Bayi mengonsumsi jamur sering menjadi pertanyaan orang tua karena bahan makanan ini dikenal lezat sekaligus kaya nutrisi, seperti serat, vitamin, dan mineral. Namun, penting untuk memahami apakah jamur aman diberikan kepada bayi dan bagaimana cara menyajikannya dengan tepat.
Jamur hadir dalam berbagai bentuk dan tekstur, serta mudah diolah menjadi beragam hidangan sehari-hari. Karena rasanya gurih dan kandungan nutrisinya, jamur sering dimanfaatkan sebagai bahan tambahan maupun kaldu alami.

Meski begitu, sebelum bayi mengonsumsi jamur, orang tua perlu memahami jenis jamur yang aman dan cara pengolahannya agar sesuai dengan sistem pencernaan bayi.
Keamanan Konsumsi Jamur pada Bayi
Jamur yang lezat dan bernutrisi dapat menjadi salah satu pilihan menu MPASI. Umumnya, bayi sudah boleh mengonsumsi jamur ketika mulai mampu mencerna makanan selain ASI, yaitu sekitar usia 10–12 bulan.
Pada usia ini, sistem pencernaan bayi sudah lebih matang sehingga dapat menerima makanan bertekstur lembut dengan lebih baik.
Jamur mengandung kalium yang berperan penting dalam mendukung fungsi otot, menjaga irama jantung, serta membantu kerja sel saraf otak bayi. Selain itu, kalium juga berfungsi mengatur keseimbangan cairan tubuh sehingga dapat membantu menjaga tekanan darah tetap stabil sejak dini.
Pemberian MPASI yang mengandung kalium secara cukup diketahui dapat membantu menurunkan risiko masalah kesehatan di kemudian hari, seperti batu ginjal dan penurunan kepadatan tulang.
Oleh karena itu, saat bayi mengonsumsi jamur sebagai bagian dari menu MPASI yang seimbang, manfaat nutrisinya bisa mendukung kesehatan jangka panjang.
Beberapa jenis jamur juga merupakan sumber vitamin D alami. Vitamin ini berperan penting dalam pembentukan tulang dan gigi yang kuat. Kekurangan vitamin D pada bayi dapat meningkatkan risiko rakitis, yaitu gangguan pertumbuhan tulang yang membuatnya menjadi lunak dan mudah bengkok.
Selain itu, jamur juga mengandung zat besi, selenium, dan serat yang bermanfaat untuk mendukung tumbuh kembang bayi serta membantu fungsi pencernaan agar lebih optimal.
Tips Mengolah Jamur sebagai MPASI
Jamur mudah ditemukan di pasar tradisional maupun toko swalayan, seperti jamur kancing, jamur shitake, jamur maitake, jamur tiram, jamur portobello, dan jamur enoki. Meski begitu, sebelum bayi mengonsumsi jamur, Bunda perlu memperhatikan beberapa hal penting berikut agar aman dan bergizi:
- Pilih jamur yang masih segar, utuh, dan bersih. Hindari jamur yang lembap, berlendir, terlalu keras, atau berbau tidak sedap.
- Cuci tangan sebelum mengolah jamur.
- Bersihkan jamur dengan air mengalir hingga sisa kotoran hilang.
- Masak jamur hingga benar-benar matang, lalu haluskan atau tumis dengan sedikit minyak sehat, seperti minyak zaitun.
- Hindari penggunaan bumbu berlebihan. Jika perlu, tambahkan bawang putih sebagai penambah rasa alami.
- Sajikan jamur bersama bahan makanan bergizi lain, seperti bayam, kentang, atau kacang hijau.
- Simpan jamur mentah dalam wadah tertutup di lemari es dan gunakan maksimal dalam waktu 5 hari.
Jamur dapat menjadi salah satu variasi menu MPASI yang bernutrisi untuk bayi. Meski begitu, pastikan Bunda tetap memberikan ASI serta berbagai jenis makanan sehat lainnya agar kebutuhan gizi Si Kecil terpenuhi secara seimbang.
Perlu diingat, pada sebagian anak, jamur dapat memicu reaksi alergi. Jika setelah mengonsumsi jamur Si Kecil mengalami ruam, gatal-gatal, pembengkakan pada bibir atau wajah, muntah, diare, batuk, atau sesak napas, segera bawa ia ke dokter atau IGD rumah sakit terdekat, guna mendapatkan penanganan yang tepat.
Bila Bunda ingin memastikan apakah bayi boleh bayi mengonsumsi jamur serta jumlah dan tips aman mengolahnya, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter. Konsultasi dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja serta cepat dan praktis melalui Chat Bersama Dokter di aplikasi ALODOKTER.