Hematochezia adalah kondisi ketika terdapat darah segar dalam feses atau tinja. Hematochezia umumnya terjadi karena perdarahan di saluran pencernaan bagian bawah, seperti akibat wasir atau kanker usus besar.

Hematochezia berbeda dengan melena. Pada penderita hematochezia, darah yang keluar berwarna merah segar. Sedangkan pada penderita melena, darah yang keluar berwarna hitam. Hal ini terjadi karena perdarahan yang terjadi di saluran pencernaan bagian bawah terletak tidak jauh dari anus.

hematochezia

Hematochezia tidak selalu menandakan kondisi yang serius. Namun, kondisi ini tetap perlu mendapatkan penanganan yang tepat karena berisiko menimbulkan komplikasi berbahaya, seperti anemia, syok, bahkan kematian.

Penyebab Hematochezia

Hematochezia umumnya disebabkan oleh perdarahan di saluran pencernaan bagian bawah, seperti usus besar dan rektum. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan pada saluran pencernaan adalah:

Selain beberapa kondisi di atas, ada beberapa kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya hematochezia pada bayi atau anak-anak, yaitu:

  • Peradangan usus besar atau usus halus pada bayi (necrotizing enterocolitis)
  • Usus melintir
  • Intususepsi
  • Iskemia usus
  • Alergi susu sapi
  • Tonjolan pada bawah usus kecil (Meckel’s diverticulum)

Faktor risiko hematochezia

Sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita hematochezia adalah:

  • Usia lanjut (lansia)
  • Riwayat gangguan saluran pencernaan dalam keluarga
  • Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
  • Konstipasi atau sembelit
  • Perut kembung

Gejala Hematochezia

Gejala hematochezia dapat bervariasi, tergantung pada penyebabnya. Meski demikian, gejala utama hematochezia adalah darah segar berwarna merah terang yang keluar bersama feses.

Selain keluarnya darah saat BAB, ada beberapa gejala lain yang dapat menyertai hematochezia, yaitu:

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala hematochezia, terutama jika berlangsung secara terus-menerus selama lebih dari 2 hari dan disertai sakit perut yang parah. Periksakan juga ke dokter jika hematochezia disertai dengan perubahan pola BAB dan penurunan berat badan.

Jika darah yang keluar banyak dan cepat, penderita dapat mengalami syok hingga kematian. Segera ke IGD apabila muncul keluhan berikut:

  • Jantung berdebar
  • Keringat dingin
  • Penurunan kesadaran
  • Sesak napas
  • Kulit pucat dan dingin
  • Jumlah urine sedikit

Diagnosis Hematochezia

Untuk memastikan terjadinya hematochezia, dokter akan melakukan tanya jawab terkait gejala yang muncul, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama di bagian anus.

Selanjutnya, dokter akan meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan feses, guna mendeteksi darah dalam feses. Jika hasil pemeriksaan mendeteksi darah dalam feses, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui penyebabnya, seperti:

  • Tes darah, untuk mengetahui jumlah sel darah, memeriksa kecepatan proses pembekuan darah, serta memeriksa fungsi organ hati
  • Kolonoskopi, untuk melihat kondisi usus besar dengan memasukkan selang berkamera melalui anus
  • Biopsi, untuk mengambil sampel jaringan guna diperiksa di laboratorium
  • Foto Rontgen, untuk melihat kondisi saluran pencernaan dengan bantuan sinar X atau menggunakan larutan barium
  • Angiografi, untuk melihat kerusakan pada pembuluh darah dengan menyuntikkan cairan kontras ke pembuluh darah
  • Radionuclide scan, untuk melihat kerusakan pada pembuluh darah dengan menyuntikkan bahan radioaktif ke pembuluh darah
  • Laparotomi, untuk melihat sumber perdarahan dengan cara bedah terbuka pada perut

Pengobatan Hematochezia

Pengobatan hematochezia bertujuan untuk menghentikan perdarahan, mengatasi anemia akibat perdarahan, serta mencegah perdarahan terjadi kembali.

Untuk menghentikan perdarahan, dokter dapat melakukan beberapa prosedur berikut:

  • Endoskopi, seperti kolonoskopi, untuk menghentikan perdarahan dalam saluran pencernaan dengan cara dipanaskan atau menyuntikkan obat di area perdarahan
  • Angiographic embolization, untuk menutup aliran pembuluh darah yang rusak dengan menyuntikkan partikel khusus di pembuluh darah tersebut
  • Band ligation, untuk menghentikan perdarahan dengan cara memasang karet khusus di area pembuluh darah yang pecah

Jika pasien mengalami kekurangan darah atau anemia, dokter akan memberikan cairan pengganti berupa infus dan transfusi darah.

Sementara itu, untuk mencegah perdarahan berulang, dokter dapat mengatasi kondisi yang mendasari terjadinya hematochezia. Misalnya, dokter dapat melakukan operasi hemoroidektomi pada pasien wasir, atau memberikan obat penghambat TNF (tumor necrosis factor) seperti infliximab, pada pasien kolitis ulseratif.

Selain pengobatan di atas, dokter juga dapat menganjurkan pasien untuk melakukan upaya berikut ini agar proses penyembuhan makin cepat:

  • Tidak mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid, seperti diclofenac dan aspirin
  • Melakukan rendam duduk, yaitu dengan merendam bokong pada wadah berisi air hangat
  • Mengonsumsi makanan tinggi serat, seperti sayuran dan buah

Komplikasi Hematochezia

Jika tidak segera ditangani, hematochezia dapat menimbulkan komplikasi serius yang berakibat fatal, yaitu syok. Hematochezia juga dapat menimbulkan anemia, yang dapat membuat penderitanya merasakan gejala berupa lemas, detak jantung tak beraturan, dan sakit kepala.

Pencegahan Hematochezia

Risiko terjadinya hematochezia dapat dikurangi dengan melakukan upaya berikut:

  • Mengonsumsi makanan dengan kandungan serat yang tinggi, untuk mencegah sembelit (konstipasi)
  • Membatasi konsumsi minuman beralkohol
  • Tidak merokok
  • Minum air yang cukup setiap hari, setidaknya 8–10 gelas
  • Membersihkan dubur setiap hari
  • Tidak mengejan terlalu keras ketika buang air besar
  • Menghindari duduk terlalu lama di toilet