Hyperdontia adalah kondisi ketika gigi tumbuh melebihi jumlah normalnya. Gigi tambahan ini bisa saja hanya berjumlah satu atau lebih yang tumbuh secara terpisah maupun berkelompok. Hyperdontia bisa dialami oleh siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa.
Anak-anak normalnya memiliki 20 buah gigi susu, sedangkan orang dewasa memiliki 32 buah gigi permanen. Pada penderita hyperdontia, gigi yang tumbuh melebihi jumlah yang seharusnya. Di samping itu, gigi tambahan tersebut juga bisa tumbuh selain di gusi, misalnya di langit-langit mulut.
Ukuran gigi tambahan pada hyperdontia biasanya berbeda dengan gigi normal. Gigi ini bisa berukuran lebih kecil dan berbentuk tidak normal, serta tidak memiliki akar gigi.
Penyebab dan Faktor Risiko Hyperdontia
Penyebab hyperdontia masih dalam penelitian, tetapi kelainan pada gigi ini diyakini dipicu oleh faktor genetik dan sel-sel pembentuk gigi (lamina) yang terlalu aktif.
Selain itu, ada kondisi atau penyakit yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena hyperdontia, antara lain:
- Memiliki keluarga yang menderita hyperdontia
- Mengalami kelainan genetik, seperti sindrom Gardner, bibir sumbing, Down syndrome, Ehlers-Danlos syndrome, cleidocranial dysplasia, atau penyakit Fabry
- Berjenis kelamin laki-laki
Gejala Hyperdontia
Hyperdontia ditandai dengan tumbuhnya satu atau beberapa gigi tambahan pada satu atau kedua sisi mulut, baik di rahang atas maupun bawah. Gigi tersebut dapat tumbuh secara terpisah atau berkelompok, yang bisa terlihat di permukaan gusi atau tertanam di dalam gusi.
Lokasi tumbuhnya gigi tambahan bisa berbeda pada tiap penderita hyperdontia. Bentuk atau ukuran gigi yang tumbuh dapat berupa:
- Mirip dengan gigi normal
- Seperti tabung atau tong
- Kecil-kecil yang tumbuh berdekatan
- Jaringan mirip gigi yang tumbuh berkelompok dan tidak beraturan
- Pangkal gigi yang melebar dan mengerucut di bagian atas sehingga terlihat tajam
Sementara itu, area munculnya gigi tambahan juga bisa beragam, seperti:
- Belakang gigi seri (mesioden)
- Samping gigi geraham (paramolar)
- Sejajar dengan gigi geraham (distomolar)
Hyperdontia biasanya tidak menimbulkan keluhan. Namun, pada beberapa kondisi, gigi tambahan dapat menekan gusi dan rahang sehingga menimbulkan gejala-gejala berikut:
- Bengkak
- Nyeri ketika ditekan
- Gigi permanen tampak terlalu rapat atau berjejal
- Gigi bengkok
- Infeksi
Kapan harus ke dokter
Periksakan kesehatan gigi dan mulut Anda atau anak Anda ke dokter setidaknya setiap 6 bulan sekali atau sesuai saran dokter. Pada kontrol rutin ini, dokter akan melakukan penanganan guna mencegah permasalahan pada gigi dan gusi, termasuk memeriksa apakah hyperdontia menimbulkan masalah dan perlu ditangani.
Anda disarankan untuk menjalani pemeriksaan bila mengalami hyperdontia dan timbul gejala, seperti:
- Mulut atau gigi sakit
- Gigi terlalu padat atau tidak sejajar
- Kesulitan mengunyah atau berbicara
Bila ragu, Anda bisa berkonsultasi terlebih dahulu lewat Chat Bersama Dokter agar mendapatkan jawaban yang tepat dengan lebih cepat.
Diagnosis Hyperdontia
Untuk mendiagnosis hyperdontia, dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan berikut kepada pasien:
- Gejala yang dirasakan dan sudah berapa lama keluhan berlangsung
- Penyakit lain yang sedang diderita
- Penyakit yang pernah atau sedang dialami keluarga
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan gigi menyeluruh. Hyperdontia yang tumbuh di permukaan gusi bisa langsung terlihat melalui pemeriksaan awal. Namun, untuk memastikan diagnosis, dokter dapat melakukan foto panoramik gigi atau CT scan. Tujuannya adalah untuk melihat kondisi mulut, rahang, dan gigi lebih detail.
Pengobatan Hyperdontia
Penanganan hyperdontia akan disesuaikan dengan jumlah dan posisi gigi tambahan, tingkat keparahan, serta dampaknya terhadap kesehatan mulut dan gigi.
Jika hyperdontia tidak bergejala dan tidak mengganggu kesehatan atau fungsi mulut dan gigi, pasien akan diminta untuk rutin memeriksakan gigi. Tujuannya adalah agar dokter bisa memantau kondisi gigi tambahan tersebut.
Bila muncul nyeri, pasien bisa mengonsumsi obat pereda nyeri, seperti ibuprofen atau naproxen. Namun, pastikan untuk berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter bila hendak menggunakan obat apa pun untuk mengobati hyperdontia.
Pada pasien yang merasa penampilannya terganggu atau sulit mengunyah maupun berbicara, dokter akan menanganinya dengan beberapa metode berikut:
- Cabut gigi, untuk memperbaiki penampilan gigi yang menumpuk atau tidak sejajar
- Kawat gigi, untuk merapikan susunan gigi yang tidak teratur
- Operasi, untuk mengatasi struktur atau akar gigi yang rusak akibat adanya gigi tambahan
Pada pasien anak-anak, operasi hyperdontia bisa dilakukan ketika anak berusia 8–10 tahun. Hal ini untuk mempersiapkan akar gigi yang lebih kuat dan meminimalkan risiko kerusakan gigi normal saat gigi tambahan dicabut. Gigi normal biasanya akan tumbuh sekitar 6–3 tahun setelah cabut gigi.
Komplikasi Hyperdontia
Tergantung pada lokasi terbentuknya gigi tambahan, hyperdontia yang tidak ditangani bisa menyebabkan sejumlah komplikasi berikut:
- Susunan gigi yang tidak normal sehingga memengaruhi cara menggigit atau mengunyah
- Impaksi gigi
- Gigi yang berjejal atau menumpuk
- Gigi bengkok
- Gigi berlubang
- Penyakit gusi
- Kista mulut
Pencegahan Hyperdontia
Hyperdontia sulit dicegah karena penyebabnya masih belum diketahui secara pasti. Namun, pemeriksaan dan penanganan sedini mungkin dapat mengurangi risiko terjadinya komplikasi akibat hyperdontia.
Selain itu, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi secara umum, yaitu:
- Menyikat gigi 2 kali sehari menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride
- Membersihkan sela-sela gigi dengan benang gigi, setidaknya 1 kali sehari
- Membatasi konsumsi makanan atau minuman yang manis
- Memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter, setidaknya 2 kali dalam 1 tahun