Chlamydia merupakan salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit ini banyak terjadi di seluruh dunia dan dapat dialami pria maupun wanita. Padahal, dengan kesadaran dan pemahaman yang baik, risiko penularan chlamydia bisa lebih rendah.
Sebelumnya telah disebutkan bahwa penyebab chlamydia adalah infeksi bakteri. Infeksi ini bisa ditularkan saat melakukan hubungan seksual melalui vagina maupun secara oral atau anal. Risiko penularan pun bisa meningkat bila hubungan seksual dilakukan tanpa kondom atau bergonta-ganti pasangan.
Menurut data WHO, ada sekitar 374 juta kasus penyakit menular seksual yang terjadi di dunia pada tahun 2020. Dari total kasus tersebut, 129 juta di antaranya adalah infeksi chlamydia. Jumlah kasus chlamydia ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2019, yaitu 1,8 juta kasus.
Penyakit chlamydia perlu diatasi dengan tepat karena bila dibiarkan dan tidak diobati bisa menyebabkan komplikasi, salah satunya kemandulan. Selain itu, chlamydia juga bisa meningkatkan risiko terkena HIV.
Berbagai Gejala Chlamydia
Orang yang mengalami chlamydia tahap awal sering kali tidak mengalami gejala. Namun, 1–3 minggu setelah terinfeksi, ada beberapa gejala yang dapat muncul. Gejala tersebut umumnya berbeda antara wanita dan pria. Berikut ini adalah penjelasannya:
Gejala chlamydia pada wanita
- Nyeri saat buang air kecil dan berhubungan seksual
- Rasa sakit di area panggul
- Keputihan berwarna putih kekuningan yang berbau menyengat
- Perdarahan dari vagina saat berhubungan seksual dan di luar siklus menstruasi
Gejala chlamydia pada laki-laki
- Rasa terbakar saat buang air kecil
- Penis terasa gatal
- Nyeri di salah satu atau kedua buah zakar
- Keluarnya cairan keruh dari penis
Selain itu, chlamydia juga bisa menginfeksi bagian tubuh lainnya, seperti mata, tenggorokan, anus, atau usus besar. Jadi, Anda bisa saja mengalami gejala lain, misalnya nyeri dan perdarahan pada anus, mata merah disertai produksi kotoran mata yang berlebihan, demam, dan sakit tenggorokan.
Langkah Pengobatan Chlamydia
Jika Anda terdiagnosis menderita chlamydia, dokter akan meresepkan obat antibiotik, seperti azithromycin atau doxycycline. Antibiotik berfungsi untuk mencegah dan menghentikan bakteri berkembang biak di dalam tubuh. Meski begitu, kedua antibiotik ini memiliki cara dan aturan penggunaan yang berbeda.
Bila dokter meresepkan doxycycline, Anda perlu mengonsumsinya 2 kali sehari selama 1 minggu dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual hingga dinyatakan sembuh.
Sedangkan untuk azithromycin, Anda perlu mengonsumsinya 1 kali saja dan tidak perlu dilanjutkan kembali keesokan harinya. Setelah itu, Anda juga disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama 7 hari.
Selama masa pengobatan, patuhilah cara dan aturan penggunaan obat agar penyakit chlamydia yang diderita bisa cepat sembuh dan risiko penularan kepada orang lain pun bisa dihindari.
Agar tidak mudah terjangkit chlamydia, Anda disarankan untuk melakukan hubungan seksual yang aman, misalnya dengan tidak bergonta-ganti pasangan seksual dan memakai kondom saat melakukan hubungan seksual.
Jika Anda merasakan gejala-gejala chlamydia yang telah disebutkan di atas, segeralah periksakan diri ke dokter untuk memastikan penyebabnya dan mendapatkan pengobatan yang tepat.
Supported by Pfizer