Sindrom Sheehan adalah kerusakan pada kelenjar pituitari akibat komplikasi ketika melahirkan. Kondisi tersebut dipicu oleh perdarahan hebat atau tekanan darah yang sangat rendah selama atau setelah melahirkan.
Kelenjar pituitari atau hipofisis adalah kelenjar kecil yang terletak di bawah otak. Fungsi kelenjar ini adalah menghasilkan hormon yang mengendalikan pertumbuhan, produksi hormon tiroid dan hormon kortisol, produksi ASI, siklus menstruasi, dan reproduksi.
Jika fungsi kelenjar pituitari terganggu, maka produksi hormon pituitari akan berkurang. Hal ini dapat menimbulkan sekumpulan gejala yang disebut hipopituarisme. Kumpulan gejala ini disebut dengan sindrom Sheehan jika terjadi setelah melahirkan.
Penyebab Sindrom Sheehan
Ketika hamil, ukuran kelenjar hipofisis akan membesar, terutama beberapa minggu sebelum melahirkan. Oleh karena itu, pada masa ini, kelenjar hipofisis akan membutuhkan lebih banyak nutrisi dan oksigen dari suplai aliran darah.
Sindrom Sheehan terjadi ketika proses melahirkan diikuti dengan perdarahan yang hebat atau tekanan darah yang sangat rendah. Kondisi tersebut bisa menyebabkan kerusakan jaringan kelenjar hipofisis, karena justru kelenjar ini sedang membutuhkan lebih banyak aliran darah. Akibatnya, kelenjar ini jadi tidak mampu berfungsi normal.
Faktor Risiko Sindrom Sheehan
Setiap kondisi yang bisa meningkatkan risiko terjadinya perdarahan hebat atau tekanan darah rendah selama kehamilan dengan sendirinya akan meningkatkan risiko terjadinya sindrom Sheehan. Sejumlah kondisi atau faktor tersebut adalah:
- Solusio placenta, yaitu lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum bayi lahir
- Plasenta previa, yaitu kondisi ketika sebagian atau seluruh plasenta menutupi mulut rahim
- Melahirkan anak dengan berat badan lebih dari 4 kg atau melahirkan bayi kembar
- Preeklamsia selama masa kehamilan
- Melahirkan dengan dibantu forsep atau vakum
Gejala Sindrom Sheehan
Gejala sindrom Sheehan umumnya muncul perlahan dalam beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun. Namun, ada juga gejala yang timbul seketika, seperti gangguan dalam menyusui. Hal ini tergantung pada seberapa parah tingkat kerusakan jaringan kelenjar hipofisis.
Gejala yang dapat muncul pada penderita sindrom Sheehan antara lain:
- Gangguan menstruasi, seperti amenorrhea atau oligomenorrhea
- Rambut yang dicukur tidak tumbuh lagi
- Kadar gula darah rendah
- ASI sedikit, lama keluar, atau tidak keluar
- Kerutan di sekitar mata dan bibir
- Payudara menyusut
- Berat badan bertambah
- Mudah kedinginan
- Nafsu seksual menurun
- Kulit kering
- Tubuh mudah lelah
- Kondisi mental menurun
- Tekanan darah rendah
- Gangguan irama jantung atau aritmia
- Nyeri sendi
Gejala sindrom Sheehan sering kali diduga sebagai kondisi lain, misalnya kelelahan biasa yang normal dialami oleh ibu baru, sehingga tidak terdiagnosis. Dalam kasus ini, sindrom Sheehan biasanya baru terdeteksi ketika terjadi krisis adrenal, yaitu kondisi darurat yang disebabkan oleh rendahnya hormon kortisol dalam tubuh.
Diagnosis Sindrom Sheehan
Untuk mendiagnosis, dokter awalnya akan bertanya tentang riwayat kesehatan pasien, terutama riwayat komplikasi kehamilan, perdarahan pascamelahirkan, ASI tidak keluar, atau menstruasi tidak teratur setelah melahirkan.
Setelah itu, untuk memastikan diagnosis, dokter akan menjalankan tes darah guna memeriksa kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis. Dokter juga akan melakukan tes stimulasi hormon, yaitu dengan menyuntikkan hormon dan melihat respons kelenjar hipofisis melalui beberapa tes darah.
Bila diperlukan, dokter juga akan menjalankan tes pencitraan, seperti CT scan atau MRI. Tes ini bertujuan untuk melihat ukuran kelenjar pituitari dan menyingkirkan kemungkinan keluhan disebabkan oleh kondisi lain, seperti tumor hipofisis.
Pengobatan Sindrom Sheehan
Pengobatan sindrom Sheehan dilakukan dengan terapi penggantian hormon. Beberapa pengganti hormon yang dapat diberikan dokter adalah:
- Kortikosteroid, seperti hidrokortison dan prednison, untuk menggantikan hormon adrenal yang tidak diproduksi, karena kekurangan hormon adrenokortikotropik (ACTH)
- Levotiroksin, untuk mengatasi kekurangan hormon tiroid (hipotiroidisme), akibat rendahnya kadar thyroid-stimulating hormone (TSH)
- Estrogen (bagi pasien yang telah menjalani operasi pengangkatan rahim) atau kombinasi estrogen dan progesteron (bagi pasien yang masih memiliki rahim), untuk mengembalikan siklus menstruasi normal
- Hormon pertumbuhan, untuk menurunkan kadar kolesterol, mempertahankan massa tulang, menormalkan rasio otot dan lemak tubuh, serta meningkatkan kualitas hidup penderita secara keseluruhan
Komplikasi Sindrom Sheehan
Hormon pituitari berperan penting dalam fungsi metabolisme tubuh. Oleh sebab itu, gangguan pada produksi hormon pituitari dapat menyebabkan komplikasi berupa:
- Tekanan darah rendah
- Berat badan turun tanpa sebab
- Gangguan siklus menstruasi
- Krisis adrenal, yaitu kondisi darurat medis yang dapat menyebabkan syok, hilang kesadaran, bahkan koma
- Empty sella syndrome
Pencegahan Sindrom Sheehan
Risiko sindrom Sheehan bisa dikurangi dengan melakukan langkah-langkah pencegahan terhadap perdarahan dan tekanan darah rendah saat persalinan. Hal ini bisa dicapai salah satunya dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan mempersiapkan proses persalinan dengan baik.