Penyebab rematik di usia muda tidak hanya berasal dari faktor genetik, tetapi juga dapat dipicu oleh gangguan autoimun, infeksi, gaya hidup, hingga stres kronis. Kondisi ini membuat banyak remaja dan dewasa muda mulai mengalami nyeri, kaku, dan pembengkakan sendi yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Rematik atau arthritis sering disalahartikan sebagai penyakit yang hanya menyerang orang lanjut usia, padahal banyak kasus justru muncul pada remaja dan dewasa muda. Kondisi ini dapat mengganggu aktivitas, menurunkan produktivitas, dan berdampak pada kesehatan mental jika tidak ditangani dengan tepat.

Penyebab rematik di usia muda umumnya berkaitan dengan faktor autoimun, genetik, infeksi, serta gaya hidup tidak sehat yang memicu peradangan sendi. Dengan memahami berbagai penyebab tersebut, Anda dapat lebih waspada dan melakukan pencegahan sejak dini untuk menjaga kesehatan sendi tetap optimal.
Faktor yang Menjadi Penyebab Rematik di Usia Muda
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya rematik di usia muda:
1. Faktor genetik
Jika Anda memiliki orang tua atau saudara kandung yang pernah mengalami rematik atau penyakit autoimun, risiko Anda terkena rematik di usia muda akan lebih tinggi. Hal ini terjadi karena adanya faktor genetik yang dapat membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lebih sensitif dan mudah menyerang jaringan sendiri.
Misalnya, jika ayah atau ibu Anda menderita rheumatoid arthritis, Anda sebaiknya lebih waspada terhadap tanda-tanda awal rematik dan segera memeriksakan diri bila muncul gejala.
2. Gangguan sistem imun (autoimun)
Pada sebagian orang muda, rematik dapat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh keliru mengenali jaringan sendi sebagai ancaman dan menyerangnya. Kondisi ini dikenal sebagai penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis dan juvenile idiopathic arthritis, yang sering muncul pada remaja.
Akibat peradangan kronis tersebut, sendi menjadi bengkak, nyeri, kaku, dan lama-kelamaan dapat mengalami kerusakan permanen bila tidak ditangani dengan tepat.
3. Infeksi tertentu
Infeksi bakteri atau virus tertentu dapat memicu reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh yang akhirnya menyerang jaringan sendi. Misalnya, infeksi tenggorokan akibat bakteri Streptococcus dapat menyebabkan peradangan sendi reaktif, sedangkan infeksi virus, seperti hepatitis B dan C juga dikaitkan dengan peningkatan risiko rematik.
Pada beberapa orang, gejala rematik bahkan baru muncul beberapa minggu setelah infeksi utama sembuh.
4. Cedera sendi berulang
Penyebab rematik di usia muda salah satunya adalah aktivitas fisik yang terlalu berat atau cedera sendi yang terjadi berulang kali. Remaja atau dewasa muda yang rutin berolahraga intens, seperti atlet sepak bola atau pelari, lebih rentan mengalami peradangan kronis akibat tekanan berlebih pada sendi.
Cedera yang tidak ditangani dengan baik dapat mempercepat kerusakan jaringan sendi dan meningkatkan risiko terjadinya rematik di kemudian hari.
5. Kebiasaan merokok
Merokok dalam jangka panjang sejak usia muda terbukti dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit autoimun, termasuk rematik. Kandungan zat kimia dalam rokok dapat merusak keseimbangan sistem kekebalan tubuh dan memicu peradangan pada jaringan sendi.
Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa remaja yang mulai merokok sejak dini berisiko lebih cepat mengalami gejala rematik dibandingkan mereka yang tidak merokok.
6. Obesitas
Berat badan berlebih (obesitas) dapat memberikan tekanan berlebihan pada sendi, terutama di area lutut dan pergelangan kaki, sehingga meningkatkan risiko peradangan dan kerusakan sendi. Selain itu, penumpukan lemak tubuh juga dapat memicu pelepasan zat kimia yang memperburuk proses peradangan di dalam tubuh.
Akibatnya, remaja atau dewasa muda dengan obesitas sering mengalami nyeri sendi dan lebih cepat mengalami gangguan pada fungsi sendi dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan ideal.
7. Pola makan dan gaya hidup tidak sehat
Kebiasaan makan makanan tinggi gula, lemak jenuh, dan olahan, serta kurang vitamin dan mineral, bisa merusak kesehatan sendi dan sistem imun. Jarang berolahraga, kurang tidur, dan stres juga dapat memicu peradangan di tubuh.
Akibatnya, anak muda yang sering makan junk food dan jarang bergerak lebih berisiko terkena rematik dibandingkan mereka yang menjaga pola hidup sehat.
Rematik di usia muda tidak hanya menyebabkan nyeri, kaku, dan pembengkakan sendi, tetapi juga dapat menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan. Kondisi ini bisa mengganggu aktivitas belajar, pekerjaan, hingga hubungan sosial, terutama jika peradangan berlangsung lama tanpa penanganan yang tepat.
Dalam jangka panjang, peradangan kronis dapat menyebabkan kerusakan sendi permanen, gangguan pertumbuhan pada remaja, serta komplikasi pada organ lain seperti jantung, paru-paru, atau bahkan kesehatan mental.
Meski sebagian penyebab rematik di usia muda dipengaruhi oleh faktor genetik dan autoimun, risiko terjadinya rematik tetap dapat ditekan dengan menerapkan gaya hidup sehat, seperti:
- Menjaga berat badan tetap ideal agar sendi tidak terbebani berlebihan
- Berolahraga ringan minimal 30 menit per hari untuk menjaga kelenturan dan kekuatan sendi
- Mengonsumsi makanan bergizi yang kaya vitamin, mineral, dan antioksidan
- Menghindari kebiasaan merokok yang dapat memicu peradangan
- Mengurangi konsumsi makanan olahan tinggi gula dan lemak
- Menjaga kebersihan diri untuk mencegah infeksi pemicu peradangan
Jika Anda, teman, atau anggota keluarga di rumah mulai merasakan gejala rematik di usia muda, jangan tunda untuk berkonsultasi ke dokter. Konsultasi dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja serta cepat dan praktis melalui Chat Bersama Dokter di aplikasi ALODOKTER.
Dengan begitu, dokter dapat memastikan penyebabnya dan memberikan pengobatan sesuai kondisi Anda.