In vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung memang menjadi salah satu solusi bagi pasangan yang sulit memiliki keturunan. Apakah prosedur satu ini selalu berhasil? Yuk, ketahui tingkat keberhasilan dan kegagalan IVF melaui artikel ini.

Kemandulan atau infertilitas diartikan sebagai kondisi tidak terjadinya kehamilan atau sulit hami setelah 1 tahun atau lebih melakukan program hamil. Sulit hamil bisa disebabkan oleh kondisi kesehatan pria atau wanita.

Ketahui Tingkat Keberhasilan dan Kegagalan IVF atau Bayi Tabung Sebelum Melakukannya - Alodokter

Pada wanita misalnya, sulit hamil bisa disebabkan oleh gangguan ovulasi, endometriosis, atau PCOS. Sedangkan pada pria, sulitnya mendapat keturunan bisa disebabkan oleh rendahnya jumlah atau kualitas sperma, infeksi, gangguan hormon, atau penyakit autoimun.

Nah, untuk mengatasi infertilitas akibat penyebab yang telah disebutkan di atas, prosedur IVF atau bayi tabung bisa menjadi salah satu metode pilihan untuk mendapatkan keturunan.

Ini Tingkat Keberhasilan Bayi Tabung

Bayi tabung merupakan sebuah prosedur di mana sel telur dan sel sperma digabungkan di laboratorium. Jika pembuahan berhasil terjadi, calon embrio akan ditanam ke rahim wanita agar bisa berkembang.

Umumnya, program bayi tabung ditujukan bagi pasangan yang belum memiliki anak, padahal telah rutin berhubungan seks setidaknya 2–3 kali seminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi, termasuk kondom.

Meski demikian, bayi tabung juga kerap dianjurkan bagi pasangan yang berusia lebih dari 35 tahun dan memiliki masalah kesuburan.

Tingkat keberhasilan bayi tabung bisa berbeda–beda. Hal ini tergantung pada kualitas calon embiro yang dihasilkan dari pembuahan sel telur dan sel sperma. Selain itu, usia wanita juga memengaruhi tingkat keberhasilan ini. Jika diuraikan lebih lanjut, berikut penjelasannya:

  • Untuk wanita berusia 35 tahun, tingkat keberhasilannya sekitar 54,5%
  • Untuk wanita berusia 35–37 tahun, tingkat keberhasilannya sekitar 41,1%
  • Untuk wanita berusia 38–40 tahun, tingkat keberhasilannya sekitar 26,7%
  • Untuk wanita berusia 41–42 tahun, tingkat keberhasilannya sekitar 13,8%
  • Untuk wanita berusia 43 tahun lebih, tingkat keberhasilannya sekitar 4,2%

Semakin bertambah usia wanita yang akan menjadi tempat embrio berkembang, tingkat keberhasilan bayi tabung juga akan semakin menurun. Beberapa faktor lain yang memengaruhi tingkat keberhasilan bayi tabung adalah pola hidup yang dijalani, berat badan, jenis sel telur yang digunakan (sel telur beku atau segar), hingga kualitas sperma pasangan.

Selain yang disebutkan di atas, data Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia pada tahun 2017 menyatakan tingkat keberhasilan program bayi tabung di Indonesia mencapai 29% atau setara dengan data Internasional, yang mana rata-rata tingkat keberhasilannya adalah sebesar 25–30%.

Peluang Kegagalan dan Beberapa Penyebabnya

Walaupun tingkat keberhasilan bayi tabung cukup tinggi, prosedur ini tetap memiliki peluang kegagalan yang tidak bisa dibilang kecil. Salah satu fase dalam proses IVF yang sering menyebabkan gagal terjadinya kehamilan adalah pada fase implantasi atau penanaman embrio hasil pembuahan.

Kegagalan fase ini, terutama jika sudah terjadi berulang sebanyak lebih dari 3 kali, bisa disebabkan oleh banyak hal, di antaranya:

1. Usia wanita

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, usia wanita sangat memengaruhi tingkat keberhasilan bayi tabung. Semakin bertambah usia wanita, tingkat keberhasilan program ini akan semakin menurun.

Usia wanita berpengaruh dalam keberhasilan pemindahan embrio ke rahim. Berdasarkan penelitian, tingkat keberhasilan transfer embrio beku atau segar pada wanita usia di bawah 35 tahun bisa sebesar 41,3%–47,1%. Sementara untuk wanita usia lebih dari 44 tahun, tingkat keberhasilannya hanya sebesar 1,9%–16,2%.

2. Indeks massa tubuh

Program bayi tabung yang dilakukan pada wanita dengan berat badan berlebih atau obesitas memiliki tingkat kegagalan implantasi embrio yang tinggi. Selain itu, wanita dengan obesitas juga disebut lebih berisiko mengalami keguguran.

3. Tingkat stres tinggi

Penelitian menemukan bahwa tingginya kadar kortisol atau hormon stres pada wanita bisa meningkatkan risiko terjadinya keguguran, khususnya di trimester pertama. Hal ini pun dipercaya dapat memengaruhi kegagalan pada program bayi tabung.

4. Kebiasaan merokok

Bila kamu dan pasangan ingin menjalani program bayi tabung, sebaiknya berhentilah merokok dan hindari menghirup asap rokok. Pasalnya, zat dalam asap rokok bisa menyebabkan keracunan pada janin, menghambat aliran oksigen ke janin, dan meningkatkan risiko terjadinya keguguran.

Rokok juga dapat menurunkan kualitas sperma, merusak struktur sperma, menghambat proses pembuahan pada sel telur, serta menurunkan kemampuan sperma untuk berenang dengan baik. Ini semua sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan dan kegagalan program bayi tabung.

In vitro fertilization atau bayi tabung memang bisa menjadi solusi bagi pasangan yang sulit memiliki momongan. Namun, perlu diingat baik-baik bahwa metode ini tidak selalu berhasil dan dipengaruhi oleh banyak faktor.

Jadi, jika kamu dan pasangan sulit hamil dan mempertimbangkan untuk mencoba program bayi tabung, konsultasikanlah dengan dokter untuk mengetahui apakah ini cara yang paling tepat untuk mengatasi masalahmu.

Jika kamu dan pasangan direkomendasikan untuk menjalani program bayi tabung dan metode ini berhasil, jangan lupa juga untuk mempersiapkan beberapa perlengkapan penting untuk menyambut kehadiran Si Kecil, seperti pakaian, popok, dan perlengkapan mandi, hingga minyak telon.