TB usus adalah infeksi tuberkulosis yang menyerang saluran pencernaan, terutama usus halus dan usus besar. Infeksi ini dapat menimbulkan peradangan, luka, sumbatan, hingga perforasi pada saluran cerna.
TB usus termasuk salah satu bentuk tuberkulosis ekstra paru, yaitu infeksi TB yang tidak hanya menyerang paru-paru, melainkan juga organ lain di luar paru. Penyakit ini bisa dialami siapa saja, tetapi risikonya lebih tinggi pada orang dengan daya tahan tubuh lemah, penderita HIV, atau individu yang pernah terpapar TB paru.

TB usus biasanya menimbulkan keluhan berupa sakit perut, diare berkepanjangan, penurunan berat badan, dan demam. Gejala TB usus sering kali menyerupai penyakit pencernaan lain, seperti kanker usus atau penyakit Crohn. Oleh karena itu, diagnosis TB usus memerlukan pemeriksaan khusus untuk memastikan adanya infeksi bakteri TB pada saluran cerna.
Penyebab TB Usus
TB usus disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada kebanyakan kasus, infeksi ini terjadi akibat penyebaran bakteri dari paru-paru melalui aliran darah atau sistem limfatik hingga ke saluran pencernaan.
Selain itu, TB usus juga dapat terjadi ketika penderita TB paru menelan dahaknya sendiri yang mengandung bakteri TB, sehingga meningkatkan risiko infeksi pada saluran cerna. Kondisi ini juga bisa timbul akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri TB, misalnya produk susu yang tidak dipasteurisasi.
Setelah masuk ke saluran cerna, bakteri TB akan menyebabkan peradangan yang bisa berkembang menjadi luka, penyempitan, hingga kerusakan jaringan usus.
Faktor Risiko TB Usus
Beberapa kondisi dapat meningkatkan risiko seseorang terkena TB usus, antara lain:
- Memiliki TB paru aktif atau riwayat kontak erat dengan penderita TB
- Sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya pada penderita HIV/AIDS, kanker, atau pasien yang menjalani kemoterapi
- Malnutrisi atau kekurangan gizi
- Konsumsi obat imunosupresif dalam jangka panjang, seperti kortikosteroid atau obat pasca-transplantasi organ
- Kebersihan makanan dan minuman yang buruk, sehingga berisiko terkontaminasi bakteri TB
- Tinggal di daerah dengan tingkat kasus tuberkulosis yang tinggi
Gejala TB Usus
Gejala TB usus dapat bervariasi tergantung bagian usus yang terinfeksi dan tingkat keparahannya. Beberapa keluhan yang umum dialami penderita TB usus antara lain:
- Sakit perut yang menetap atau berulang
- Diare berkepanjangan, kadang bercampur darah atau lendir
- Penurunan berat badan tanpa sebab jelas
- Demam berkepanjangan, biasanya pada sore atau malam hari
- Nafsu makan menurun
- Perut kembung atau rasa penuh setelah makan sedikit
- Benjolan di perut akibat peradangan pada usus
- Konstipasi atau sembelit, terutama bila terjadi penyempitan usus
- Mual dan muntah, bila sudah terjadi sumbatan usus
- Perdarahan saluran cerna, biasanya muncul pada kondisi yang lebih parah
Kapan Harus ke Dokter
Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala yang mengarah ke TB usus, seperti nyeri perut berkepanjangan, diare lebih dari 2 minggu, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, atau demam yang tidak kunjung reda.
Anda bisa buat janji dengan dokter lewat aplikasi Alodokter agar lebih mudah menentukan waktu konsultasi yang paling nyaman. Pemeriksaan sejak dini penting dilakukan agar penyebab keluhan dapat dipastikan.
Jika ada gejala berat, seperti muntah darah, perut sangat kembung, tidak bisa buang angin, atau muncul tanda syok (lemas, pingsan, kulit pucat), segera ke IGD di rumah sakit terdekat. Pemeriksaan dan penanganan cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius.
Diagnosis TB Usus
Diagnosis TB usus biasanya tidak mudah karena gejalanya mirip dengan penyakit pencernaan lain, seperti penyakit Crohn, kanker usus, atau infeksi usus kronis. Oleh karena itu, diperlukan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan adanya infeksi tuberkulosis pada saluran cerna.
Langkah awal yang dilakukan biasanya berupa wawancara medis. Dokter akan melakukan tanya jawab dengan pasien, antara lain mengenai:
- Riwayat TB paru atau TB di organ lain
- Gejala yang dialami
- Riwayat kontak dengan penderita TB, misalnya tinggal serumah
- Kebiasaan mengonsumsi susu atau produk susu yang tidak dipasteurisasi
- Riwayat penyakit lain yang menurunkan daya tahan tubuh, seperti HIV/AIDS atau diabetes
Setelah itu, dokter dapat menyarankan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
- Tes darah, untuk menilai tanda infeksi atau peradangan
- Tes tuberkulin (Mantoux) atau IGRA, untuk mendeteksi adanya infeksi TB dalam tubuh
- Foto rontgen dada, guna melihat apakah ada TB paru yang menjadi sumber infeksi
- Pemeriksaan USG atau CT scan perut, untuk mengetahui adanya peradangan, penebalan dinding usus, atau pembesaran kelenjar getah bening
- Endoskopi atau kolonoskopi, guna melihat kondisi langsung di dalam saluran cerna
- Biopsi, untuk mengambil sampel jaringan dan diperiksa lebih lanjut di laboratorium
- Pemeriksaan histopatologi, kultur bakteri, atau PCR, untuk memastikan keberadaan bakteri Mycobacterium tuberculosis secara lebih akurat
Dengan rangkaian pemeriksaan yang tepat, dokter dapat memastikan diagnosis TB usus serta membedakannya dari penyakit lain yang memiliki gejala serupa. Oleh karena itu, pemeriksaan menyeluruh sangat penting untuk menentukan penyebab keluhan, memberikan terapi yang tepat, dan mencegah terjadinya komplikasi serius.
Pengobatan TB Usus
Pengobatan TB usus perlu dilakukan sedini mungkin untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada saluran cerna. Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan untuk menangani kondisi ini:
Obat-obatan
Penanganan TB usus umumnya sama dengan TB paru, yaitu dengan obat antituberkulosis (OAT). Terapi biasanya berlangsung selama 6–9 bulan, bahkan bisa lebih lama pada kasus tertentu.
Dokter biasanya meresepkan kombinasi beberapa jenis obat, antara lain:
- Isoniazid, seperti Inoxin dan Pyravit
- Rifampicin, misalnya Rifamtibi dan Rifabiotic
- Pyrazinamide, seperti TB Zet dan Sanazet
- Ethambutol, misalnya Santibi dan Arsitam
Pengobatan dilakukan dalam dua tahap:
- Tahap awal (intensif) selama 2 bulan, menggunakan kombinasi beberapa jenis obat untuk membunuh sebagian besar bakteri
- Tahap lanjutan selama 4–7 bulan, menggunakan obat dalam jumlah lebih sedikit untuk memastikan semua bakteri benar-benar hilang dan mencegah kekambuhan
Selama terapi, pasien juga disarankan untuk:
- Minum obat teratur sesuai jadwal yang diberikan dokter
- Menjalani kontrol rutin untuk memantau keberhasilan pengobatan
- Menjaga pola makan bergizi seimbang agar daya tahan tubuh tetap kuat
Operasi
Sebagian besar kasus TB usus dapat diatasi dengan obat. Namun, pada kondisi yang berat, operasi mungkin diperlukan, terutama bila terjadi:
- Sumbatan usus (obstruksi) akibat penyempitan yang menghalangi makanan untuk lewat
- Perforasi usus, yaitu lubang pada usus yang bisa menyebabkan peritonitis dan membutuhkan tindakan darurat
- Perdarahan saluran cerna yang tidak berhenti dengan pengobatan
Komplikasi TB Usus
TB usus yang tidak diobati dengan benar dapat menimbulkan masalah kesehatan serius. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi antara lain:
- Penyempitan atau robeknya usus (perforasi)
- Perdarahan saluran cerna
- Terbentuknya saluran abnormal yang menghubungkan usus dengan organ lain (fistula usus)
- Malnutrisi berat
Agar komplikasi ini tidak terjadi, TB usus perlu dideteksi sejak dini dan ditangani dengan pengobatan yang tepat sesuai anjuran dokter. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang untuk sembuh tanpa menimbulkan masalah jangka panjang.
Pencegahan TB Usus
Untuk mengurangi risiko terkena TB usus, Anda dapat melakukan beberapa hal berikut:
- Menyelesaikan pengobatan TB paru sampai sembuh total agar bakteri tidak menyebar ke organ lain.
- Menjaga kebersihan dengan rajin cuci tangan, memasak makanan hingga matang, dan tidak makan makanan mentah
- Memberikan vaksin BCG pada anak untuk membantu melindungi dari TB parah
- Menjaga daya tahan tubuh dengan makan bergizi, cukup tidur, dan mengelola stres
- Memeriksakan diri ke dokter bila pernah kontak erat dengan penderita TB atau muncul gejala yang mencurigakan