Kromium adalah suplemen mineral yang memiliki banyak manfaat untuk menjaga kesehatan. Selain itu, suplemen kromium juga bisa digunakan untuk membantu pengobatan berbagai penyakit, misalnya diabetes dan kolesterol tinggi.

Kromium berfungsi untuk mendukung kerja insulin dalam mengendalikan kadar gula darah. Mineral ini juga berperan penting dalam proses metabolisme, yaitu dengan membantu pengolahan serta penyerapan lemak, karbohidrat, dan protein.

Kromium

Kekurangan kromium diketahui bisa mengganggu fungsi tubuh dalam mengolah gula darah sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan suplemen kromium atau mengonsumsi makanan yang kaya akan mineral ini, seperti hidangan laut, daging merah, gandum utuh, atau kacang-kacangan.

Mengonsumsi suplemen kromium juga diduga dapat menurunkan kadar kolesterol di dalam tubuh dan membantu mengurangi berat badan. Selain itu, suplemen kromium juga dipercaya dapat meningkatkan kerja insulin dan mengurangi gejala pada penderita diabetes, PCOS, dan sindrom metabolik.

Merek dagang kromium: Bios Life C, Evolife A10 Life, Fitsol CM, Ingenium, Mommy Vit, Nutrimax Diagard, Nutrimax Shapez, Nutriwell Pregnancy Formula, Perfectil, Queenvit, Renovit, Vitayang Milchrom, Wellman, Wellness Antiox Formula, Wellwoman, Zamel

Apa Itu Kromium

Golongan Obat bebas
Kategori Suplemen
Manfaat Membantu memenuhi kebutuhan kromium
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
Kromium untuk ibu hamil Kategori C: Belum ada cukup bukti dari studi pada binatang percobaan maupun manusia yang menjelaskan keamanan suplemen kromium di atas angka AKG terhadap ibu hamil maupun janin.
Konsultasikan ke dokter terlebih dahulu sebelum minum suplemen kromium jika sedang hamil.
Kromium untuk ibu menyusui Kromium aman untuk ibu menyusui jika dikonsumsi sesuai dosis yang dianjurkan.
Bentuk obat Tablet, kaplet, kapsul

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Kromium

Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum mengonsumsi kromium adalah:

  • Jangan mengonsumsi kromium jika Anda memiliki alergi terhadap obat ini. Beri tahu ke dokter semua riwayat alergi yang Anda miliki.
  • Konsultasikan ke dokter mengenai konsumsi kromium jika Anda pernah atau sedang menderita anemia, penyakit ginjal, penyakit liver, atau gangguan mental, seperti depresi, skizofrenia, maupun gangguan kecemasan.
  • Konsultasikan ke dokter mengenai konsumsi kromium jika Anda sedang hamil, menyusui, atau sedang merencanakan kehamilan.
  • Informasikan kepada dokter jika Anda sedang menggunakan obat, produk herbal, atau suplemen lain, untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan.
  • Jika Anda ingin menggunakan suplemen kromium untuk menangani diabetes, konsultasikan ke dokter terlebih dahulu. Dokter mungkin perlu menyesuaikan dosis obat-obatan lainnya.
  • Segera ke dokter jika mengalami reaksi alergi atau efek samping serius setelah mengonsumsi kromium.

Dosis dan Aturan Pakai Kromium

Tujuan: mencegah kekurangan kromium

  • Dewasa dan anak usia 7 tahun ke atas: 50–200 mcg per hari
  • Anak usia 4–6 tahun: 30–120 mcg per hari
  • Anak usia 0–3 tahun: 10–80 mcg per hari

Tujuan: mengatasi dislipidemia

  • Dosis: 200 mcg, 3 kali sehari

Tujuan: terapi tambahan pada diabetes mellitus tipe 2

  • Dosis: 200–1000 mcg/ hari dapat dibagi ke dalam beberapa dosis

Angka Kecukupan Gizi (AKG) Kromium

Angka kecukupan gizi (AKG) harian kromium tergantung pada usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan pasien. Berikut ini adalah AKG harian kromium:

Bayi dan anak-anak

  • 0–5 bulan: 0,2 mcg
  • 6–11 bulan: 6 mcg
  • 1–3 tahun: 14 mcg
  • 4–6 tahun: 16 mcg
  • 7–9 tahun: 21 mcg

Laki-laki

  • 10–12 tahun: 28 mcg
  • 13–15 tahun: 36 mcg
  • 16–18 tahun: 41 mcg
  • 19–29 tahun: 36 mcg
  • 30–49 tahun: 34 mcg
  • 50–64 tahun: 29 mcg
  • 65–80 tahun: 24 mcg
  • 80 tahun ke atas: 21 mcg

Perempuan

  • 10–12 tahun: 26 mcg
  • 13–15 tahun: 27 mcg
  • 16–18 tahun: 29 mcg
  • 19–29 tahun: 30 mcg
  • 30–49 tahun: 29 mcg
  • 50–64 tahun: 24 mcg
  • 65–80 tahun: 21 mcg
  • 80 tahun ke atas: 19 mcg
  • Ibu hamil: 34–35 mcg
  • Ibu menyusui: 49–50 mcg

Cara Mengonsumsi Kromium dengan Benar

Baca aturan pakai pada kemasan obat atau ikuti anjuran dokter sebelum mengonsumsi kromium. Jangan menambah atau mengurangi dosis tanpa persetujuan dokter.

Perhatikan cara mengonsumsi kromium dengan benar berikut ini:

  • Kromium dapat diminum sebelum atau setelah makan.
  • Telan tablet, kapsul, atau kaplet suplemen kromium dengan bantuan segelas air putih.
  • Simpan kromium di tempat bersuhu ruangan, kering, dan terhindar dari sinar matahari langsung, serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Perlu diingat bahwa suplemen tidak bisa menggantikan nutrisi dari makanan. Oleh karena itu, pastikan untuk tetap mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang dan bervariasi setiap harinya.

Interaksi Kromium dengan Obat Lain

Efek interaksi antarobat yang bisa terjadi jika kromium digunakan dengan obat-obat lain adalah:

  • Peningkatan risiko terjadinya kadar gula darah terlalu rendah (hipoglikemia) jika digunakan bersama obat antidiabetes, seperti insulin atau glyburide
  • Penurunan penyerapan dan efek obat levothyroxine
  • Peningkatan kadar kromium di dalam darah dan risiko terjadinya efek samping jika digunakan dengan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)

Untuk menghindari efek interaksi antarobat yang tidak diinginkan, selalu beri tahu dokter obat, suplemen, atau produk herbal yang sedang Anda gunakan sebelum mengonsumsi kromium.

Efek Samping dan Bahaya Kromium

Kromium umumnya aman jika dikonsumsi sesuai dosis yang dianjurkan. Namun, pada beberapa orang, konsumsi suplemen ini dapat menimbulkan efek samping berikut:

  • Sakit perut
  • Perubahan rasa pada lidah
  • Sakit kepala
  • Sulit tidur atau insomnia
  • Perubahan suasana hati yang drastis

Periksakan diri ke dokter jika keluhan di atas tidak kunjung mereda atau malah memburuk.

Penting untuk diketahui, konsumsi suplemen ini dalam dosis yang berlebihan dapat menimbulkan efek samping yang lebih serius. Segera cari pertolongan medis jika mengalami reaksi alergi obat atau efek samping serius di bawah ini:

  • Anemia, yang bisa menimbulkan gejala lelah, lemas, pucat, pusing, atau sering mengantuk
  • Trombositopenia , yang dapat ditandai dengan mimisan, gusi berdarah, BAB berdarah, maupun muntah darah
  • Gangguan liver, yang keluhannya berupa penyakit kuning, urine berwarna gelap, feses pucat, atau perut bengkak
  • Gagal ginjal, dengan gejala sulit buang air kecil atau volume urine berkurang, kaki atau pergelangan kaki bengkak, maupun mudah lelah
  • Kerusakan otot (rhabdomyolysis), dengan gejala seperti nyeri otot, lemah otot, atau urine berwarna kemerahan atau kecoklatan
  • Dermatitis, yang bisa ditandai dengan kulit kering, gatal, kemerahan, atau muncul ruam
  • Hipoglikemia, dengan gejala pusing, gemetar, lapar, linglung, maupun terasa akan pingsan