Vulva merupakan bagian dari organ intim wanita yang berperan dalam melindungi bagian dalam vagina. Melihat fungsinya tersebut, penting untuk selalu menjaga kebersihan dan kesehatan organ terluar vagina ini sehingga terhindar dari berbagai penyakit.

Vulva tersusun dari beberapa bagian, yaitu labia mayora, labia minora, klitoris, kelenjar Bartholin, dan rambut kemaluan. Bagian-bagian vulva tersebut memiliki fungsinya masing-masing, baik selama berhubungan seksual maupun proses terjadinya pembuahan.

Vulva, Mengenal Fungsinya dan Penyakit yang Dapat Muncul - Alodokter

Fungsi Vulva sebagai Bagian Organ Intim Wanita

Sebagai bagian dari organ intim wanita, vulva memiliki fungsi penting dalam aktivitas seksual. Bagian ini terdiri dari banyak sensor saraf yang sangat sensitif terhadap stimulasi seksual dan membantu wanita mencapai orgasme.

Ketika seorang wanita terangsang secara seksual, vulva akan tampak membesar karena meningkatnya aliran darah. Peningkatan aliran darah juga membuat klitoris menegang (ereksi) dan dinding vagina mengembang.

Saat terangsang, kelenjar Bartholin pada vulva akan mengeluarkan pelumas alami yang dapat mengurangi gesekan saat penetrasi dilakukan. Hal ini tentu akan meningkatkan kepuasan saat berhubungan seksual.

Selama penetrasi, rambut yang tumbuh pada vulva juga berfungsi untuk mengurangi gesekan dan mencegah kuman masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu, rambut kemaluan sebenarnya tidak perlu dicukur, kecuali ada kondisi medis tertentu seperti infeksi kutu kemaluan.

Berbagai Jenis Penyakit pada Vulva

Kesehatan organ reproduksi, termasuk vulva, sangatlah penting untuk selalu dijaga. Bila tidak dirawat dengan baik, ada berbagai jenis penyakit yang dapat terjadi pada vulva, yaitu:

1. Folikulitis

Folikulitis disebabkan oleh infeksi bakteri pada folikel rambut. Kondisi ini ditandai dengan munculnya benjolan berukuran kecil, berwarna merah, dan terasa nyeri. Selain di area vulva, benjolan tersebut juga dapat muncul di labia mayora.

2. Dermatitis kontak

Dermatitis kontak ditandai dengan gejala nyeri, gatal, perih, atau munculnya lepuhan. Hal ini terjadi akibat adanya iritasi pada kulit akibat penggunaan parfum, sabun pembersih kewanitaan, kondom lateks, pelumas, atau bahan pakaian tertentu.

3. Kista Bartholin

Penyumbatan di kelenjar Bartholin dapat memicu terbentuknya kista Bartholin. Kondisi ini ditandai dengan munculnya benjolan berisi cairan. Meski umumnya berukuran kecil dan jarang menimbulkan gejala, benjolan yang muncul dapat terinfeksi dan menyebabkan abses atau penumpukan nanah.

4. Lichen planus

Lichen planus adalah peradangan yang dapat terjadi di berbagai bagian tubuh, termasuk vulva. Bila terjadi di vulva, gejalanya dapat berupa gatal dan nyeri saat berhubungan seksual. Selain itu, kulit vulva akan tampak putih dan berkerut. Tak jarang tampak benjolan berwarna keunguan pada kulit vulva.

5. Atrofi vulva

Kondisi ini ditandai dengan penipisan kulit vulva yang disebabkan penurunan jumlah estrogen menjelang masa menopause. Atrofi vulva mengakibatkan vagina kering, gatal, dan nyeri saat berhubungan seksual.

6. Kanker vulva

Gejala kanker vulva dapat berupa rasa gatal, panas, nyeri, serta muncul benjolan atau luka pada vulva. Gejala lainnya bisa berupa perubahan warna kulit atau benjolan di selangkangan.

Kanker vulva bisa disebabkan oleh infeksi HPV. Selain itu, vulva juga dapat terkena kanker kulit melanoma, kanker kulit karsinoma sel skuamosa, dan kanker pada kelenjar keringat atau kelenjar Bartholin.

Segera konsultasikan dengan dokter jika ada perubahan pada kulit bagian vulva atau muncul rasa nyeri, perih, atau gatal. Jangan biarkan kondisi ini terlalu lama tanpa penanganan yang tepat.

Tips Merawat Vulva

Untuk mencegah berbagai jenis penyakit di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kebersihan organ intim tetap terjaga, yaitu:

  • Bersihkan vulva dengan air hangat dan keringkan dengan handuk berbahan lembut secara perlahan.
  • Hindari penggunaan sabun atau kertas toilet yang mengandung parfum.
  • Hindari menggunakan pembalut atau tampon dengan pelapis plastik atau pengharum tambahan.
  • Hindari menggunakan bedak dan produk pembersih di organ intim.
  • Gunakan pakaian dalam berbahan katun dan hindari pakaian yang terlalu ketat.
  • Lakukan hubungan intim dengan menggunakan pengaman, seperti kondom, untuk mencegah penyakit menular seksual.
  • Lakukan vaksinasi HPV untuk mencegah penyakit seperti kanker serviks.
  • Jangan merokok dan konsumsi minuman beralkohol, karena dapat memengaruhi fungsi seksual.
  • Lakukan pemeriksaan organ intim secara rutin untuk memastikan kondisi kesehatannya.

Organ intim, termasuk vulva, perlu mendapatkan perhatian tersendiri. Jika terjadi perubahan atau keluhan terkait vulva, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.