Perbedaan air ketuban dengan air kencing bisa saja bikin ibu hamil bingung, terutama yang baru akan melahirkan untuk pertama kalinya. Pasalnya, kedua cairan ini sepintas tampak serupa, terutama pada akhir masa kehamilan ketika ibu hamil makin sulit menahan kencing. Nah, perbedaan keduanya perlu diketahui nih untuk menentukan apakah Bumil perlu ke dokter atau tidak.

Baik air ketuban maupun air kencing (urine) bisa menyebabkan sensasi lembap dan basah pada area kewanitaan. Namun, ibu hamil bisa kesulitan membedakannya, terutama pada trimester 3. Hal ini karena besarnya ukuran bayi menekan kandung kemih, sehingga ibu hamil sering kali tak sengaja kencing, misalnya saat batuk, bersin, atau tertawa. 

Ini Perbedaan Air Ketuban dengan Air Kencing yang Perlu Bumil Perhatikan - Alodokter

Padahal, air ketuban pecah perlu segera disadari karena merupakan salah satu tanda bahwa persalinan sudah dekat. Namun, Bumil tidak perlu panik. Yuk, kita simak apa saja perbedaan air ketuban dengan air kencing.

Perbedaan Air Ketuban dengan Air Kencing

Melihat pentingnya peran air ketuban dalam melindungi janin, wajar saja bila Bumil ingin segera mendapatkan penanganan begitu merasa air ketuban pecah. Namun sebaiknya, ketahui dulu perbedaan air ketuban dengan air kencing, agar tidak salah mengira dan bolak-balik ke rumah sakit saat perut sedang berat-beratnya nih.

Nah, supaya tak cemas apakah sensasi lembap dan basah pada area kewanitaan disebabkan oleh air ketuban atau air kencing, yuk simak perbedaannya di bawah ini:

Warna

Meski sekilas bisa saja tampak mirip, warna air ketuban dan air kencing sebenarnya berbeda lho. Warna air kencing bisa bervariasi tergantung apakah tubuh sedang kekurangan cairan (dehidrasi) atau tidak. 

Bila ibu hamil tidak dehidrasi, umumnya air kencing berwarna agak kuning atau bening dan tidak terlalu pekat. Sementara itu, warna kuning pada air ketuban normalnya lebih pucat daripada air kencing. 

Aroma

Salah satu cara membedakan air ketuban dan air kencing yang paling mudah adalah dari aromanya. Air kencing memiliki bau pesing yang agak cukup mudah terendus, sedangkan air ketuban justru umumnya tidak berbau. Kalaupun berbau, air ketuban biasanya berbau agak manis.

Kekentalan

Selain warna, perbedaan air ketuban dengan air kencing juga tampak dari teksturnya lho. Air kencing bisa saja agak kental dan pekat, terutama pada orang yang dehidrasi. Di sisi lain, kekentalan air ketuban biasanya persis seperti air. 

Tertahankan atau tidak

Jika cairan yang keluar adalah air kencing, umumnya ibu hamil masih bisa menahannya kembali terutama bila air kencing tak sengaja keluar hanya saat bersin, batuk, atau tertawa. Sementara itu, merembes atau pecahnya air ketuban biasanya tak bisa ditahan dan akan terjadi secara tiba-tiba. 

Bila berdasarkan perbedaan air ketuban dengan air kencing di atas Bumil merasa cairan yang keluar adalah air ketuban, sebaiknya segera pergi ke dokter atau bidan ya. 

Selain itu, Bumil juga perlu segera menyadari tanda lain yang menandakan persalinan makin dekat, misalnya makin sering ingin kencing, bayi masuk panggul, keluarnya lendir bercampur darah, dan munculnya kontraksi yang teratur dan makin kuat.

Jangan tunda untuk pergi ke dokter terutama bila cairan yang diduga air ketuban tampak berwarna agak hijau, cokelat, atau berbau busuk, atau disertai gejala lain, seperti demam. Begitu pula jika pecahnya ketuban terjadi sebelum usia kandungan 37 minggu, atau ketika hari perkiraan lahir bayi masih jauh. 

Dalam kehamilan, memang penting untuk tetap peka terhadap berbagai gejala yang dirasakan, terutama bila hari perkiraan lahir (HPL) Si Kecil semakin dekat. Oleh sebab itu, jangan ragu untuk bertanya pada dokter bila mendapati gejala yang tidak biasa ya. Kalau masih ragu untuk pergi ke rumah sakit, Bumil bisa chat dokter dari rumah dulu kok.

Bumil juga bisa booking dan berkonsultasi ke dokter via aplikasi ALODOKTER, praktis tanpa biaya tambahan dan Bumil bisa memilih ribuan dokter dari berbagai klinik dan rumah sakit di seluruh Indonesia.