Obat herbal atau suplemen herbal bukanlah hal yang asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Obat-obatan tersebut mudah ditemukan di mana-mana, bisa dibuat sendiri, dan mungkin sudah dikonsumsi secara turun-temurun sejak ratusan tahun lalu. Jika Anda ingin mengonsumsi suplemen herbal, teliti dulu sebelum membeli.

Suplemen herbal yang ada di Indonesia beragam jenisnya, mulai dari ramuan yang harus diperas, diseduh, atau direbus dan diminum airnya, ekstrak tanaman, pil, kapsul, tablet, bubuk, hingga suplemen herbal dalam bentuk cair, contohnya jus Tahitian noni. Selain itu, tanaman tertentu, seperti kayu secang, kumis kucing, ashwagandha, atau cordyceps, juga kerap dikonsumsi sebagai suplemen atau teh herbal. 

Cara Memilih Suplemen Herbal dengan Benar - Alodokter

Berbagai pilihan obat atau suplemen herbal tersebut diyakini mampu menjaga atau meningkatkan kesehatan, dan bahkan mengobati banyak penyakit. Ramuan herbal tertentu juga diklaim dapat membantu proses pembuangan racun atau detoksifikasi tubuh.

Kini, banyak orang yang memadukan suplemen herbal tersebut dengan pengobatan medis modern untuk menyembuhkan penyakit yang diderita. Alasannya adalah karena obat atau suplemen herbal terbuat dari bahan alami, bukan campuran kimia.

Namun meski alami, obat atau suplemen herbal belum tentu cocok untuk semua orang dan berpotensi menyebabkan masalah lain, misalnya:

  • Semua ramuan herbal bisa memiliki efek samping. Apa pun yang cukup kuat untuk menghasilkan efek positif, seperti menurunkan kolesterol atau darah tinggi, juga cukup kuat untuk membawa risiko yang tidak diinginkan.
  • Obat dan suplemen herbal memiliki efek interaksi dengan pengobatan tertentu yang berpotensi mengurangi efek kerja obat, memperkuat risiko terjadi efek samping, hingga mengganggu metabolisme obat di dalam tubuh.
  • Tidak semua obat herbal terdaftar dan tersertifikasi.
  • Bukti keefektifan obat herbal secara medis (penelitian ilmiah/uji klinis) pada umumnya sangat terbatas.

Suplemen herbal secara umum dikategorikan sebagai jenis suplemen makanan tradisional. Karenanya, studi efektivitas, dosis, dan efek sampingnya pun melalui regulasi yang berbeda dengan studi pada obat secara umum. Oleh karena itu, sebelum membeli obat atau suplemen herbal disarankan untuk melakukan berbagai hal berikut:

  • Konsultasilah dengan dokter sebelum membeli atau mengonsumsi obat herbal.
  • Periksa apakah produk sudah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) Republik Indonesia. Anda bisa melakukan pengecekan dengan membuka situs ini.
  • Teliti perusahaan yang membuat produk herbal
  • Teliti apakah produk tersebut membuat klaim yang aneh atau sulit dibuktikan.
  • Periksa apakah produk tersebut telah melalui uji klinis yang ditentukan oleh pemerintah. Teliti juga apakah penelitian tersebut dilakukan dengan benar.
  • Periksa apakah di label produk terdapat informasi tentang bahan baku obat, efek sampingnya, formula standar, petunjuk pengonsumsian, dan peringatan penggunaan. Cek juga apakah informasi pada label tersebut jelas dan mudah dibaca.
  • Cek apakah ada nomor telepon, alamat, atau situs yang terdaftar sehingga Anda sebagai konsumen dapat mengetahui lebih banyak informasi tentang produk tersebut.
  • Pelajari sebanyak mungkin tentang ramuan herbal yang dikonsumsi dengan berkonsultasi pada dokter dan menghubungi produsen suplemen herbal untuk mendapatkan informasi.
  • Jika Anda menggunakan suplemen herbal, ikuti petunjuk label secara hati-hati dan gunakan sesuai dosis yang dianjurkan.
  • Perhatikan efek samping dan temui dokter jika terjadi reaksi alergi.

Terakhir, perlu diingat penggunaan produk herbal sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu jika terdapat beberapa kondisi seperti:

  • Mengonsumsi obat lain. Meskipun suplemen ini diyakini lebih aman karena berbahan herbal dan alami, kandungan aktif dari suplemen herbal bisa jadi merupakan senyawa kimia aktif. Kandungan ini dapat berinteraksi dengan obat lain dan memengaruhi kinerja serta metabolisme obat di dalam tubuh.
  • Memiliki kondisi kesehatan serius, seperti penyakit hati atau ginjal.
  • Harus menjalani operasi.
  • Hamil atau menyusui.
  • Orang tua lanjut usia.
  • Anak-anak.
  • Riwayat alergi dengan produk herbal.

Keputusan untuk memilih produk herbal perlu disesuaikan dengan beberapa faktor seperti: efek klinis yang terbukti berkhasiat dan didukung oleh bukti dari penelitian yang sesuai standar, efek samping serta risiko penggunaan produk herbal, dan kesesuaian harga. So, sebelum Anda mengonsumsi obat atau suplemen herbal apa pun, sangat disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Misalnya, tumbuhan herbal, seperti bunga daffodil yang dipercaya bisa mengobati banyak kondisi, ternyata bisa menyebabkan keracunan. Nah, jangan sampai karna terburu-buru ingin mengonsumsi bahan herbal, kamu justru mengalami efek samping yang buruk, ya.