Farmoten adalah obat dengan kandungan captopril yang berguna untuk mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi). Tekanan darah yang terkontrol akan menurunkan risiko terjadinya komplikasi hipertensi, seperti stroke, serangan jantung, atau gagal ginjal.

Farmoten tersedia dalam bentuk tablet yang berisi 25 mg captopril. Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan angiotensin II, yaitu hormon yang berfungsi menyempitkan pembuluh darah.

Farmoten

Cara kerja Farmoten akan melebarkan pembuluh darah. Dengan begitu, aliran darah lebih lancar, tekanan darah menurun, dan kerja jantung dalam memompa darah menjadi lebih ringan.

Selain hipertensi, Farmoten juga bisa digunakan untuk menangani gagal jantung, penyakit ginjal akibat diabetes (nefropati diabetik), serta perawatan rutin setelah serangan jantung.

Apa Itu Farmoten

Bahan aktif Captopril
Golongan Obat resep
Kategori Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor)
Manfaat Mengatasi hipertensi, gagal jantung, dan nefropati diabetik
Mencegah komplikasi setelah serangan jantung
Dikonsumsi oleh Dewasa dan lansia
Farmoten untuk ibu hamil dan menyusui Kategori D: Ada bukti bahwa kandungan obat berisiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar daripada risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam nyawa.
Farmoten dapat dikonsumsi oleh ibu menyusui jika memang dibutuhkan. Namun, penggunaan obat ini harus sesuai dengan anjuran dokter.
Ibu yang menyusui bayi prematur tidak boleh minum Farmoten. Hal ini karena pada bayi prematur, obat ini berisiko menyebabkan kerusakan ginjal.
Bentuk obat Tablet

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Farmoten

Sebelum mengonsumsi Farmoten, Anda perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

  • Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Farmoten tidak boleh dikonsumsi oleh pasien yang alergi terhadap obat ini atau obat ACE inhibitor lain, seperti lisinopril.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita angioedema, lupus, hiperkalemia, penyakit jantung, hipotensi, leukopenia, penyakit liver, penyakit ginjal, atau penyakit pada jaringan ikat, seperti sindrom Marfan, sindrom Sjögren, dan skleroderma.
  • Informasikan kepada dokter jika Anda sedang menjalani diet rendah garam.
  • Beri tahu dokter jika Anda menderita diabetes dan sedang menjalani terapi dengan aliskiren. Farmoten tidak boleh digunakan pada kondisi ini.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang menjalani prosedur cuci darah (hemodialisis)
  • Jangan langsung mengemudi atau melakukan aktivitas lain yang memerlukan kewaspadaan setelah minum Farmoten karena obat ini dapat menyebabkan pusing.
  • Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama menjalani pengobatan dengan Farmoten karena dapat meningkatkan risiko terjadinya efek samping. Beri tahu dokter jika kesulitan mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
  • Konsultasikan dengan dokter jika Anda sedang mengalami dehidrasi atau kondisi yang menyebabkan dehidrasi, misalnya diare atau muntah terus menerus, baik sebelum maupun selama mengonsumsi obat ini.
  • Jangan terlalu lama terpapar sinar matahari selama menggunakan Farmoten. Gunakan tabir surya dan baju yang tertutup jika hendak beraktivitas di luar ruangan pada siang hari.
  • Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, mungkin hamil, berencana untuk hamil, atau sedang menyusui. Farmoten tidak disarankan untuk ibu hamil, terutama pada trimester 2 dan 3.
  • Informasikan kepada dokter jika Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk suplemen dan produk herbal, untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan.
  • Beri tahu dokter bahwa Anda sedang menggunakan Farmoten sebelum menjalani tindakan medis apa pun, termasuk operasi gigi.
  • Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius setelah mengonsumsi Farmoten.

Dosis dan Aturan Pakai Farmoten

Berikut ini adalah dosis umum penggunaan Farmoten berdasarkan kondisi yang diobati:

Kondisi: Hipertensi

  • Dewasa: Dosis awal 25–50 mg per hari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap setelah 2 minggu pengobatan hingga 100–150 mg per hari.
  • Lansia: Dosis awal 6,25 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan sesuai dengan tekanan darah pasien.

Kondisi: Nefropati diabetik

  • Dewasa: 25 mg, 3–4 kali sehari.
  • Lansia: Dosis awal 6,25 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan sesuai dengan tekanan darah pasien.

Kondisi: Gagal jantung

  • Dewasa: Dosis awal 6,25–12,5 mg, 2–3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap setelah 2 minggu pengobatan sesuai respons pasien terhadap obat. Dosis perawatan 25–50 mg, 3 kali sehari.
  • Lansia: Dosis awal 6,25 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan sesuai dengan tekanan darah pasien.

Kondisi: Pascaserangan jantung

  • Dewasa: 25–50 mg, 3 kali sehari.
  • Lansia: Dosis awal 6,25 mg 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan sesuai dengan tekanan darah pasien.

Cara Mengonsumsi Farmoten dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca petunjuk pada kemasan sebelum mengonsumsi Farmoten. Jangan menambah atau mengurangi dosis tanpa persetujuan dokter.

Minum Farmoten dengan air putih saat perut dalam keadaan kosong, idealnya 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Konsumsilah Farmoten pada jam yang sama setiap harinya agar kerja obat optimal.

Jika lupa mengonsumsi Farmoten, segera minum obat ini begitu teringat. Namun, jika jadwal minum obat berikutnya sudah dekat, abaikan dosis yang terlewat dan jangan menggandakan dosis selanjutnya.

Farmoten membuat Anda lebih mudah mengalami dehidrasi. Perbanyak minum air putih selama mengonsumsi obat ini agar asupan cairan di dalam tubuh tetap tercukupi.

Agar tekanan darah dapat terkontrol dengan baik, terapi dengan Farmoten perlu diiringi dengan pola hidup sehat. Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam dan lemak dari makanan, berolahraga secara teratur, dan tidak merokok.

Selama pengobatan dengan Farmoten, dokter akan meminta Anda untuk menjalani tes darah, fungsi ginjal, kadar elektrolit, dan tekanan darah secara berkala. Hal ini untuk memantau kondisi Anda dan hasil terapi. Patuhi jadwal kontrol yang diberikan dokter.

Simpan Farmoten di ruangan bersuhu sejuk dan terhindar dari hawa panas atau sinar matahari langsung. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Farmoten dengan Obat Lain

Ada beberapa interaksi antarobat yang dapat terjadi jika Farmoten dikonsumsi dengan obat-obatan tertentu, yaitu:

  • Peningkatan risiko terjadinya hipotensi, hiperkalemia, dan gangguan fungsi ginjal, termasuk gagal ginjal, jika digunakan dengan aliskiren
  • Peningkatan risiko terjadinya angioedema jika dikonsumsi dengan sacubitril/valsartan, sirolimus, atau everolimus
  • Peningkatan risiko terjadinya kelebihan kalium darah (hiperkalemia) jika digunakan bersama suplemen kalium; obat diuretik hemat kalium (seperti spironolactone atau amiloride); maupun obat yang meningkatkan kadar kalium, seperti heparin atau kotrimoksazol
  • Efek penurunan tekanan darah yang lebih besar bila dikonsumsi dengan obat antihipertensi lain sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya hipotensi
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping Farmoten jika digunakan bersama probenecid
  • Peningkatan risiko terjadinya efek samping lithium
  • Peningkatan risiko terjadinya kadar gula darah terlalu rendah (hipoglikemia) jika digunakan dengan obat golongan sulfonilurea, atau obat antidiabetes, seperti insulin
  • Peningkatan risiko terjadinya leukopenia (rendahnya kadar sel darah putih) dan infeksi jika dikonsumsi dengan allopurinol, procainamide, atau obat imunosupresan
  • Peningkatan risiko terjadinya hipotensi jika digunakan dengan antidepresan trisiklik atau obat antipsikotik
  • Peningkatan risiko terjadinya gangguan ginjal jika digunakan bersama obat golongan NSAID (seperti ibuprofen) atau COX-2 inhibitor, seperti etoricoxib

Efek Samping dan Bahaya Farmoten

Beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah mengonsumsi Farmoten adalah:

  • Pusing
  • Sakit kepala ringan
  • Batuk kering
  • Mulut kering
  • Perubahan rasa pada lidah
  • Tekanan darah rendah
  • Kemerahan dan sensasi hangat di wajah, leher, atau dada (flushing)

Periksakan diri ke dokter jika keluhan di atas tidak kunjung mereda atau malah memburuk. Segera cari pertolongan medis jika mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius di bawah ini:

  • Pusing berat seperti akan pingsan
  • Nyeri dada, detak jantung cepat, lambat, atau tidak teratur
  • Gangguan fungsi ginjal, seperti jarang buang air kecil, dan jumlah urine sangat sedikit atau tidak keluar sama sekali
  • Gangguan fungsi hati, yang bisa ditandai dengan sakit perut parah, mual dan muntah terus menerus, urine berwarna gelap, atau penyakit kuning
  • Munculnya tanda-tanda infeksi, seperti demam, menggigil, sakit tenggorokan, rasa lelah yang tidak wajar, sariawan
  • Tingginya kadar kalium dalam darah (hiperkalemia), yang bisa ditandai dengan mual, lemah untuk bergerak, serta denyut jantung lambat atau tidak teratur
  • Gejala kadar natrium darah rendah (hiponatremia), seperti sakit kepala, linglung, lemah otot, kram atau mati rasa