Tak hanya memudahkan komunikasi dengan orang dari negara atau belahan dunia lain, ternyata belajar bahasa asing juga bermanfaat untuk kesehatan, lho! Salah satu manfaatnya adalah menyehatkan otak. Nggak percaya? Yuk, ketahui lebih lanjut manfaatnya di artikel ini.

Manfaat belajar bahasa asing bagi otak bisa dibilang mirip dengan manfaat olahraga untuk tubuh. Tubuh yang rajin olahraga akan lebih sehat dan terhindar dari beragam penyakit, bukan? Begitu juga otakmu ketika belajar memahami beragam nada bicara, kata-kata, serta pola pikir yang berbeda dari berbagai bahasa.

Ini Beragam Manfaat Belajar Bahasa Asing untuk Kesehatan - Alodokter

Berbagai Manfaat Belajar Bahasa Asing untuk Kesehatan

Berikut ini adalah beberapa manfaat kesehatan yang bisa kamu dapat dari belajar bahasa asing:

1. Meningkatkan efektivitas kinerja otak

Ketika belajar bahasa asing, kemampuan kognitif atau kinerja otak akan terasah. Hal ini terjadi karena belajar bahasa adalah salah satu bentuk stimulasi otak yang baik. Dengan belajar bahasa asing, otak akan berusaha mengingat dan memahami berbagai kosakata dan tata bahasa.

Itulah mengapa kebanyakan orang yang berbicara lebih dari satu bahasa (bilingual), dikatakan bisa lebih fokus dalam mengerjakan suatu tugas, lebih mudah berpindah dari satu tugas ke tugas lainnya, dan lebih mudah menemukan kesalahan pada suatu informasi yang tidak berkesinambungan.

Tak hanya itu, orang yang memiliki kemampuan bilingual pun dianggap dapat memanfaatkan ingatannya dengan lebih efisien. Jika semakin sering diasah, orang bilingual bahkan dinilai memiliki volume otak lebih besar atau biasa disebut cadangan kognitif. Cadangan ini menjaga kinerja otak mereka tetap tajam dan tidak pikun.

2. Menunda terjadinya demensia

Belajar bahasa asing juga diketahui mampu memperlambat kemunculan demensia. Demensia yang biasa muncul di usia 71 tahun dikatakan bisa diperlambat kemunculannya sehingga baru bisa terjadi di usia 75 tahun pada penutur bilingual.

Bahkan, meski sudah terkena demensia, misalnya pada penderita penyakit Alzheimer, penutur bilingual umumnya akan memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik daripada penderita Alzheimer monolingual (hanya bicara satu bahasa).

Tak hanya demensia, penderita stroke dengan keahlian berbahasa asing pun lebih cepat memulihkan kemampuan kognitifnya dibandingkan dengan mereka yang hanya bicara satu bahasa.

3. Mendukung pola pikir rasional dan kreatif

Setiap bahasa memiliki karakter dan sejarahnya tersendiri. Itulah mengapa mempelajari bahasa asing dapat membuatmu perlu mencari tahu lebih dalam tentang berbagai budaya, konsep berpikir, juga sudut pandang dari kebudayaan yang berbeda.

Hal ini secara tak langsung membuatmu lebih kreatif dan rasional dalam memecahkan masalah maupun mengambil suatu keputusan.

4. Meningkatkan kesehatan mental

Lancar berbahasa asing pun disebut baik untuk meningkatkan kesehatan mental. Hal ini berkaitan dengan menurunnya rasa cemas dan khawatir saat seseorang berada di lingkungan dengan bahasa asing. Bahkan, anak-anak yang giat belajar bahasa asing dinilai lebih jarang mengalami frustrasi.

Waktu Terbaik Belajar Bahasa Asing

Orang yang lebih awal belajar bahasa asing mendapatkan manfaat lebih banyak. Untuk mulai belajar bahasa asing, waktu terbaik adalah pada usia 0–3 tahun. Namun, waktu optimal untuk mempelajari bahasa asing cukup panjang, yaitu hingga usia remaja.

Bila kamu baru mempelajari bahasa asing ketika sudah dewasa, bahasa tersebut akan tersimpan di area otak yang berbeda. Alhasil, kamu perlu menerjemahkan dulu suatu hal ke bahasa ibumu sebelum bisa mengucapkannya dalam bahasa baru yang dipelajari.

Meski begitu, kamu tetap mendapat manfaat sehat dari belajar bahasa asing. Dampak positif mempelajari bahasa asing akan semakin meningkat seiring dengan frekuensi penggunaan bahasa dan juga tingkat kefasihanmu. Jadi, tidak ada kata terlambat untuk mulai belajar bahasa asing, ya.

Namun, jika kamu mengalami kendala untuk belajar bahasa asing, misalnya akibat muncul rasa cemas atau khawatir berlebihan tidak dapat menguasai bahasa tersebut, sebaiknya konsultasikan dengan psikolog.