Penyebab hidrosefalus sering kali tidak sepenuhnya dimengerti, tetapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hidrosefalus. Penanganan hidrosefalus pun beragam dan perlu disesuaikan dengan penyebabnya.

Hidrosefalus adalah penumpukan cairan di rongga otak yang menyebabkan peningkatan tekanan pada otak, sehingga ukuran kepala menjadi besar. Penyebab hidrosefalus belum diketahui pasti, tetapi kondisi ini bisa terjadi pada bayi baru lahir atau beberapa saat setelah lahir.

Penyebab Hidrosefalus Beserta Faktor Risiko dan Penanganannya - Alodokter

Selain kepala yang membesar, hidrosefalus pada bayi dan anak juga bisa memicu gejala lain, seperti muntah, kejang, mudah kantuk, dan gangguan tumbuh kembang. Sementara pada orang dewasa, gejala yang muncul dapat berupa sulit berjalan, hilang keseimbangan, sakit kepala, dan hilang ingatan.

Penyebab Hidrosefalus dan Faktor Risikonya

Sebagaimana sudah dikatakan sebelumnya, penyebab hidrosefalus sebenarnya tidak diketahui. Namun, beberapa faktor bisa menyebabkan seseorang terkena hidrosefalus, mulai dari kelahiran prematur, infeksi selama masa kehamilan, hingga cedera atau infeksi pada otak. 

Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya hidrosefalus:

1. Kelainan kongenital

Kelainan kongenital atau kelainan bawaan yang cukup sering menimbulkan hidrosefalus pada bayi baru lahir adalah spina bifida. Presentase bayi penderita spina bifida untuk terkena hidrosefalus adalah sekitar 15–25%. Kondisi ini terjadi ketika sumsum tulang belakang keluar hingga menonjol keluar kulit bayi.

2. Komplikasi kelahiran prematur

Kelahiran prematur dapat menyebabkan komplikasi, salah satunya perdarahan otak. Perdarahan yang terjadi di otak bayi bisa menyebabkan terbentuknya gumpalan darah yang menyumbat aliran cairan di otak (cairan serebrospinal). Kondisi ini akhirnya dapat menyebabkan penumpukan cairan, sehingga memicu hidrosefalus.

Bayi prematur lebih rentan terkena hidrosefalus karena organ tubuhnya belum berkembang secara sempurna.

3. Infeksi yang terjadi selama kehamilan

Infeksi yang terjadi selama kehamilan, seperti rubella atau sifilis, bisa membuat bayi rentan terkena hidrosefalus. Pasalnya, infeksi bisa menyebabkan terjadinya peradangan pada jaringan otak janin sehingga bayi dapat mengalami hidrosefalus saat lahir.

4. Kerusakan otak

Penyebab hidrosefalus berikutnya adalah kerusakan otak, baik akibat penyakit stroke maupun cedera kepala berat. Kedua kondisi ini bisa memicu perdarahan dalam otak sehingga jaringan otak menyusut dan membuat rongga di sekitarnya menjadi lebih besar.

5. Tumor otak

Hidrosefalus juga bisa dipicu oleh tumor otak. Ini karena jaringan tumor yang ada di otak dapat menghalangi aliran cairan serebrospinal dan menyebabkan penumpukan cairan di otak, sehingga penderitanya bisa mengalami hidrosefalus. 

6. Meningitis

Meningitis merupakan penyakit yang terjadi akibat peradangan atau infeksi pada selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang atau disebut juga selaput meningen. 

Meningitis yang tidak diatasi dengan baik bisa menyebabkan hidrosefalus. Pasalnya, infeksi akan memicu iritasi di jaringan otak dan penumpukan cairan di dalam rongganya. 

Penanganan Hidrosefalus

Sebelum memberikan penanganan kepada pasien hidrosefalus, dokter perlu melakukan beberapa tes pencitraan terlebih dahulu, seperti ultrasonografi, MRI, dan CT scan. Tes ini penting untuk menemukan penyebab dari kelainan tersebut sehingga dapat menentukan penanganan yang sesuai.

Hidrosefalus umumnya ditangani dengan cara operasi. Penanganan ini bertujuan untuk mengurangi kadar cairan di dalam otak.

Berikut ini adalah jenis operasi yang dapat dilakukan untuk menangani hidrosefalus:

Operasi pemasangan shunt

Operasi pemasangan shunt adalah penanganan operasi yang melibatkan alat khusus (shunt) di dalam kepala. Alat ini berfungsi untuk mengalirkan cairan di dalam rongga otak ke bagian tubuh lain sehingga cairan di dalam otak pun berkurang.

Endoscopic third ventryculostomy (ETV)

ETV merupakan penanganan hidrosefalus yang dilakukan dengan cara membuat lubang baru di rongga otak. Hal ini bertujuan agar cairan di dalam otak dapat mengalir ke luar.

Selain penanganan operasi, penumpukan cairan di otak juga bisa mengganggu fungsi otak, misalnya untuk mengingat dan berpikir. Selain penanganan dengan prosedur medis, dokter mungkin akan menganjurkan pasien untuk mengonsumsi obat-obatan dan menjalani fisioterapi untuk mengembalikan fungsi otaknya. 

Itulah beberapa informasi penting mengenai penyebab hidrosefalus dan penanganan yang dapat dilakukan.

Jika Anda atau orang terdekat Anda diduga mengalami hidrosefalus, jangan tunda untuk memeriksakan diri pada dokter atau melakukan konsultasi melalui Chat Bersama Dokter. Nantinya, dokter akan memberikan penanganan yang tepat dan sesuai dengan kondisi yang mendasarinya.