Acrophobia adalah ketakutan yang tidak wajar terhadap ketinggian. Penderita acrophobia dapat merasa cemas, gemetar, pusing, hingga sesak napas ketika sedang berada di tempat yang tinggi. Jika tidak ditangani, acrophobia dapat mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya.

Merasa takut saat di ketinggian merupakan hal yang normal terjadi pada sebagian orang. Hal ini membuat mereka akan lebih berhati-hati agar tidak terjatuh. Namun, pada penderita acrophobia, rasa takut tetap muncul meski sebenarnya situasi tersebut tidak membahayakan dirinya.

Acrophobia - Alodokter

Pada kondisi yang parah, penderita acrophobia bisa merasa cemas ketika sadar bahwa dirinya berada beberapa meter di atas tanah, misalnya di tengah tangga. Kondisi ini juga dapat membuat penderitanya menghindari kegiatan, termasuk interaksi sosial, yang diadakan di ketinggian.

Penyebab Acrophobia

Penyebab acrophobia belum dapat dipastikan. Namun, kondisi ini umumnya dapat muncul akibat beberapa faktor berikut:

  • Pernah mengalami kejadian traumatis, misalnya terjatuh atau melihat orang lain jatuh dari tempat yang tinggi
  • Memiliki keluarga yang juga fobia terhadap ketinggian atau menderita gangguan kecemasan
  • Pernah mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan, misalnya serangan panik, ketika berada di ketinggian
  • Terbiasa melihat perilaku orang terdekat yang takut dengan ketinggian

Jenis-jenis ketinggian yang dapat membuat penderita acrophobia mengalami ketakutan berlebihan adalah:

  • Gedung tinggi
  • Tangga atau eskalator
  • Parkiran bertingkat
  • Papan panjat tebing
  • Permainan rollercoaster
  • Jembatan
  • Jalan layang
  • Rumah dengan jendela besar di lantai atas
  • Pesawat terbang (aerophobia)

Gejala Acrophobia

Gejala acrophobia bisa timbul setiap penderita memikirkan, melihat, atau berada di tempat yang tinggi. Keluhan dan gejala yang umum terjadi adalah:

  • Cemas, takut, dan panik yang berlebihan
  • Berkeringat banyak
  • Nyeri dada
  • Sesak napas
  • Jantung berdebar-debar
  • Gemetaran
  • Mulut kering
  • Mual dan muntah
  • Mati rasa atau kesemutan di tangan, kaki, atau bibir
  • Hilang keseimbangan
  • Pusing seperti akan pingsan

Ketika berada di tempat yang tinggi, penderita acrophobia umumnya akan langsung mencari sesuatu untuk berpegangan, berlutut, berjongkok, atau merangkak. Hal ini ia lakukan meskipun situasi tersebut tidak mengancam dirinya.

Selain itu, penderita acrophobia akan menghindari situasi yang mengharuskannya berada di tempat tinggi, misalnya naik pesawat, naik lift, tinggal di lantai atas hotel, atau memperbaiki lampu yang lokasinya harus diraih dengan tangga.

Kapan harus ke dokter

Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala yang telah disebutkan di atas, terutama jika ketakutan yang dialami sudah sampai menurunkan kualitas hidup dan mengganggu produktivitas.

Diagnosis Acrophobia

Dokter akan mendiagnosis acropobhia dengan menanyakan gejala yang muncul, riwayat kesehatan pasien dan keluarganya, serta pengalaman traumatis yang terkait dengan ketinggian.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk mencari tahu apakah gejala yang dialami pasien disebabkan oleh penyakit fisik tertentu.

Untuk mendiagnosis fobia ketinggian, dokter akan menggunakan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Seseorang dapat dikatakan mengalami acrophobia jika memiliki kriteria berikut:

  • Mengalami rasa takut yang tidak wajar pada ketinggian meski situasinya tidak membahayakan diri
  • Mengalami kecemasan saat membayangkan atau memikirkan situasi di tempat tinggi yang belum tentu terjadi
  • Menghindari aktivitas di tempat tinggi
  • Mengalami kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari karena fobia ketinggian

Pasien dapat didiagnosis menderita acrophobia jika mengalami gejala-gejala di atas setidaknya selama 6 bulan atau lebih.

Pengobatan Acrophobia

Pengobatan acrophobia bertujuan untuk meredakan rasa takut dan cemas, serta mengajarkan pasien cara mengendalikan diri dengan baik ketika memikirkan atau berhadapan dengan situasi yang ditakuti. Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan:

Terapi paparan

Exposure therapy atau terapi paparan biasanya menjadi pengobatan utama untuk acrophobia. Dalam terapi ini, seorang terapis akan memperlihatkan gambar-gambar dari sudut pandang orang di dalam gedung yang tinggi.

Pasien juga mungkin akan diminta untuk menonton video orang yang menyeberangi tali atau jembatan, dan memanjat tangga. Dengan begitu, pasien diharapkan dapat menguasai teknik relaksasi untuk menghadapi dan mengendalikan rasa takut akan ketinggian yang dialaminya.

Terapi perilaku kognitif

Terapi perilaku kognitif dilakukan dengan mengajarkan pasien untuk menghadapi atau mengalihkan pemikiran negatif mengenai ketinggian. Tujuannya adalah untuk membuat pasien lebih berani dan berpikir positif terhadap objek atau situasi yang berkaitan dengan ketinggian.

Obat-obatan

Selain terapi, dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk mengatasi gejala atau keluhan yang muncul. Obat-obatan yang digunakan meliputi:

  • Penghambat beta, untuk menjaga tekanan darah agar tetap stabil dan memperlambat detak jantung ketika sedang cemas
  • Benzodiazepine, untuk mengurangi gejala kecemasan, tetapi hanya untuk jangka pendek

Perlu diingat bahwa konsumsi obat-obat di atas harus sesuai resep dokter. Hindari menambah atau mengurangi dosis obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Komplikasi Acrophobia

Acrophobia yang parah dan tidak tertangani dapat membuat penderitanya selalu takut, cemas, dan panik ketika memikirkan, melihat, atau berada di tempat yang tinggi.

Acrophobia dapat menyebabkan penderitanya mengalami penurunan kualitas hidup karena selalu menghindari kegiatan yang melibatkan ketinggian. Selain itu, penderita bisa mengalami cedera akibat terjatuh bila gejala acrophobia timbul ketika sedang berada di tempat yang tinggi.

Jika tidak tertangani, acrophobia juga bisa menyebabkan komplikasi, seperti depresi dan gangguan kecemasan.

Pencegahan Acrophobia

Acrophobia sulit untuk dicegah, karena penyebabnya belum diketahui. Akan tetapi, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan rasa takut dan cemas yang muncul akibat ketinggian, yaitu:

  • Berlatih secara perlahan untuk melihat atau berada di ketinggian, misalnya dengan berlatih menaiki tangga secara perlahan sambil melihat ke lantai bawah
  • Meminta bantuan kepada keluarga atau teman untuk membantu mengatasi rasa takut terhadap ketinggian, misalnya minta diantarkan untuk berkendara melewati jalan layang
  • Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang
  • Beristirahat dan tidur yang cukup
  • Menghindari konsumsi minuman berkafein
  • Berolahraga secara rutin