Tinea barbae adalah infeksi jamur yang menyerang kulit, rambut, dan folikel rambut di area janggut dan kumis. Kondisi ini biasanya berawal dari kontak dengan binatang ternak.

Infeksi jamur pada tinea barbae umumnya disebabkan oleh jamur yang hidup di tubuh hewan ternak, seperti sapi atau kuda. Oleh karena itu, kondisi ini lebih sering dialami oleh peternak. Namun, tinea barbae juga dapat menyebar akibat kontak langsung dengan orang atau benda yang terkontaminasi jamur tersebut.

Tinea Barbae

Tinea barbae bisa menyebabkan peradangan. Jika tidak segera ditangani, peradangan tersebut dapat menyebabkan kerontokan rambut di area yang terinfeksi jamur. Tidak hanya itu, tinea barbae juga bisa meninggalkan bekas luka yang bertahan lama setelah kondisi ini sembuh.

Penyebab dan Faktor Risiko Tinea Barbae

Tinea barbae disebabkan oleh infeksi jamur golongan dermatofita. Jamur ini hampir selalu dapat ditemukan pada hewan, seperti sapi, domba, atau kuda. Seseorang dapat terpapar jamur ini melalui kontak langsung dengan hewan, tanah, orang yang sedang terinfeksi, atau benda yang terkontaminasi jamur tersebut.

Terdapat beberapa spesies jamur dermatofita penyebab tinea barbae. Namun, spesies yang paling sering menyebabkan kondisi ini adalah yang bersarang di hewan. Spesies jamur tersebut adalah:

  • Trichophyton verrucosum yang berasal dari sapi
  • Trichophyton mentagrophytes var equinum yang berasal dari kuda

Meski cukup jarang terjadi, jamur dermatofita yang bersarang di tubuh manusia juga dapat menyebabkan tinea barbae, misalnya Trichophyton rubrum dan Trichophyton violaceum.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami tinea barbae, yaitu:

  • Bekerja sebagai peternak
  • Memiliki janggut atau kumis yang kasar
  • Memiliki luka pada kulit, misalnya akibat alat cukur atau silet
  • Tidak menjaga kebersihan janggut dan kumis dengan baik
  • Mengalami stres berkepanjangan
  • Menderita penyakit autoimun atau diabetes
  • Menggunakan obat kortikosteroid dalam jangka panjang
  • Menyalahgunakan steroid anabolik untuk meningkatkan performa dalam olahraga atau meningkatkan massa otot

Gejala Tinea Barbae

Gejala yang mungkin timbul akibat tinea barbae antara lain:

  • Ruam berkerak dan berwarna merah dengan bentuk melingkar (ringworm) di pipi, dagu, leher, atau bibir atas (daerah kumis)
  • Ruam terasa gatal, bisa terasa sedikit nyeri tetapi umumnya tidak nyeri
  • Bintil seperti jerawat yang berisi nanah di pangkal rambut
  • Kumis atau janggut pada ruam rontok atau mudah dicabut

Jika infeksi masuk ke kulit yang lebih dalam, tinea barbae juga dapat ditandai dengan benjolan besar merah yang bengkak, bernanah, dan berkerak. Beberapa orang juga bisa mengalami demam dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Kapan harus ke dokter

Tinea barbae yang ringan bisa diatasi dengan obat antijamur oles yang bisa dibeli di apotek. Namun, periksakan diri ke dokter jika gejala tinea barbae malah memburuk setelah 2–3 minggu. Pengobatan harus segera dilakukan agar tidak terjadi infeksi tambahan akibat bakteri.

Segera ke dokter jika Anda mengalami tanda infeksi yang lebih dalam. Kondisi ini biasanya tidak cukup ditangani dengan obat oles, tetapi memerlukan obat dari dokter.

Diagnosis Tinea Barbae

Tinea barbae dapat didiagnosis melalui tanya jawab tentang keluhan dan faktor risiko, serta pemeriksaan fisik secara langsung. Karena tinea barbae bisa mirip dengan beberapa kondisi lain, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:

  • Tes KOH pada sampel kerukan kulit atau rambut yang terinfeksi, untuk mengetahui apakah infeksi disebabkan oleh jamur
  • Biopsi kulit, untuk memastikan peradangan tidak disebabkan oleh kondisi lain

Pengobatan Tinea Barbae

Untuk mengobati tinea barbae, dokter akan memberikan obat antijamur. Namun, dokter akan menganjurkan pasien untuk mencukur rambut di bagian yang terinfeksi terlebih dahulu. Pada tinea barbae yang ringan, dokter dapat memberi obat antijamur topikal, seperti terbinafine krim, clotrimazole, maupun miconazole.

Pada kasus yang lebih parah, dokter akan meresepkan obat-obatan dalam bentuk tablet, seperti griseofulvin. Obat ini bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan infeksi jamur. Selain griseofulvin, itraconazole juga dapat digunakan dalam penanganan tinea barbae.

Jika peradangan yang dialami pasien cukup parah, dokter akan memberikan obat kortikosteroid, seperti prednisone, dalam bentuk obat minum. Obat ini bertujuan untuk meredakan peradangan dan mengurangi risiko terjadinya bekas luka pada kulit.

Tinea barbae dapat sembuh jika diobati dengan benar. Peradangan juga akan mereda dalam beberapa bulan. Namun, pasien juga akan disarankan untuk selalu menjaga kebersihan area yang terinfeksi selama masa pengobatan, terutama jika muncul nanah.

Berikut adalah perawatan yang bisa dilakukan:

  • Mencuci bersih area yang terinfeksi jamur dengan air dan sampo
  • Mencuci tangan dengan air hangat dan sabun setelah menyentuh area yang terinfeksi
  • Menggunakan pisau cukur sekali pakai
  • Mengompres area yang meradang dengan handuk hangat
  • Mengeringkan area wajah dan leher sampai benar-benar kering setiap selesai mengompres atau mencucinya
  • Mencuci sarung bantal dan seprai sedikitnya 2 minggu sekali untuk menghindari terjadinya infeksi tambahan oleh bakteri

Komplikasi Tinea Barbae

Jika tidak diobati dengan tepat, tinea barbae bisa menyebabkan komplikasi berupa:

  • Penyebaran infeksi ke bagian tubuh lainnya
  • Terjadi infeksi tambahan akibat bakteri
  • Bekas luka yang permanen
  • Selulitis
  • Botak atau pitak yang permanen pada area janggut

Pencegahan Tinea Barbae

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mencegah tinea barbae adalah dengan menyingkirkan sumber penyebabnya. Pada peternak, dianjurkan untuk memeriksa semua hewan ternak dan memisahkan ternak yang terinfeksi jamur kulit untuk diobati. Dengan begitu, penyebaran infeksi lebih lanjut dapat dicegah.

Agar infeksi tidak menular ke orang lain, penderita tinea barbae disarankan agar tidak berbagi barang-barang pribadi, seperti handuk dan sisir. Di samping itu, ada juga upaya pencegahan lain yang bisa Anda lakukan, seperti:

  • Mandi setiap hari, terutama setelah berkeringat atau berolahraga
  • Segera mengganti baju yang lembap akibat keringat jika belum bisa mandi
  • Keringkan tubuh setelah mandi atau berendam
  • Kenakan sarung tangan dan masker saat berkebun
  • Selalu mencuci tangan setelah kontak dengan tanah atau hewan