetapi kondisi ini diduga terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang pembuluh darah hingga menyebabkan peradangan. Peradangan umumnya bisa dipicu oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Lanjut usia

Seiring dengan bertambahnya usia, jaringan tubuh lebih rentan mengalami peradangan dan kerusakan, termasuk pada pembuluh darah. Kondisi ini umumnya mulai terjadi saat seseorang menginjak usia 60 tahun ke atas.

Pembuluh darah biasanya menjadi menjadi lebih tebal dan kaku. Penebalan pada dinding ini dapat memicu penyumbatan pembuluh darah sebagian, bahkan total yang berakibat fatal.

2. Rokok

Risiko mengalami radang pembuluh darah juga dimiliki oleh perokok aktif. Hal ini karena kebiasaan merokok meningkatkan risiko terjadinya penyakit Buerger.

Meski terbilang langka, penyakit ini menyebabkan peradangan yang bisa mempersempit pembuluh darah dan menimbulkan gumpalan sehingga darah sulit mengalir.

3. Obat-obatan

Radang pembuluh darah juga banyak terjadi pada pengguna obat-obatan, seperti hydralazine untuk tekanan darah tinggi, levamisole untuk mengobati cacingan, propylthiouracil untuk penyakit tiroid, dan kemoterapi sebagai terapi kanker.

Efek samping vaskulitis akibat pengobatan di atas umumnya terjadi akibat indikasi, dosis, dan penggunaan yang tidak tepat atau tidak sesuai saran dokter. Oleh karena itu, sangat penting untuk konsultasi ke dokter terlebih dahulu sebelum minum obat resep dan kontrol ke dokter kembali bila diperlukan sesuai anjurannya.

4. Reaksi alergi

Reaksi alergi juga bisa menyebabkan radang di pembuluh darah. Alergi terjadi karena paparan alergen, seperti obat-obatan, makanan, paparan tungau, atau asap rokok. Meski demikian, penyebab alergi bisa berbeda-beda pada setiap penderitanya.

Alergi obat adalah jenis alergi yang paling mudah menyebabkan peradangan di pembuluh darah, khususnya bila obat diberikan dengan cara disuntik atau diminum. Obat-obatan yang kerap memicu alergi pada sebagian orang adalah antibiotik atau obat antiradang nonsteroid (OAINS).

Sebelum konsumsi obat jenis apa pun, sebaiknya konsultasikan ke dokter terlebih dahulu, terutama bila Anda memiliki riwayat alergi terhadap obat tertentu.

5. Infeksi berat

Radang pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh infeksi virus, seperti hepatitis B dan HIV, maupun infeksi bakteri, seperti Staphylococcus maupun Streptococcusm yang tidak ditangani dengan baik.

Awalnya, penderita penyakit infeksi bisa saja tidak menunjukkan gejala sama sekali, tetapi mekanisme sistem kekebalan tubuhnya seiring waktu menurun dan kuman penyebab infeksi menyebar ke pembuluh darah sehingga menyebabkan radang pembuluh darah.

Kondisi di atas disebut juga dengan sepsis. Kondisi ini bisa membuat terjadinya peradangan yang cukup parah dan memengaruhi fungsi organ sehingga mengakibatkan komplikasi yang fatal, seperti syok septik.

6. Gangguan sistem imun

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, gangguan sistem imun atau penyakit autoimun menjadi salah satu penyebab terjadinya radang pembuluh darah. Hal ini karena mekanisme pertahanan yang seharusnya melindungi tubuh dari racun atau kuman justru menyerang sel yang sehat, seperti sel-sel pembuluh darah.

Beberapa penyakit autoimun yang dapat memicu radang pada pembuluh darah adalah lupus, rheumatoid arthritis, dan scleroderma.

7. Penyakit Kawasaki

Penyakit Kawasaki biasanya menyerang anak-anak berusia 5 tahun atau di bawahnya dan menyebabkan peradangan pembuluh darah. Bila tidak ditangani, kondisi ini dapat meningkatkan risiko penyumbatan, perdarahan dalam tubuh, dan serangan jantung.

8. Kanker darah

Kanker darah seperti, leukemia, limfoma, atau myeloma dapat memengaruhi kondisi pembuluh darah. Akibat penyakit ini, antibodi yang diproduksi tubuh berkurang atau tidak berfungsi dengan baik, sehingga sistem kekebalan melemah dan tubuh rentan terhadap infeksi berat. Hal inilah yang kemudian bisa memicu radang pembuluh darah.

9. Arteritis sel raksasa

Arteritis sel raksasa adalah peradangan pada lapisan pembuluh darah arteri. Umumnya, kondisi ini menyerang arteri di kepala, terutama orang dewasa usia di atas 50 tahun

Lokasi peradangan yang berada di area kepala membuat munculnya gejala, seperti sakit kepala, nyeri kulit kepala, nyeri rahang, dan masalah penglihatan. Bila tidak segera ditangani, kondisi ini bisa menyebabkan kebutaan.

10. Arteritis Takayasu

Arteritis Takayasu adalah penyakit peradangan pembuluh darah yang cukup langka dan biasanya menyerang remaja serta wanita dewasa. Kondisi ini menyebabkan peradangan pada arteri besar yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh atau aorta.

Pengobatan Radang Pembuluh Darah

Radang pembuluh darah biasanya memerlukan pengobatan yang berbeda-beda, tergantung faktor pemicu, tingkat keparahan, dan organ yang terdampak. Jika peradangan disebabkan alergi obat, mungkin dapat sembuh dengan sendirinya seiring dengan dihentikannya penggunaan obat.

Lain halnya jika radang pembuluh darah sudah berdampak pada organ penting, seperti paru-paru, otak, atau ginjal, karena kondisi tersebut memerlukan perawatan segera.

Berikut beberapa pengobatan yang dapat diberikan untuk mengendalikan peradangan dan gejala dari radang pembuluh darah:

Obat-obatan

Salah satu obat yang paling umum diresepkan untuk radang pembuluh darah adalah obat kortikosteroid, seperti prednison.

Namun, penggunaan obat jenis ini dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi, gangguan tulang, bahkan gangguan penglihatan. Oleh karena itu, konsumsi obat ini memerlukan pengawasan dari dokter.

Selain itu, dokter juga akan meresepkan obat lain yang berfungsi untuk memperlambat sistem kekebalan tubuh agar tidak merusak pembuluh darah, seperti methotrexate.

Operasi

Prosedur operasi dibutuhkan pada kasus radang pembuluh darah yang menyebabkan tonjolan di dinding pembuluh darah atau aneurisma. Pembedahan dilakukan untuk mengurangi risiko pecahnya tonjolan.

Selain itu, bila radang pembuluh darah menyebabkan penyumbatan pada arteri, metode pembedahan diperlukan untuk kembali melancarkan aliran darah.

Itulah berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan radang pembuluh darah. Peradangan yang ringan umumnya tidak menimbulkan gejala dan belum membutuhkan penanganan segera.

Namun, bila Anda memiliki risiko mengalami radang pembuluh darah atau merasakan beberapa gejala yang mengarah pada kasus tersebut, seperti:

  • Mudah memar meski tidak terbentur apa pun
  • Sering kebas di area tubuh tertentu
  • Sakit kepala berkepanjangan
  • Perdarahan yang tidak jelas penyebabnya

Sebaiknya periksakan diri ke dokter untuk mengetahui ada atau tidaknya radang di pembuluh darah dan penyebabnya. Dengan begitu, Anda dapat memperoleh pengobatan yang tepat dan sesuai kondisi medis Anda.