Daun telinga layu dapat mengganggu penampilan dan menimbulkan rasa tidak nyaman maupun khawatir. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari penuaan, cedera, hingga kelainan bawaan. Cara menangani telinga layu perlu disesuaikan dengan penyebabnya.

Istilah “telinga layu” atau “daun telinga layu” bukan merupakan diagnosis medis resmi. Namun, istilah ini kerap digunakan masyarakat untuk menggambarkan kondisi daun telinga (pinna) yang terkulai, lemas, atau menurun sudutnya, baik secara mendadak maupun bertahap. 

Daun Telinga Layu, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya - Alodokter

Tak jarang, daun telinga layu dipercaya sebagai pertanda seseorang akan meninggal. Anggapan ini tidak benar karena hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang mendukungnya.

Pada beberapa orang, telinga layu sudah tampak sejak lahir. Namun, ada juga yang baru mengalaminya setelah cedera, infeksi, atau karena masalah kesehatan tertentu. Perubahan bentuk telinga ini bisa bikin orang merasa kurang percaya diri dengan penampilannya.

Penyebab Daun Telinga Layu yang Paling Sering Terjadi

Berikut adalah beberapa penyebab telinga layu yang perlu Anda ketahui:

1. Cedera atau trauma pada telinga

Daun telinga layu bisa terjadi akibat benturan, tarikan, atau luka pada daun telinga. Cedera semacam ini dapat merusak jaringan ikat dan tulang rawan yang menyokong bentuk telinga. Jika jaringan tersebut melemah atau rusak, daun telinga bisa tampak terkulai dan kehilangan kekuatannya. 

Cedera juga dapat menyebabkan pembengkakan, memar, atau bahkan robekan, yang makin memperparah perubahan bentuk telinga.

2. Infeksi telinga luar (otitis eksterna)

Infeksi pada saluran atau daun telinga akibat bakteri maupun jamur dapat menyebabkan pembengkakan, kemerahan, dan rasa nyeri. Jika tidak ditangani dengan tepat, infeksi ini bisa merusak jaringan penopang di telinga, sehingga daun telinga tampak lemas atau layu. 

Kondisi ini lebih sering terjadi pada orang yang telinganya sering terpapar air, misalnya karena hobi berenang. Lingkungan telinga yang lembap juga membuat kuman lebih mudah berkembang biak dan menyebabkan infeksi.

3. Peradangan tulang rawan telinga (perikondritis)

Perikondritis adalah peradangan pada tulang rawan telinga yang biasanya muncul setelah cedera, gigitan serangga, atau prosedur tindik. Jika tidak segera ditangani, peradangan ini bisa merusak struktur tulang rawan dan menyebabkan perubahan bentuk daun telinga secara permanen.

4. Kelainan bawaan

Pada sebagian bayi, daun telinga tampak lemas atau tidak sempurna sejak lahir. Kondisi ini biasanya terjadi karena perkembangan tulang rawan yang kurang optimal selama di dalam kandungan. Meski umumnya tidak berbahaya, bentuk telinga yang tidak normal bisa memengaruhi kepercayaan diri anak seiring pertumbuhannya bila tidak ditangani dengan tepat.

5. Komplikasi penyakit sistemik

Beberapa penyakit, seperti lupus atau diabetes, dapat memengaruhi sirkulasi darah di area telinga. Jika aliran darah terganggu, suplai oksigen dan nutrisi ke jaringan telinga pun menurun. Akibatnya, elastisitas dan kekuatan daun telinga bisa berkurang, sehingga terlihat lemas atau tampak layu.

6. Proses penuaan

Seiring bertambahnya usia, jaringan kolagen dan elastin yang membentuk daun telinga akan mengalami penurunan fungsi dan kekuatan. Akibatnya, telinga pada lansia sering tampak lebih kendur, turun, atau terkulai dibandingkan saat masih muda.

Cara Mengatasi Daun Telinga Layu

Penanganan telinga layu umumnya disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Untuk itu, penting mengenali dulu faktor pemicunya agar penanganan yang dilakukan bisa lebih tepat dan efektif. 

Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi kondisi telinga yang tampak layu, sesuai dengan penyebabnya:

  • Jika disebabkan oleh infeksi atau peradangan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter. Dokter akan meresepkan obat antibiotik, antijamur, atau antiinflamasi sesuai penyebabnya.
  • Pada cedera ringan, kompres dingin dan perawatan luka sederhana bisa membantu meredakan bengkak. Namun, jika terdapat luka terbuka atau robekan, dokter mungkin perlu melakukan penjahitan atau tindakan medis lain.
  • Untuk kasus kelainan bawaan pada bayi, tindakan seperti splinting (penopang telinga) sebaiknya dilakukan sejak dini. Pada beberapa kasus, tindakan bedah bisa dipertimbangkan jika anak sudah lebih besar.
  • Jika telinga layu berkaitan dengan penyakit sistemik, pengobatan utama tetap difokuskan pada penyakit dasarnya agar kondisi telinga juga ikut membaik.
  • Untuk kasus akibat proses penuaan, biasanya tidak memerlukan penanganan khusus. Namun, jika perubahan bentuk telinga berpengaruh pada rasa percaya diri, konsultasi dengan dokter THT atau bedah plastik bisa menjadi solusi.

Daun telinga layu umumnya bukan kondisi yang berbahaya. Namun, waspadai jika kondisi ini disertai keluhan lain, seperti nyeri hebat, bengkak, keluar nanah, demam tinggi, atau kalau perubahan bentuk telinga tidak membaik setelah beberapa hari perawatan. 

Kondisi tersebut bisa menjadi tanda infeksi berat atau cedera serius. Jadi, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran penanganan yang sesuai.

Anda bisa melakukan konsultasi online melalui Chat Bersama Dokter di aplikasi ALODOKTER. Bila perlu, manfaatkan juga fitur Buat Janji dengan Dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit.