Kursi keperawanan dikatakan dapat mengembalikan keperawanan. Namun, jangan dulu terbuai informasi yang belum dipastikan kebenarannya. Simak penjelasan mengenai kursi keperawanan atau Emsella chair berikut ini.
Banyak orang yang menganggap bahwa keperawanan harus dijunjung tinggi karena alasan norma dan moral. Alhasil, isu-isu yang berkaitan dengan keperawanan bisa menjadi hal yang sensitif di tengah masyarakat.
Terbukti, selaput dara buatan yang dipercaya bisa mengembalikan keperawanan, sempat menjadi perbincangan hangat pada beberapa tahun belakang. Setelah isu ini mereda dan faktanya terkuak, kini muncul lagi mengenai kursi keperawanan atau Emsella chair yang juga diklaim bisa mengembalikan keperawanan.
Fakta di Balik Kursi Keperawanan
Anda yang tergiur untuk membeli kursi keperawanan karena ingin keperawanan “kembali utuh” sepertinya harus kecewa. Pasalnya, informasi tersebut merupakan informasi yang keliru.
Tak seperti sebutannya, kursi keperawanan sebenarnya digunakan untuk mengatasi inkontinensia urine, yaitu kondisi ketika seseorang sulit menahan buang air kecil, bahkan mengeluarkan urine tanpa disadari
Meski dirancan untuk mengatasi inkontinensia urine, alat medis yang bernama Emsella Chair ini tetap bisa memberikan manfaat. Kursi ini diketahui bisa mengencangkan otot panggul, sebab aliran gelombang elektromagnet yang dihasilkan bisa menggerakkan otot panggul layaknya sedang melakukan senam Kegel.
Nah, karena bisa mengencangkan otot-otot dasar panggul, penggunaan kursi keperawanan juga diyakini bisa meningkatkan kualitas orgasme. Namun, perlu dicatat bahwa hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa kursi keperawanan tetap membawa manfaat, tetapi manfaatnya bukan sebagai kursi untuk mengembalikan keperawanan.
Cara “Mengembalikan” Keperawanan
Di Indonesia, keperawanan erat kaitannya dengan selaput dara yang utuh dan akan berdarah ketika pertama kali berhubungan intim. Informasi ini juga tidaklah benar. Hal ini karena tidak semua wanita memiliki selaput dara yang utuh dan mengalami hal demikian saat pertama kali berhubungan intim.
Selain itu, selaput dara juga bisa robek dengan mudah karena aktivitas lain selain aktivitas seksual. Misalnya, robek karena cedera saat berkuda, bersepeda, penggunaan alat bantu seks, hingga prosedur USG transvaginal.
Meski dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa keutuhan selaput dara tidak bisa dijadikan tolak ukur keperawanan, Anda tetap bisa mencoba untuk mengembalikan keutuhan selaput dara. Caranya adalah dengan melakukan hymenorrhaphy atau hymenoplasty.
Hymenorrhaphy lebih aman dilakukan daripada penggunaan selaput dara palsu. Selain itu, tindakan ini juga termasuk operasi bedah plastik sehingga dilakukan oleh dokter bedah plastik.
Itulah fakta di balik kursi keperawanan yang perlu Anda ketahui. Jika Anda mengukur keperawanan dari utuh tidaknya selaput dara dan berniat untuk mengembalikan “keperawanan”, konsultasikan ke dokter untuk mengetahui tindakan apa yang tepat dan perlu dilakukan.