Gejala DBD pada anak umumnya ditandai dengan demam. Namun, tidak hanya itu. Ada gejala lain yang perlu orang tua kenali agar DBD dapat terdeteksi sejak dini dan bisa segera ditangani. Dengan begitu, risiko terjadinya komplikasi dapat diturunkan dan anak bisa cepat sembuh.
DBD atau dikenal juga dengan demam berdarah dengue adalah infeksi virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina. Masa inkubasi atau periode waktu dari terpapar virus hingga munculnya gejala DBD adalah 4 hari hingga 2 minggu.
Salah satu gejala khas DBD pada anak adalah demam dengan pola pelana kuda, yaitu anak akan mengalami demam tinggi pada hari 1–3 hari pertama, diikuti dengan penurunan suhu pada hari ke 4–6 yang menjadi fase kritis, dan diakhiri dengan kenaikan suhu kembali selama 2–3 hari yang merupakan fase penyembuhan.
Gejala DBD pada anak yang sering terjadi
Pada fase awal, gejala DBD bisa mirip dengan flu biasa, sehingga sering diabaikan dan dianggap demam biasa. Padahal, bila dicermati, gejala-gejala DBD sebenarnya memiliki kekhasannya masing-masing. Beberapa gejala tersebut adalah sebagai berikut:
1. Demam tinggi
Demam tinggi hingga mencapai suhu 40°C merupakan gejala DBD pada anak yang paling sering terjadi. Demam tinggi ini bisa terjadi pada hari 1–3 yang diikuti dengan gejala lain seperti mual, muntah, nyeri otot, tulang, dan sendi.
2. Bintik merah di seluruh tubuh
Bintik merah di seluruh tubuh merupakan gejala DBD pada anak yang paling mudah terdeteksi. Katanya bila sudah muncul bintik merah, jumlah keping darah anak biasanya sudah turun dan bisa masuk ke fase kritis.
Faktanya, fase kritis pada DBD tidak hanya ditandai dengan kemunculan bintik merah ini ya, Bun. Fase kritis biasanya terjadi di hari ke-4 hingga hari ke-6 saat suhu anak mulai turun.
Pada fase ini jumlah keping darah juga akan turun sehingga rentan terjadi perdarahan. Beberapa tandanya adalah munculnya bintik merah yang tidak hilang setelah ditekan, mimisan, atau memar.
3. Sakit kepala
Gejala DBD pada anak selanjutnya adalah sakit kepala berat yang diikuti dengan nyeri di belakang mata, nyeri sendi, otot, atau tulang. Meski tidak semua anak bisa menyampaikan keluhannya, biasanya sakit kepala ini menyebabkan anak lebih rewel, gelisah, dan sulit tidur.
4. Nyeri sendi, otot, dan tulang
Beberapa orang menyebut bahwa sensasi nyeri saat mengalami demam berdarah cukup berat hingga terasa seperti ada tulang yang patah. Hal ini jugalah yang membuat DBD dikenal juga dengan istilah “breakbone fever”.
Tidak hanya pada orang dewasa, nyeri sendi, otot, dan tulang ini juga bisa dirasakan oleh anak. Makanya, nggak heran kalau anak akan sangat rewel hingga sulit tidur saat merasakan gejala DBD ini.
5. Mimisan, gusi berdarah, dan memar
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, DBD pada anak bisa menyebabkan penurunan jumlah keping darah (trombositopenia). Semakin rendah jumlah keping darah, semakin mudah terjadi perdarahan. Biasanya, beberapa gejalanya adalah mimisan, gusi berdarah, dan memar.
Kalau sudah di tahap ini, pemantauan ketat akan dilakukan oleh dokter untuk mencegah Si Kecil mengalami komplikasi demam berdarah atau kondisi demam berdarah yang berat.
Anak yang mengalami gejala DBD sebaiknya dirawat di rumah sakit agar dokter bisa memantau kondisinya secara berkala. Hal ini karena tetap ada risiko kebocoran plasma dan penurunan jumlah keping darah yang bisa menyebabkan terjadinya perdarahan dan memberatnya DBD hingga syok (dengue syok syndrome).