Respiratory syncytial virus atau RSV adalah jenis virus yang menginfeksi saluran pernapasan. Umumnya, virus ini hanya menyebabkan batuk pilek biasa. Namun, pada orang-orang tertentu, infeksi RSV dapat menimbulkan gejala berat yang perlu ditangani oleh dokter sesegera mungkin.

RSV merupakan penyebab infeksi saluran pernapasan akut terbanyak pada bayi usia di bawah 2 tahun. Kondisi ini lebih sering terjadi pada bayi, tetapi juga dapat menyerang orang dewasa. Di Indonesia, infeksi RSV bisa terjadi sepanjang tahun. Biasanya, kejadian akibat infeksi virus ini meningkat pada musim hujan.

Respiratory syncytial virus - Alodokter

Penyebab Respiratory Syncytial Virus

RSV bisa masuk ke tubuh melalui mata, hidung, atau mulut. Penularan RSV dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu:

  • Menghirup percikan air liur penderita infeksi RSV yang bersin atau batuk
  • Melakukan kontak dengan penderita, misalnya berjabat tangan atau mencium penderita
  • Menyentuh benda yang telah terkontaminasi virus, kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut

Faktor risiko respiratory syncytial virus

Seseorang akan lebih berisiko terinfeksi RSV jika ia berada di sekitar penderita penyakit ini, terutama di tempat yang ramai, seperti kelas atau tempat penitipan anak. Selain itu, kondisi ini lebih sering terjadi pada musim hujan.

Umumnya, infeksi RSV hanya menimbulkan gejala ringan. Namun, beberapa orang dengan kondisi di bawah ini lebih berisiko mengalami infeksi RSV yang berat:

  • Berusia di bawah 1 tahun, terutama bayi <6 bulan dan bayi prematur
  • Berusia di atas 65 tahun
  • Menderita penyakit jantung, misalnya penyakit jantung bawaan pada anak-anak atau gagal jantung kongestif pada orang dewasa
  • Menderita gangguan pernapasan, seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis
  • Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita kanker maupun HIV/AIDS, menerima transplantasi organ, atau sedang menjalani kemoterapi
  • Mengalami kondisi lemah otot yang membuat sulit batuk atau menelan

Gejala Respiratory Syncytial Virus

Gejala infeksi RSV umumnya muncul 2–8 hari setelah penularan terjadi. Pada orang dewasa dan anak-anak, gejalanya bisa berupa:

Seperti yang disebutkan sebelumnya, infeksi RSV dapat menimbulkan gejala yang lebih parah pada orang dengan kondisi atau penyakit tertentu. Dalam hal ini, RSV bisa menyebar ke saluran pernapasan bawah, serta menyebabkan bronkiolitis dan pneumonia.

Gejala berat yang dapat terjadi antara lain:

  • Batuk parah
  • Napas berbunyi (mengi)
  • Sulit bernapas atau napas cepat
  • Bibir atau kulit membiru

Pada bayi, gejala yang muncul awalnya mungkin tidak terlalu jelas. Namun, bayi biasanya akan lebih rewel dari biasanya, menyusu lebih sedikit, tidak nafsu makan, atau menjadi tidak aktif. Bayi juga bisa mengalami demam dan batuk.

infeksi RSV yang berat lebih berisiko terjadi pada bayi, dengan gejala seperti di bawah ini:

  • Napas berbunyi
  • Tidak mau menyusu
  • Cuping hidung kembang kempis saat bernapas
  • Napas terlihat pendek-pendek dan lebih cepat
  • Tulang rusuk menonjol dan perut mengembang saat menarik napas
  • Terlihat ada jeda saat bernapas
  • Gerak bayi terlihat lamban atau lemas
  • Bibir, mulut, dan kuku pucat kebiruan (sianosis)

Kapan harus ke dokter

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda atau anak Anda mengalami batuk pilek yang memberat atau tidak kunjung membaik setelah 1 minggu. Segera ke IGD atau dokter terdekat jika terjadi kondisi berikut:

  • Demam tinggi (>400C) yang tidak membaik dengan obat penurun demam
  • Anak sering berhenti saat menyusu
  • Napas jadi lebih cepat
  • Gejala dehidrasi, seperti jarang buang air kecil, mulut kering, atau anak menangis tanpa mengeluarkan air mata
  • Bibir dan kulit pucat

Diagnosis Respiratory Syncytial Virus

Infeksi respiratory syncytial virus dapat didiagnosis lewat gejala, riwayat kesehatan pasien, dan pemeriksaan fisik. Dokter akan menanyakan semua hal tentang keluhan yang sedang dialami dan kondisi lain yang berhubungan dengan kondisi ini.

Selanjutnya, dokter akan melakukan tes fisik menyuluruh, termasuk pemeriksaan pada dada menggunakan stetoskop untuk mendengar suara napas. Pada kasus yang berat, dokter juga dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Pulse oximetry, untuk memantau kadar oksigen dalam darah
  • Tes darah, untuk melihat tanda-tanda infeksi
  • Foto Rontgen dada, untuk mendeteksi pneumonia dan bronkiolitis
  • Swab test, untuk mendeteksi jenis virus yang menginfeksi pasien

Pengobatan Respiratory Syncytial Virus

Pada kebanyakan kasus, infeksi RSV dapat sembuh dalam 1–2 minggu dengan istirahat yang cukup tanpa penanganan khusus. Namun, untuk mengatasi demam dan sakit kepala yang mungkin mengganggu selama masa pemulihan, dokter bisa memberikan obat seperti paracetamol.

Perawatan mandiri di bawah ini juga bisa dilakukan untuk membantu penyembuhan:

  • Banyak minum air putih
  • Beristirahat dan tidur yang cukup
  • Melakukan cuci hidung untuk meredakan hidung tersumbat dan membantu anak mengeluarkan lendir dari hidung
  • Menggunakan pelembap ruangan (humidifier)
  • Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang, serta minum vitamin
  • Makan dalam porsi yang sedikit tetapi sering, serta memberikan ASI kepada bayi lebih sering
  • Tidak merokok dan menghindari asap rokok atau polusi udara

Jika infeksi RSV menyebabkan gejala berat, pasien akan dirawat di rumah sakit. Penanganan yang diberikan dokter antara lain:

  • Memberikan oksigen tambahan dengan bantuan nasal kanul, masker pernapasan, atau ventilator jika terjadi gagal napas
  • Memberikan cairan dan obat melalui infus
  • Mengeluarkan lendir dari saluran pernapasan menggunakan alat khusus

Komplikasi Respiratory Syncytial Virus

Infeksi RSV dapat menyebabkan komplikasi berupa gangguan pernapasan yang lebih parah, terutama pada bayi, balita, lansia, dan orang dengan daya tahan tubuh yang lemah atau gangguan pernapasan. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain:

  • Pneumonia atau peradangan paru-paru
  • Bronkiolitis, terutama pada anak usia <2 tahun, yaitu infeksi saluran napas yang menyebabkan radang dan penyumbatan di dalam bronkiolus
  • Otitis media, yaitu infeksi pada telinga bagian tengah
  • Croup, yaitu penyakit saluran pernapasan atas pada anak yang ditandai dengan batuk keras seperti menggonggong
  • Asma yang menahun jika terjadi infeksi RSV yang berat pada masa kanak-kanak
  • Gagal napas

Pencegahan Respiratory Syncytial Virus

Orang yang pernah menderita infeksi RSV, baik dewasa maupun anak-anak, tidak menjadi kebal terhadap penyakit ini. Oleh karena itu, diperlukan upaya pencegahan agar Anda atau anak Anda tidak tertular virus ini, terutama selama musim batuk pilek atau orang di sekitar sedang sakit.

Infeksi RSV bisa dicegah dengan upaya-upaya berikut:

  • Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama setelah menyentuh barang-barang di ruang publik atau kontak dengan orang yang sedang sakit batuk pilek
  • Tidak menyentuh wajah, hidung, atau mulut sebelum mencuci tangan
  • Menghindari kontak dengan orang yang sakit
  • Tidak berbagi barang pribadi dengan orang lain, misalnya gelas dan sendok
  • Tidak merokok dan menghindari paparan asap rokok
  • Membersihkan barang-barang yang digunakan secara rutin, misalnya ponsel dan mainan anak

Jika Anda sedang terkena infeksi virus ini dan mengalami batuk pilek, ada pula hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi ini menyebar. Hal ini penting terutama jika Anda tinggal dengan bayi atau orang yang berisiko mengalami infeksi RSV berat.

Upaya yang bisa dilakukan antara lain:

  • Menutup hidung dan mulut saat batuk maupun bersin, serta tidak melakukan kontak dengan orang yang sedang sakit
  • Menjaga kebersihan rumah dan rutin membersihkan gagang pintu yang bisa menjadi perantara penularan virus
  • Menjaga jarak dengan orang lain setidaknya beberapa hari pertama setelah gejala muncul hingga 1 minggu