Setelah menikah, kehidupan tidak selalu berjalan manis dan dipenuhi dengan kebahagiaan. Kendati menikah dengan seseorang yang sangat dicintai, tak sedikit pasutri yang mengeluh lelah dan bosan dalam menjalani rumah tangganya. Hal ini dikenal dengan sebutan marriage burnout.

Marriage burnout adalah kondisi ketika pasangan suami istri sudah merasa sangat penat secara fisik dan mental, serta kehilangan ketertarikan dengan pasangan atau minat untuk melayani dan membahagiakan pasangan. Biasanya, kondisi ini kerap dialami oleh pasangan yang telah lama membina kehidupan rumah tangga, maupun pada mereka yang belum matang secara psikis seperti pada pasangan yang menjalani pernikahan dini.

Marriage Burnout, Masalah dalam Pernikahan yang Perlu Diatasi - Alodokter

5 Tips Mengatasi Marriage Burnout

Banyak hal yang bisa memicu percekcokan hingga menimbulkan pertengkaran dalam rumah tangga, apalagi di situasi pandemi seperti saat ini, mulai dari masalah keuangan, pola asuh dan tanggung jawab kepada anak, stres karena pekerjaan di kantor, hingga urusan ranjang.

Marriage burnout bisa timbul jika masalah rumah tangga terjadi terus-menerus. Kondisi ini bukan tidak mungkin berakhir dengan perceraian bila tidak ditangani dengan bijak.

Nah, agar kamu dan suami bisa melalui fase marriage burnout, ada beberapa tips yang bisa kalian terapkan, antara lain:

1. Selalu berusaha untuk jujur dan menjaga komunikasi yang baik

Banyak pasangan yang bercerai karena kurang cakap dalam berkomunikasi dan sering berbohong. Padahal, kejujuran dan komunikasi merupakan 2 hal yang sangat penting dalam sebuah hubungan.

Agar kamu dan pasangan tidak terjebak perselisihan yang berujung pada pertengkaran, penting bagi kalian berdua untuk berkomitmen dan berusaha saling jujur tentang hal apa pun, termasuk mengutarakan keinginan.

Buang ekspektasimu tentang pasangan sempurna, karena biasanya realita tidak sejalan dengan apa yang kamu harapkan. Bila kamu menginginkan sesuatu dari pasanganmu, jangan tunggu sampai ia memberikan atau melakukannya untukmu. Ini hanya akan membuatmu lelah.

Demi kebahagiaan kalian berdua, utarakan saja dengan jujur apa yang kamu inginkan darinya. Kamu juga bisa menanyakan apa yang ia inginkan darimu. Dari titik itu, kamu dan pasangan bisa berkompromi mengenai apa yang bisa kalian lakukan untuk saling memenuhi keinginan satu sama lain.

2. Sempatkan waktu untuk berdiskusi

Saat ada masalah, penting bagi kalian berdua untuk menyempatkan waktu untuk berdiskusi guna mencari solusi. Dengan terbiasa mendiskusikan berbagai hal, kamu dan suami jadi sama-sama merasa dihargai dan dianggap kehadirannya.

Selain itu, diskusi juga bisa menimbulkan rasa saling membutuhkan dan kebersamaan dalam menghadapi rintangan. Jadi, ikatan emosional kalian berdua juga akan semakin erat, terutama jika diskusi dilakukan dalam keadaan damai.

3. Jangan sungkan untuk sering memberi pujian atau hadiah pada pasangan

Jika sebelum menikah kamu atau suami suka memberi kejutan, hadiah, atau pujian, setelah menikah pun kalian berdua perlu meneruskan kebiasaan ini. Hal-hal tersebut bisa memelihara perasaan cinta dan menguatkan hubungan pernikahan kalian.

4. Libatkan pasangan dalam banyak hal

Melibatkan pasangan dalam banyak hal juga bisa membantumu keluar dari fase marriage burnout. Misalnya, kamu bisa meminta suami untuk membersihkan rumah bersama-sama, ikut andil dalam mengasuh anak, hingga menyajikan menu makan malam bersama pasangan.

Dengan melibatkan suami dalam berbagai hal, kamu dan dia jadi punya banyak waktu berdua, sehingga makin banyak kesempatan untuk menyadari bahwa kalian saling menyayangi. Selain itu, suami pun akan sadar bahwa tugasnya tidak hanya soal mencari nafkah di luar rumah, tapi juga meliputi urusan di rumah itu sendiri.

5. Beri ruang sendiri

Kendati kalian berdua telah menikah, bukan berarti kamu menjadi miliknya dan dia menjadi milikmu sepenuhnya. Dirimu tetaplah milikmu, begitu juga dengan dirinya. Jadi, sempatkanlah waktu untuk melakukan me time dan berikan juga waktu me time untuk pasanganmu.

Hal ini sama pentingnya dengan quality time bersama, lho. Bila tidak, seseorang bisa merasa tidak stabil secara emosional maupun secara fisik, ketika ia merasa kehilangan identitas diri yang dahulu mungkin ia banggakan.

Fase marriage burnout memang bukanlah hal yang mudah, begitu pula dengan usaha menyelamatkan pernikahan. Namun, ingatlah bahwa perceraian tidak selalu merupakan solusi yang baik, apalagi mengingat hal ini bisa menimbulkan dampak buruk pada buah hati kalian.

Meski cara-cara di atas secara teori bisa membantu kalian keluar dari fase marriage burnout, merupakan hal yang sangat lumrah bila kalian kesulitan dalam menjalankannya. Namun, jangan cepat menyerah, ya.

Bila cara-cara di atas sulit untuk dilakukan, sebaiknya kalian berdua berkonsultasi dengan psikolog untuk mendapatkan bimbingan dalam mencari jalan keluar dari masalah rumah tangga yang sedang kalian hadapi.