Mengatasi diare dengan kaolin dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi kondisi ini, selain dengan cairan oralit dan memperbanyak minum air putih. Jenis obat ini sudah umum digunakan dan terbukti mampu mengatasi diare karena kemampuannya dalam memadatkan tinja.

Diare ditandai dengan buang air besar yang lebih sering dengan karakteristik tinja yang lebih encer daripada biasanya. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh konsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi virus, bakteri, atau parasit.

Mengatasi Diare dengan Kaolin dan Hal-Hal yang Perlu Diketahui - Alodokter

Diare dapat diatasi dengan memperbanyak minum dan mengonsumsi makanan lunak. Namun, Anda juga dapat mengatasi diare dengan kaolin.

Mengatasi Diare dengan Kaolin

Untuk mengatasi diare, kaolin bekerja dengan menyerap bakteri, racun, dan zat-zat lain dari usus. Obat ini juga dapat membentuk atau memadatkan tinja yang cair. Meski begitu, kaolin tidak memiliki sifat antibakteri, yakni hanya dapat menyerap bakteri, sehingga dianjurkan untuk mengombinasikannya dengan obat lain.

Kaolin umumnya dikombinasikan dengan pektin untuk meningkatkan efektivitasnya dalam mengatasi diare. Kombinasi keduanya dapat bekerja efektif untuk mengatasi diare dan berbagai gejala yang menyertainya.

Selain itu, kaolin juga tidak dapat menggantikan cairan tubuh yang hilang saat diare. Oleh karena itu, penting untuk tetap mengonsumsi banyak cairan, seperti air putih atau oralit, selama pengobatan.

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Mengonsumsi Kaolin

Sebelum Anda mencoba mengatasi diare dengan kaolin, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:

Dosis kaolin

Perhatikan kembali petunjuk penggunaan dan dosis kaolin yang tertera pada kemasan sebelum menggunakannya. Bila perlu, konsultasikan ke dokter untuk memastikan dosis yang tepat untuk dapat mengatasi diare dengan kaolin.

Kaolin umumnya dikonsumsi setiap habis buang air besar. Berikut ini adalah dosis anjuran untuk pemakaian kaolin:

  • Anak-anak usia 3–6 tahun: 1–2 sendok makan
  • Anak-anak usia 6–12 tahun: 2–4 sendok makan 
  • Anak-anak usia lebih dari 12 tahun: 3–4 sendok makan
  • Dewasa: 4–8 sendok makan

Sementara itu, untuk anak usia di bawah 3 tahun, pemberian kaolin dan dosisnya harus dikonsultasikan dulu ke dokter.

Efek samping kaolin

Mengatasi diare dengan kaolin relatif aman, tetapi efek sampingnya tetap bisa terjadi. Pada beberapa kasus, kaolin dapat menimbulkan reaksi alergi yang ditandai dengan gatal-gatal, ruam, sulit bernapas, dan timbulnya pembengkakan pada wajah, bibir, mulut, dan lidah.

Selain itu, terdapat efek samping lain yaitu konstipasi atau sembelit yang dapat terjadi pada anak-anak dan lansia. Oleh karena itu, sebelum memberikan kaolin kepada lansia dan anak-anak, terutama di bawah 3 tahun, Anda dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Obat diare yang mengandung kaolin umumnya dianggap aman bagi ibu hamil karena kaolin tidak diserap dalam jumlah signifikan oleh tubuh. Namun, Anda tetap disarankan berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakannya untuk menghindari berbagai efek samping.

Interaksi kaolin dengan jenis obat lainnya

Pemakaian kaolin juga perlu berhati-hati jika Anda sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti digoxin, quinidine, clindamycin, atau trimethoprim

Hal ini dikarenakan kandungan kaolin bisa memengaruhi kinerja obat-obat tersebut. Anda juga perlu berhati-hati apabila sedang mengonsumsi obat herbal, suplemen diet, atau memiliki alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu.

Saat mengonsumsi kaolin, disarankan untuk banyak mengonsumsi air putih. Minumlah kaolin sesuai dosis yang tertera pada kemasan, maupun sesuai dosis yang telah dianjurkan dokter.

Jika Anda sudah mencoba mengatasi diare dengan kaolin selama 2 hari tetapi tidak ada perubahan, atau diare yang dialami bertambah parah, segera konsultasikan dengan dokter secara online melalui Chat bersama Dokter. Dengan demikian, dokter dapat melakukan pemeriksaan dan penanganan yang tepat untuk mengatasi diare Anda.