Ruptur perineum adalah robekan dari vagina ke area antara vagina dan anus, yaitu perineum. Robekan ini umum terjadi pada proses melahirkan melalui vagina. Pada tingkat yang berat, robekan bisa meluas ke anus.

Lubang vagina dapat meregang selama proses persalinan melalui vagina. Kondisi ini memungkinkan kepala, bahu, hingga seluruh tubuh bayi keluar tanpa mengalami cedera. Namun, jika peregangan terlalu lebar atau jika vagina kurang elastis, ruptur perineum bisa terjadi.

Ruptur Perineum

Ruptur perineum terjadi pada sebagian besar ibu yang menjalani persalinan normal. Umumnya, robekan yang terjadi tidak terlalu dalam dan bisa sembuh dalam beberapa minggu setelah dijahit. Namun, pada kondisi tertentu, robekan perineum bisa sangat parah sehingga membutuhkan operasi khusus.

Penyebab dan Faktor Risiko Ruptur Perineum

Ruptur perineum terjadi ketika lubang vagina tidak dapat meregang cukup lebar untuk mengeluarkan seluruh tubuh bayi. Kondisi ini lebih berisiko terjadi pada ibu yang:

  • Menjalani persalinan melalui vagina untuk pertama kali
  • Melahirkan bayi dengan posisi sungsang (kaki bayi keluar terlebih dahulu)
  • Melahirkan dengan bantuan alat khusus, seperti vakum atau forceps
  • Melahirkan bayi dengan berat di atas rata-rata (lebih dari 4 kg)
  • Melahirkan bayi yang pundaknya tersangkut pada tulang panggul ibu
  • Menjalani proses persalinan terlalu lama
  • Pernah mengalami ruptur perineum pada persalinan sebelumnya

Gejala Ruptur Perineum

Ruptur perineum ditandai dengan:

  • Robekan pada area antara vagina dan anus yang berasal dari vagina
  • Nyeri yang biasanya baru terasa setelah persalinan selesai
  • Perdarahan yang terus berlanjut meskipun ari-ari sudah keluar jika ruptur perineum tidak langsung ditemukan

Kapan harus ke dokter

Jika Anda mengalami ruptur perineum pada saat proses persalinan, lakukan kontrol sekitar 2–3 minggu usai melahirkan. Tujuannya adalah agar dokter dapat memantau proses penyembuhan dan mendeteksi masalah kesehatan yang mungkin timbul akibat robekan pada perineum.

Anda juga dianjurkan untuk segera ke dokter jika mengalami gejala-gejala berikut:

  • Muncul bau tidak sedap di bagian perineum yang robek
  • Nyeri berat di area robekan perineum tidak membaik meski telah minum obat pereda nyeri
  • Sulit menahan buang air kecil
  • Nyeri saat berkemih
  • Tidak mampu menahan buang air besar
  • Nyeri ketika berhubungan intim
  • Demam

Diagnosis Ruptur Perineum

Ruptur perineum umumnya terlihat jelas, tetapi ada beberapa kondisi yang membuat robekan tidak tampak sehingga perlu diperiksa dengan lebih cermat.

Jika ruptur perineum sudah terdiagnosis, dokter akan menentukan tingkat keparahan robekan. Derajat keparahan robekan perineum dapat dibagi menjadi:

  • Derajat 1: robekan terjadi di kulit perineum atau labia minor (bibir vagina)
  • Derajat 2: robekan terjadi hingga ke otot di bawah perineum dan vagina
  • Derajat 3: robekan mengenai otot anus yang mengontrol buang air besar (sfingter ani)
  • Derajat 4: robekan menembus hingga ke anus dan rektum (bagian ujung usus besar)

Pengobatan Ruptur Perineum

Pengobatan ruptur perineum akan disesuaikan dengan tingkat keparahannya. Berikut adalah penjelasannya:

Ruptur perineum derajat 1

Pasien yang mengalami robekan derajat 1 bisa saja tidak memerlukan jahitan. Namun, bila perlu dijahit, dokter bisa langsung melakukannya di ruang bersalin. Ruptur perineum derajat 1 umumnya akan membaik dalam 1–2 minggu.

Ruptur perineum derajat 2

Pada pasien dengan ruptur perineum derajat 2, dokter juga dapat menjahit area yang robek di ruang persalinan. Luka robek ini umumnya akan sembuh dalam waktu 3–4 minggu.

Ruptur perineum derajat 3 dan 4

Pasien yang mengalami ruptur perineum derajat 3 atau 4 akan dipindahkan ke ruang operasi untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Hal ini karena dokter memerlukan alat bedah yang lebih banyak. Selain mendapat jahitan, pasien juga dapat diresepkan obat antibiotik untuk mencegah infeksi.

Setelah mendapatkan jahitan, pasien umumnya mengalami nyeri sampai beberapa minggu. Guna membantu proses penyembuhan, pasien dapat melakukan upaya-upaya berikut:

  • Mandi menggunakan air hangat
  • Melakukan sitz bath (merendam area perineum) untuk merawat dan membersihkan area perineum
  • Menggunakan air hangat untuk membersihkan area jahitan setelah buang air kecil atau buang air besar
  • Menepuk-nepuk pelan area kelamin saat mengeringkannya (tidak mengelap atau menggosok)
  • Menggunakan kompres es atau pembalut khusus yang berisi kompres dingin untuk meredakan nyeri di perineum
  • Mengganti pembalut secara teratur dan tidak menggunakan tampon
  • Mengonsumsi obat pencahar sesuai anjuran dokter, serta memperbanyak minum air putih dan mengonsumsi makanan berserat agar tidak sembelit
  • Tidak mengejan saat buang air besar dan menggunakan tumpuan kaki untuk memudahkan buang air besar
  • Mengurangi tekanan pada bokong dengan duduk di atas bantal berbentuk donat
  • Menghindari aktivitas fisik yang dapat memperparah robekan perineum, misalnya berjongkok atau menuruni tangga
  • Tidak berhubungan seksual hingga 6 minggu setelah melahirkan
  • Mengonsumsi obat pereda nyeri atas saran dari dokter

Perlu diketahui bahwa nyeri atau rasa tidak nyaman yang muncul akibat ruptur perineum normal terjadi hingga 2–3 minggu setelah melahirkan. Ruptur perineum biasanya memerlukan waktu sampai 6–8 minggu agar membaik secara total.

Komplikasi Ruptur Perineum

Komplikasi yang umum terjadi akibat ruptur perineum antara lain:

  • Nyeri yang terus menerus
  • Infeksi pada luka jahitan
  • Luka robekan perineum terbuka kembali
  • Perdarahan
  • Nyeri ketika berhubungan intim
  • Tidak bisa menahan buang air kecil (inkontinensia urine) atau buang air besar (inkontinensia tinja)

Pencegahan Ruptur Perineum

Untuk mencegah terjadinya ruptur perineum pada saat menjalani proses persalinan melalui vagina, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh ibu hamil, yaitu:

  • Mengejan dengan benar dan hanya pada waktu yang tepat (ketika ada kontraksi)
  • Menghindari mengejan yang terlalu keras dan menghabiskan tenaga
  • Melakukan pijat perineum bila sudah memasuki usia kehamilan 34 minggu untuk membantu area ini lebih mudah meregang ketika bersalin
  • Memilih posisi duduk atau berbaring menyamping saat melahirkan

Dokter atau perawat juga dapat melakukan tindakan berikut untuk mencegah atau mengurangi terjadinya robekan perineum yang terlalu parah:

  • Memberikan kompres hangat di area perineum menjelang waktu persalinan
  • Menopang atau mengangkat bagian perineum pasien dengan tangan
  • Memijat area perineum selama pembukaan vagina untuk membantu mengendurkan otot-otot perineum
  • Melakukan episiotomi di tengah persalinan