Gangguan psikosomatik adalah kondisi ketika stres atau emosi negatif memicu munculnya keluhan fisik pada tubuh. Meski hubungan antara pikiran dan tubuh sudah dipahami, reaksi psikosomatik tiap orang bisa berbeda dan masih terus diteliti.
Psikosomatik terdiri dari 2 kata, yaitu pikiran (psyche) dan tubuh (soma). Istilah gangguan psikosomatik digunakan untuk menyatakan keluhan fisik yang diduga disebabkan atau diperparah oleh faktor psikis atau mental, seperti stres, depresi, takut, atau cemas.

Penderita gangguan psikosomatik umumnya akan merasakan sakit dan masalah pada bagian tubuh tertentu, tetapi tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang, seperti foto Rontgen atau tes darah.
Cara Pikiran Menyebabkan Penyakit
Saat seseorang merasa stres, cemas, atau takut, otak akan mengaktifkan sistem saraf dan melepaskan sinyal ke berbagai organ tubuh. Aktivitas ini dapat memicu respons fisik, seperti jantung berdebar lebih cepat, mual, gemetar, berkeringat, mulut kering, nyeri dada, sakit kepala, hingga sakit perut.
Selain itu, kondisi stres juga dapat merangsang pelepasan hormon stres, seperti adrenalin (epinefrin), ke dalam aliran darah. Hormon ini memengaruhi kerja jantung, pencernaan, pernapasan, dan otot, sehingga menimbulkan berbagai keluhan fisik yang nyata.
Meski mekanisme umum hubungan antara pikiran dan tubuh telah diketahui, hingga kini belum sepenuhnya dipahami mengapa kondisi mental tertentu dapat memicu gejala spesifik pada setiap individu. Oleh karena itu, respons psikosomatik masih terus diteliti lebih lanjut dalam dunia medis.
Beberapa Penyakit Akibat Psikosomatik
Keluhan psikosomatik sering kali sulit dikenali karena tidak memiliki tanda khas yang spesifik. Pemeriksaan medis, termasuk tes laboratorium atau pencitraan, kerap menunjukkan hasil normal meski penderita merasakan keluhan yang mengganggu.
Namun, keluhan ini bukanlah kondisi yang dibuat-buat. Gangguan psikosomatik dapat menimbulkan dampak nyata terhadap kualitas hidup penderita dan orang di sekitarnya.
Sejumlah penyakit diketahui dapat dipengaruhi atau diperburuk oleh kondisi mental, di antaranya psoriasis, tukak lambung, tekanan darah tinggi, diabetes, asma, dan eksim. Pada kondisi ini, stres dan kecemasan dapat memperparah gejala atau memicu kekambuhan.
Cara Mengatasi Psikosomatik
Gangguan psikosomatik dapat ditangani dengan kombinasi terapi psikologis dan pengobatan medis, sesuai dengan kondisi masing-masing individu.
Psikoterapi
Salah satu metode yang sering digunakan adalah terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioral Therapy/CBT). Terapi ini membantu penderita mengenali pola pikir dan situasi yang memicu atau memperburuk gejala fisik.
CBT juga bertujuan mengurangi kecemasan berlebihan serta mengubah respons emosional dan perilaku terhadap keluhan yang dialami. Selain itu, teknik relaksasi, meditasi, dan latihan pernapasan, dapat membantu menenangkan pikiran dan meredakan gejala psikosomatik.
Obat-obatan
Dalam beberapa kasus, dokter dapat meresepkan obat, seperti antidepresan atau obat antikecemasan, untuk membantu mengendalikan gejala. Penggunaan obat harus sesuai anjuran dokter, dengan mempertimbangkan manfaat, efek samping, dan risikonya.
Gangguan psikosomatik umumnya ditangani oleh psikiater dan sering kali memerlukan pendekatan terpadu antara psikoterapi dan obat-obatan. Meski tidak selalu terlihat secara fisik, keluhan psikosomatik dapat berdampak signifikan pada kesehatan dan kehidupan sehari-hari.
Jika Anda mengalami gejala yang diduga berkaitan dengan gangguan psikosomatik, sebaiknya konsultasikan dengan psikiater untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.
Konsultasi dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja serta cepat dan praktis melalui Chat Bersama Dokter di aplikasi ALODOKTER.