Di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, istilah social bubble sedang ramai diperbincangkan. Pasalnya, hal ini dipercaya menjadi salah satu upaya untuk bisa tetap tenang dalam menghadapi pandemi yang ada. Apa sebenarnya social bubble itu? Simak penjelasannya di artikel ini.

Social bubble adalah istilah yang menggambarkan sebuah kelompok yang sepakat untuk membatasi interaksi sosial. Selain disebut sebagai social bubble, fenomena ini juga dikenal dengan quaranteams atau pods. Kelompok ini bisa terdiri dari anggota keluarga, teman, atau rekan kerja.

Mengenal Social Bubble dan Manfaatnya - Alodokter

Orang-orang yang tergabung di dalam social bubble umumnya sudah sepakat untuk menjalani protokol kesehatan, konsisten, dan tidak sembarangan menerima anggota baru di dalam kelompoknya.

Berbagai Manfaat Social Bubble

Ada beberapa manfaat yang bisa kamu peroleh dengan membentuk social bubble, yaitu:

1. Mengurangi stres dan kecemasan

Tak bisa dipungkiri, pandemi COVID-19 membuat banyak orang merasa tertekan, stres, dan cemas. Bila tidak dikendalikan, hal tersebut akan berdampak negatif pada kesehatan mental. Nah, social bubble bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi keluhan ini.

Social bubble membuat orang-orang di dalamnya dapat berinteraksi secara langsung, termasuk melakukan sentuhan fisik secara aman, karena sudah sama-sama mematuhi protokol kesehatan yang ada. Menurut penelitian, mendapatkan sentuhan fisik dapat meringankan stres dan cemas, serta mencegah depresi.

Selain itu, di dalam social bubble, masing-masing anggota juga bisa bertukar cerita, menyampaikan kegelisahan, dan mendapatkan support system yang baik.

2. Mengatasi rasa kesepian

Pembatasan interaksi sosial di masa pandemi ini membuat momen interaksi dengan orang lain jauh berkurang. Hal ini tak jarang memimbulkan perasaan kesepian. Nah, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengusir rasa kesepian adalah dengan membentuk social bubble.

Pasalnya, dengan membetuk social bubble, kamu tetap bisa berinteraksi dan terhubung dengan orang lain, tanpa khawatir tertular virus Corona. Dengan begitu, perasaan kesepian yang mungkin kamu alami pun dapat hilang.

3. Mencegah penularan virus Corona

Selain baik bagi kesehatan mental, social bubble juga bermanfaat untuk mencegah penularan virus Corona. Jika setiap anggota kelompok tetap konsisten dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan, serta membatasi pertemuan dengan orang lain di luar kelompoknya, ini akan membantu menurunkan penyebaran COVID-19.

Hal ini pun telah dibuktikan oleh penelitian. Dalam penelitian tersebut dijelaskan, social bubble yang di lakukan dengan tepat memiliki andil yang cukup besar dalam menurunkan risiko penyebaran COVID-19.

Seperti Ini Cara Membentuk Social Bubble

Hal pertama yang perlu kamu lakukan dalam membentuk social bubble adalah menentukan siapa saja orang-orang yang ada di dalamnya. Pastikan orang-orang yang ada di dalam lingkaran sosialmu adalah mereka yang benar-benar kamu percaya.

Setelah kamu menentukannya, berikut ini adalah beberapa hal penting yang perlu kamu perhatikan ketika membentuk social bubble:

  • Jelaskan secara terperinci mengapa social bubble dibentuk.
  • Batasi jumlah orang yang keluar rumah dan pastikan hanya untuk keperluan penting saja.
  • Pastikan setiap anggota komitmen dan konsisten membatasi interaksi dengan orang di luar lingkaran sosial, misalnya dengan tidak berkumpul atau makan bersama orang lain. Tujuannya untuk melindungi seluruh anggota dalam social bubble yang tetap berada di rumah.
  • Evaluasi setiap anggota yang keluar rumah. Pastikan mereka selalu menerapkan protokol kesehatan dengan baik.

Jika salah satu anggota dari lingkaran sosial menunjukkan gejala COVID-19, segera komunikasikan dengan anggota lainnya, ya. Bila terkonfirmasi positif COVID-19, minta anggota yang bersangkutan untuk melakukan isolasi mandiri selama kurang lebih 14 hari untuk mencegah penularan virus lebih luas lagi.

Social bubble yang dilakukan dengan tepat bisa menjadi cara yang efektif untuk mencegah penularan COVID-19 sekaligus menjaga kesehatan mental. Jika kamu masih memiliki pertanyaan terkait social bubble, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.