Oldest child syndrome adalah perilaku khas yang banyak ditemukan pada anak pertama. Karena ekspektasi dan tanggung jawab yang diberikan orang tua sering kali lebih besar, anak sulung cenderung berjiwa pemimpin, perfeksionis, ingin selalu menyenangkan orang lain, dominan, dan mudah cemas.
Anak sulung biasanya diberikan peran yang cukup besar dalam keluarga. Hampir selalu diandalkan dan diberi ekspektasi besar oleh orang tua, kerap membuat anak yang terlahir sebagai anak pertama mengalami oldest child syndrome.
Meski demikian, oldest child syndrome sendiri bukanlah istilah untuk menamai kelainan atau kondisi medis tertentu, melainkan untuk menunjukkan tendensi sifat dan kepribadian yang dimiliki oleh anak pertama.
Pengertian Oldest Child Syndrome
Istilah oldest child syndrome pertama kali dipopulerkan oleh dokter Alfred Adler, yang membagi kepribadian seseorang berdasarkan urutan kelahirannya. Ia beranggapan bahwa anak pertama dan terakhir cenderung dominan dan ingin semuanya sempurna, sedangkan anak tengah memiliki kepribadian yang lebih santai tetapi sensitif.
Anak pertama selalu dituntut harus serba bisa, sehingga ia terbiasa untuk melakukan semuanya seorang diri. Itulah yang membentuk kepribadian mandiri, ambisius, berjiwa pemimpin, dominan, dan perfeksionis. Sampai di sini, rasanya oldest child syndrome selalu berdampak positif terhadap perkembangan karakter seseorang ya.
Sayangnya, ekspektasi yang tinggi dari keluarga juga membuat Si Sulung takut jika hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Alhasil, mereka sering kali merasa stres dan cemas, bahkan menyembunyikan emosi demi terlihat baik-baik saja.
Namun, oldest child syndrome hanyalah penggambaran pola perilaku seseorang, bukan diagnosis medis atau gangguan psikologis. Selain itu, kepribadian setiap orang memang unik dan berbeda dan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari pola asuh, lingkungan sekitar, pendidikan yang diperoleh, dan faktor genetik, bukan semata-mata urutan kelahirannya.
Karakteristik Oldest Child Syndrome
Untuk mengetahui apakah Anda atau anak pertama Anda mengalami oldest child syndrome, berikut karakteristik yang khas dari kondisi ini:
1. Mandiri
Saat sang adik lahir, perhatian yang diberikan orang tua umumnya terbagi dan Si Kakak dituntut untuk lebih banyak mengalah. Sejak memiliki anak kedua atau ketiga, orang tua pun mungkin akan sedikit kewalahan, sehingga anak sulung kerap dimintai untuk melakukan beberapa aktivitas secara mandiri, misalnya makan atau memilih baju yang akan dipakai sendiri.
Bahkan, terkadang para kakak ini juga tak jarang jadi andalan orang tua untuk membantu pekerjaan rumah ringan, seperti menyapu, mengepel, atau mencuci piring. Hal ini bisa menumbuhkan sikap mandiri pada anak pertama bahkan sejak mereka masih kecil.
2. Bertanggung jawab
Karena terbiasa mandiri sejak dini dan selalu diandalkan dalam banyak hal, anak pertama jadi lebih bertanggung jawab. Ia mudah memutuskan sesuatu dan berusaha menyelesaikan pilihan tersebut meski terasa sangat sulit. Sikap ini merupakan salah satu tendensi orang yang memiliki oldest child syndrome.
3. Ambisius dan perfeksionis
Tidak jarang, orang tua menaruh harapan pada anaknya untuk menjadi lebih baik dari mereka, baik dari segi perilaku maupun pekerjaan. Hal inilah yang membuat seseorang dengan oldest child syndrome cenderung ambisius dan perfeksionis, karena mereka harus merealisasikan ekspektasi orang tua dengan hasil yang sebaik-baiknya.
4. Berjiwa pemimpin
Anak pertama juga sering dianggap sebagai panutan untuk adik-adiknya. Mereka harus bisa memberikan contoh yang baik dan menerima tanggung jawab yang lebih besar daripada adiknya. Hal inilah yang membuat jiwa kepemimpinan mereka terbentuk secara alami.
5. Memiliki kepedulian yang tinggi
Tidak sedikit anak pertama yang diminta untuk menjaga adik-adiknya oleh orang tua. Hal ini membuat mereka tumbuh dengan rasa tanggung jawab, karena memastikan adik-adiknya dijaga dengan baik. Secara alami, hal ini akan mengasah empati dan kepedulian terhadap orang lain.
6. Sering merasa stres dan cemas
Perannya sebagai anak pertama dan tingginya ekspektasi keluarga bisa memicu stres. Ditambah lagi, Si Sulung selalu dianggap kuat, sehingga ia tidak bebas mengekspresikan emosinya karena takut menunjukkan kelemahannya. Akhirnya, emosi negatif jadi banyak menumpuk dan ini bisa menyebabkan stres.
7. Kurang percaya diri
Terkadang, harapan orang tua kepada anak pertama yang terlalu tinggi membuat mereka merasa apa yang dilakukan tidak cukup baik. Hal ini dapat membuat Si Sulung merasa kurang percaya diri atau insecure.
8. Dewasa sebelum waktunya
Tidak sedikit anak pertama banyak yang menanggung beban untuk mengurus adik-adiknya saat orang tuanya bekerja. Meski dianggap sebagai wujud bakti anak ke orang tua, hal ini nyatanya bisa memengaruhi perkembangan emosional anak lho. Anak jadi memposisikan dirinya sebagai orang dewasa, bukan lagi sebagai anak-anak.
9. Suka mengatur
Karena terbiasa diberikan tanggung jawab untuk membantu mengurus rumah dan adik-adiknya, anak pertama terkadang memiliki tendensi untuk suka mengatur, apalagi kalau memang mereka sudah memiliki sifat yang perfeksionis. Hal ini terkadang bisa saja menimbulkan konflik.
Bagi anak pertama yang memiliki sifat ini, ada baiknya untuk belajar mengalah dan menerima bahwa tidak semua hal perlu diatur atau diintervensi. Cobalah biasakan untuk menjadi sosok kakak yang diharapkan untuk memimpin ketika memang diminta atau dibutuhkan, tapi tidak setiap waktu.
Cara Menghadapi Oldest Child Syndrome
Berikut ini cara menghadapi oldest child syndrome:
Sebagai anak pertama
Menjadi anak pertama dengan segala ekspektasi yang diberikan orang tua tidaklah mudah. Namun, ingatlah, bagaimanapun juga Anda tetap seorang anak dalam keluarga yang berhak menerima perlakukan hangat dari orang tua.
Membantu menjaga dan menjadi panutan bagi adik-adik memang sudah seharusnya. Akan tetapi, Anda juga harus bijak dalam menyikapinya. Anda tidak harus selalu benar dan jangan terlalu keras pada diri sendiri hanya untuk menyenangkan ekspektasi orang lain.
Tidak semua hal di dalam hidup merupakan kompetisi dan Anda tidak harus selalu “menang” dan menjadi sempurna. Peran sebagai kakak tidak seharusnya memicu stres dan kecemasan hanya karena Anda merasa harus selalu menjadi yang terbaik.
Sebagai orang tua
Memberi tanggung jawab dan ekspektasi kepada anak pertama tidak selamanya negatif kok. Anda justru dapat membantu Si Sulung membentuk kepribadian yang positif, seperti berjiwa pemimpin, mandiri, dan lebih berempati.
Namun, perlu digaris bawahi bahwa sang kakak tetaplah seorang anak yang berhak mendapatkan perhatian dan kasih sayang Anda, sama seperti adiknya. Buatlah ia tetap merasa dicintai dan berikan pola asuh yang sesuai dengan kepribadiannya.
Selain itu, jangan terlalu membebani Si Sulung dengan ekspektasi yang besar dan sadari bahwa kemampuan setiap anak berbeda-beda. Dalam memberikan tanggung jawab pada sang kakak pun, Anda perlu mempertimbangkan kemampuannya.
Tidak semua anak pertama mengalami oldest child syndrome. Namun, jika anak pertama Anda atau Anda sendiri sebagai anak sulung mengalami tanda-tanda yang mengarah pada gangguan psikologis akibat oldest child syndrome, jangan ragu berkonsultasi dengan psikolog untuk mendapatkan penanganan ya.