“Kapan harus ke psikolog pernikahan”? Pertanyaan ini mungkin kerap muncul saat suatu pasangan sedang menghadapi konflik atau masalah dalam rumah tangganya. Konseling dengan psikolog tidak selalu berarti hubungan pernikahan tidak sehat dan sulit dipertahankan, ya. Pilihan ini justru bisa mencegah munculnya masalah yang lebih besar, sehingga hubungan suami istri pun tetap terjaga. 

Peran psikolog atau konselor pernikahan tidak hanya diperlukan saat hubungan pernikahan sudah di ujung tanduk lho. Justru, keterlibatan psikolog pernikahan sebagai seorang profesional dapat membantu meningkatkan kepercayaan dan komunikasi di antara pasangan suami-istri (pasutri) atau bahkan pasangan yang baru akan menikah. 

Kapan Harus ke Psikolog Pernikahan? Ini 9 Tandanya - Alodokter

Melakukan konseling dengan psikolog pernikahan tak hanya membantu menyelesaikan masalah lebih cepat sebelum makin rumit, tetapi juga meningkatkan kesiapan pasutri dalam menghadapi tantangan di masa depan. 

Kapan Harus ke Psikolog Pernikahan?

Sebenarnya, kamu dan pasangan dapat berkonsultasi dengan psikolog pernikahan kapan pun merasa bingung akan cara menyelesaikan masalah rumah tangga yang tengah dihadapi berdua. 

Namun, sebagai gambaran, berikut adalah beberapa situasi yang bisa dijadikan acuan kapan harus ke psikolog pernikahan:

1. Ada konflik yang terus berulang

Konseling dengan psikolog pernikahan umumnya dilakukan saat pasangan mengalami konflik serupa, yang terjadi berulang kali meskipun seolah sudah terpecahkan. Misalnya sulit mengatur ego masing-masing, cara mendidik anak, atau kewajiban mengurus rumah. Hal ini dapat membuat kedua belah pihak stres karena kesulitan mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut.

Dengan berdiskusi dengan psikolog pernikahan, pasutri tidak hanya dibantu memecahkan konflik yang terus berulang tersebut lho. Psikolog juga akan memberikan bimbingan tentang cara berkomunikasi dan menangani konflik dengan lebih baik, misalnya dengan menenangkan diri terlebih dahulu dan tidak bertengkar di hadapan anak

2. Merasa sulit berkomunikasi dengan pasangan

Pasutri juga bisa berkonsultasi ke psikolog pernikahan ketika komunikasi satu sama lain tidak berjalan dengan baik, misalnya sering terjadi pertengkaran atau silent treatment. Pada situasi ini, salah satu atau kedua belah pihak bisa saja merasa tidak didengarkan atau tidak dimengerti.

Konseling dengan psikolog pernikahan bisa membantu kamu dan pasangan berkomunikasi dengan cara yang lebih baik sehingga terhindar dari masalah di masa depan. Hal ini berlaku tak hanya bagi pasutri yang telah lama menikah, tetapi bahkan pasutri baru yang sedang membiasakan diri hidup bersama maupun mereka yang berencana menikah.

3. Keintiman memudar

Dalam kehidupan rumah tangga, terkadang pasangan bisa saja hanya terasa seperti teman serumah yang tak lagi intim maupun saling mendamba, apalagi jika usia pernikahan sudah bertahun-tahun. 

Misalnya, kamu dan pasangan jadi lebih jarang berhubungan, tidak terpuaskan saat berhubungan intim, atau bahkan jadi tidak berhubungan intim sama sekali. 

Nah, psikolog pernikahan bisa membantu memberikan solusi untuk kembali mengobarkan api asmara ini lho. Psikolog pernikahan juga bisa membantu mengatasi marriage burnout.

4. Tidak saling percaya

Rasa saling percaya, baik itu atas tanggung jawab, komitmen, maupun kesetiaan, adalah pondasi penting dalam membangun hubungan, terutama pernikahan. Namun, jika rasa percaya sudah memudar, apakah selalu berarti pernikahan sudah tak layak dipertahankan? Sebetulnya belum tentu, ya.

Jika masalah trust issues ini terus berlangsung, memang dikhawatirkan bisa timbul rasa tak nyaman antara satu sama lain meskipun hanya dalam interaksi sehari-hari. Namun, rasa percaya sebenarnya bisa dikembalikan dengan cara yang tepat. 

Dalam hal ini, konseling dengan psikolog pernikahan bisa membantu menemukan cara yang tepat untuk kembali menguatkan rasa saling percaya antara pasutri nih. 

5. Hubungan mulai toxic

Hubungan yang mulai toxic merupakan salah satu indikasi penting bahwa suatu pasangan sudah perlu mencari bantuan psikolog pernikahan. Hal ini umumnya ditandai dengan rasa selalu lelah, sedih, atau cemas ketika terlibat dengan pasangan, termasuk saat berinteraksi sehari-hari. 

Hal ini bisa terjadi ketika pernikahan dipenuhi dengan keinginan mengontrol, kecemburuan, atau ancaman ketika pasangan tidak melakukan hal yang diinginkan salah satu pihak. Hubungan toxic juga bisa ditandai dengan ketidakjujuran pasangan, sering gaslighting, atau adanya sifat manipulatif untuk mencapai tujuan tertentu.

6. Adanya KDRT

Pernikahan yang ideal dan sehat sejatinya dijalani dengan rasa aman, nyaman, bahagia, dan penuh kasih sayang. Namun, pada kenyataannya, hal ini tidak berlaku dalam setiap rumah tangga dan hal ini tentu sangat disayangkan. 

Pada kasus tertentu, pasangan suami istri bahkan ada yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Tak hanya bisa menimbulkan luka secara fisik, KDRT juga kerap menorehkan luka batin atau bahkan trauma. 

Adanya KDRT, apapun bentuknya, baik itu secara fisik, verbal, emosional, atau seksual, merupakan salah satu tanda bahaya (red flag) dalam hubungan yang perlu diatasi. Apabila sulit menemukan jalan keluar, kamu dan pasangan bisa menjalani sesi konseling dengan psikolog pernikahan untuk mengatasinya.

7. Mengalami perubahan besar dalam hidup

Tak hanya ketika ada masalah dalam menghadapi satu sama lain, kapan harus ke psikolog pernikahan juga bisa dipertimbangkan saat salah satu atau kedua belah pihak baru saja mengalami perubahan besar dalam hidup. Misalnya, tinggal di lingkungan baru, mendapat pekerjaan baru atau justru mengalami PHK, maupun kelahiran sang buah hati.

Alasannya, perubahan besar ini dapat mempengaruhi peran dan tanggung jawab pasutri dalam berumah tangga. Dengan menjalani konseling bersama psikolog pernikahan, kamu dan pasangan bisa lebih siap menghadapi perubahan tersebut dan terhindar dari konflik yang tidak diperlukan.

8. Ada keinginan untuk berpisah

Jika salah satu atau kedua belah pihak memiliki keinginan untuk berpisah atau bercerai, tak ada salahnya untuk konseling dengan psikolog pernikahan dulu. Ini untuk memastikan apakah hubungan masih bisa diperbaiki dan mencari solusi alternatif, jika memang masih ada peluang.

Namun, jika perpisahan adalah jalan terbaik yang dipilih oleh pasangan, psikolog pernikahan juga bisa memberikan dukungan emosional dalam menghadapi perceraian tersebut.

9. Ingin menjalani konseling pranikah

Tak hanya memberikan konseling bagi pasangan yang sudah menikah, psikolog pernikahan juga bisa memberikan layanan konseling dan konsultasi bagi pasangan yang hendak menikah. 

Melalui sesi konseling pranikah, psikolog bisa membantu pasangan yang akan menempuh hidup baru untuk lebih siap secara mental dan menghadapi konflik yang bisa saja terjadi. 

Selain itu, melalui konseling pranikah, pasangan juga bisa mendapatkan tips dan saran mengenai cara menjalani hidup sebagai pasangan dan membina keluarga yang sehat dan bahagia.

Terlepas dari berbagai situasi di atas, kamu tidak perlu sungkan ya untuk berkonsultasi dengan psikolog pernikahan bila ada masalah dalam hubungan dan bingung cara menyelesaikannya berdua. Kalau masih ragu apakah perlu bertemu langsung dengan psikolog pernikahan, kamu bisa Chat Bersama Dokter dulu lewat ponsel kok. Chat bisa dilakukan melalui fitur ALOCHAT di aplikasi Alodokter.

Menentukan kapan harus ke psikolog pernikahan bukan berarti ada yang salah dengan hubungan, tapi justru dapat membantu memperkuatnya. Hal ini karena bimbingan dari psikolog pernikahan bisa meningkatkan kualitas komunikasi dalam hubungan maupun membantu mengambil keputusan terbaik bagi kedua belah pihak. 

Meski begitu, jangan terlalu larut memikirkan kapan harus ke psikolog pernikahan jika muncul kekerasan verbal maupun emosional, atau jika kepercayaan di antara pasangan sudah rusak berat ya. Dalam situasi tersebut, konseling dengan psikolog pernikahan bisa membantu memberikan dukungan emosional segera.

Sebagai pengingat, kamu tidak perlu sungkan untuk berkonsultasi dengan psikolog kapan saja saat merasa butuh dukungan batin ya, tak hanya untuk masalah rumah tangga.