Gondokan dalam atau struma basedow merupakan salah satu penyebab pembesaran kelenjar tiroid. Kondisi ini ditandai dengan gangguan mata yang khas dan kenaikan jumlah hormon tiroid. Apabila tidak diobati, jenis gondokan ini dapat berbahaya dan bahkan mengancam nyawa.

Pembesaran kelenjar tiroid akibat gondokan dalam atau struma basedow tidak selalu tampak dari luar dan terasa nyeri. Hal inilah yang membuat penderitanya kerap tidak menyadari bahwa dirinya sedang terkena penyakit gondok atau gondokan.

Mengenal Gondokan Dalam atau Struma Basedow - Alodokter

Meski begitu, ukuran gondokan dalam yang semakin besar bisa menimbulkan berbagai gejala lain, seperti batuk, sulit menelan, atau bahkan sulit bernapas.

Penyebab Gondokan Dalam atau Struma Basedow

Secara medis, sebenarnya tidak ada istilah gondokan dalam. Masyarakat Indonesia menggambarkan kondisi ini sebagai gondokan yang melebar ke samping disertai mata melotot.

Gondokan sendiri merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang berada di leher, tepatnya di bawah jakun. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai hal dan salah satunya adalah penyakit autoimun, seperti penyakit Graves.

Penyakit Graves adalah gangguan imunitas yang menyebabkan tubuh menghasilkan hormon tiroid secara berlebihan, sehingga kelenjar tiroid tampak membesar.

Faktor Lain yang Dapat Menyebabkan Pembesaran Tiroid

Selain penyakit Graves, ada beberapa kondisi yang juga dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar tiroid dan menyerupai kondisi gondokan dalam, yaitu:

1. Kekurangan yodium

Kekurangan yodium bisa menjadi penyebab gondokan dalam. Pasalnya, yodium merupakan zat penting yang berperan dalam pembentukan hormon tiroid dalam tubuh. Apabila kadar yodium berkurang, kelenjar tiroid akan membesar sebagai reaksi untuk mendapatkan lebih banyak yodium.

2. Penyakit Hashimoto

Penyakit Hashimoto merupakan peradangan pada kelenjar tiroid yang berdampak pada ketidakmampuan tubuh untuk menghasilkan hormon tiroid, sehingga jumlahnya terlalu sedikit atau hipotiroidisme.

Hormon tiroid yang rendah membuat kelenjar pituitari memproduksi hormon perangsang tiroid atau tirotropin untuk merangsang produksi tiroid. Hal inilah yang kemudian menyebabkan kelenjar tiroid membesar.

3. Gondok multinodular

Pada kondisi ini, beberapa benjolan padat maupun berisi cairan yang disebut nodul, berkembang di kedua sisi kelenjar tiroid. Benjolan tersebut menyebabkan ukuran kelenjar tiroid menjadi lebih besar.

Penyebab gondok multinodular tidak diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini berkaitan dengan penyakit tiroid lain, seperti penyakit Hashimoto, kekurangan yodium, hingga kanker tiroid.

4. Nodul tiroid soliter

Berbeda dengan gondok multinodular, nodul tiroid soliter hanya terjadi di salah satu bagian kelenjar tiroid. Meski begitu, penyebab yang mendasari umumnya sama seperti gondok multinodular.

5. Kanker tiroid

Kanker tiroid merupakan pertumbuhan sel abnormal yang terjadi pada kelenjar tiroid. Jenis kanker ini lebih sering terjadi dibandingkan dengan nodul tiroid.

Gondokan lebih sering dialami oleh wanita daripada pria. Selain itu, kehamilan, usia di atas 40 tahun, riwayat keluarga dengan penyakit autoimun, paparan radiasi, dan penggunaan obat tertentu juga dapat meningkatkan risiko gondokan, termasuk gondokan dalam atau struma basedow.

Gejala Gondokan Dalam atau Struma Basedow

Gondokan dalam sering kali tidak bergejala atau menimbulkan gejala yang khas pada awalnya. Namun, ada beberapa gejala umum yang dapat muncul akibat gondokan, seperti:

  • Pembengkakan di leher, tepatnya di bawah jakun
  • Perasaan kaku atau mengganjal di tenggorokan
  • Suara serak
  • Batuk
  • Sulit menelan
  • Sulit bernapas

Pada penyakit Graves, beberapa gejala lain yang dapat muncul selain pembesaran kelenjar tiroid dapat berupa tangan dan jari gemetar (tremor), mata menonjol atau terlihat seperti melotot, penurunan berat badan, perubahan siklus menstruasi, kulit di kaki memerah, detak jantung tidak teratur, dan penurunan libido.

Dari semua gejala tersebut, gejala paling khas yang dirasakan oleh penderita penyakit Graves adalah mata menonjol atau exophthalmos. Kondisi ini umumnya diikuti dengan sensasi perih dan nyeri pada mata, kelopak mata bengkak, mata meradang, dan lebih sensitif terhadap cahaya.

Dalam kasus exophthalmos yang parah, otot mata yang membengkak dapat memberikan tekanan yang kuat pada saraf mata. Hal ini memungkinkan terjadinya kebutaan pada salah satu mata (parsial).

Otot-otot mata yang mengalami peradangan jangka panjang perlahan-lahan akan kehilangan kemampuan mengontrol gerakan, sehingga menyebabkan penglihatan ganda (double vision).

Diagnosis Gondokan Dalam atau Struma Basedow

Dalam menentukan diagnosis gondokan dalam atau struma Basedow, langkah awal yang dilakukan dokter adalah melakukan penelusuran riwayat kesehatan pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut ini:

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa tanda-tanda klinis, meliputi pemeriksaan tekanan darah dan denyut jantung, serta pemeriksaan fisik dengan meraba kelenjar tiroid.

Tes darah

Dokter juga akan menganjurkan tes darah untuk mengetahui kadar thyroid stimulating hormon (TSH) dan hormon tiroid. Penderita penyakit Graves umumnya memiliki kadar TSH di bawah normal dan hormon tiroid di atas normal.

Pemberian yodium

Jenis pemeriksaan selanjutnya adalah pemberian yodium. Dokter akan menyuntikkan atau memberikan yodium, kemudian menghitung jumlahnya.

Jumlah yodium pada kelenjar tiroid menentukan apakah gondokan disebabkan penyakit Graves atau penyakit lain. Pemeriksaan radiologi, seperti USG, CT scan, dan MRI, juga dapat diperlukan untuk hasil diagnosis yang lebih akurat.

Pengobatan Gondokan Dalam

Pengobatan gondokan dalam atau struma basedow tergantung pada ukuran, tanda dan gejala yang muncul, serta penyebab yang mendasarinya. Tujuan pengobatan yang dilakukan adalah untuk menghambat produksi hormon tiroid berlebih dan menghambat efek hormon tersebut pada tubuh.

Beberapa penanganan gondokan dalam atau struma Basedow meliputi:

1. Pemberian obat pereda gejala

Untuk menangani peradangan pada kelenjar tiroid, dokter akan memberikan obat pereda nyeri dan antiradang, seperti aspirin dan kortikosteroid. Selain itu, dokter juga akan memberikan obat penghambat beta untuk mengatasi tremor dan detak jantung yang tidak teratur.

2. Terapi yodium radioaktif

Terapi ini bertujuan untuk menghancurkan sel-sel tiroid yang terlalu aktif agar pembengkakan dapat menyusut dan gejala lainnya pun berkurang secara bertahap.

3. Pengobatan antitiroid

Obat ini bekerja dengan cara mengendalikan kadar hormon tiroid. Obat antitiroid dapat digunakan sebelum atau setelah terapi yodium radioaktif sebagai pengobatan tambahan.

4. Operasi pengangkatan kelenjar tiroid

Prosedur operasi menjadi pilihan terakhir bila berbagai metode penanganan di atas tidak efektif atau gejala yang muncul sudah sangat mengganggu. Langkah operasi dilakukan dengan mengangkat seluruh atau sebagian kelenjar tiroid.

Prosedur pengangkatan kelenjar tiroid atau tiroidektomi ini cukup berisiko, karena dapat merusak saraf yang mengontrol pita suara dan kelenjar paratiroid, yaitu kelenjar kecil yang berdekatan dengan kelenjar tiroid.

Penyakit gondokan dalam atau struma basedow umumnya dapat ditangani secara medis. Namun, penyakit ini memiliki risiko komplikasi yang berbahaya, yaitu tirotoksikosis atau badai tiroid (thyroid storm). Kondisi ini ditandai dengan kadar hormon tiroid yang terlalu tinggi sehingga membahayakan fungsi tubuh.

Risiko komplikasi meningkat pada kondisi penghentian obat antitiroid tanpa anjuran dokter, penyakit metabolik, kondisi stres emosional, dan bahkan operasi tiroid. Oleh karena itu, Anda akan menjalani rawat inap hingga kondisi Anda stabil dan dianjurkan untuk kontrol ke dokter secara rutin.

Apabila Anda mengalami pembengkakan leher yang disertai pusing, sulit menelan, suara serak, sesak napas, gangguan penglihatan, atau beragam gejala yang telah disebutkan di atas, segeralah periksakan diri ke dokter karena bisa menjadi gejala dari gondokan dalam.

Dengan begitu, gondokan dalam atau struma basedow dapat terdeteksi sejak dini dan langkah pengobatan bisa segera dilakukan untuk mencegah berkembangnya penyakit dan terjadinya komplikasi.