Penyebab HIV pada pria umumnya terkait dengan perilaku seksual berisiko dan kurangnya pemahaman tentang cara penularan virus. Dengan mengetahui penyebab HIV pada pria, Anda dapat mengambil langkah pencegahan yang tepat untuk melindungi diri, pasangan, dan keluarga dari infeksi berbahaya ini.

Pria masih menjadi kelompok dengan angka infeksi HIV yang cukup tinggi di Indonesia, terutama akibat perilaku seksual berisiko dan kurangnya pemahaman tentang cara penularannya. Penyebab HIV pada pria tidak terbatas pada hubungan seksual tanpa kondom, tetapi juga bisa berasal dari penggunaan jarum suntik bersama atau paparan darah yang terinfeksi.

6 Penyebab HIV pada Pria yang Perlu Dipahami - Alodokter

Banyak pria yang masih salah paham mengenai cara HIV menyebar, sehingga langkah pencegahan sering diabaikan. Untuk itu, penting memahami faktor utama penyebab HIV pada pria agar risiko penularan dapat ditekan sejak dini.

Faktor-Faktor Penyebab HIV pada Pria

Ada beberapa penyebab HIV pada pria yang perlu diketahui menurut penelitian medis dan panduan organisasi kesehatan:

1. Hubungan seksual tidak aman

Berhubungan seksual tanpa kondom, baik dengan pasangan tetap maupun berganti pasangan, dapat meningkatkan risiko tertular HIV. Risikonya makin tinggi jika salah satu pasangan positif HIV dan tidak menjalani pengobatan. 

Selain itu, seks anal juga lebih berisiko dibandingkan seks vaginal karena kulit di sekitar anus lebih tipis dan mudah terluka. Oleh karena itu, pria yang berhubungan seks dengan pria tanpa kondom atau memiliki banyak pasangan seksual termasuk kelompok dengan risiko tertinggi.

2. Penggunaan jarum suntik bersama

Berbagi jarum suntik, baik saat menggunakan narkoba suntik maupun saat membuat tato atau tindik di tempat yang tidak steril, dapat meningkatkan risiko penularan HIV secara signifikan. Virus dapat menular melalui sisa darah yang menempel pada jarum dari orang yang sudah terinfeksi. 

Oleh karena itu, pengguna narkoba suntik dan orang yang melakukan prosedur dengan peralatan tidak steril termasuk kelompok dengan risiko tinggi terhadap infeksi HIV.

3. Penularan dari ibu ke anak (perinatal)

Penyebab HIV pada pria selanjutnya adalah penularan tidak langsung yang dapat berdampak pada pasangan dan anak. Jika seorang pria terinfeksi HIV lalu menularkannya kepada pasangan, wanita tersebut berisiko menularkan virus ke janin selama kehamilan, saat persalinan, atau melalui ASI. 

Oleh karena itu, edukasi dan pemeriksaan HIV secara rutin sangat penting dilakukan oleh calon ayah dan ibu untuk mencegah penularan dalam keluarga.

4. Transfusi darah atau produk darah yang tidak aman

Menerima transfusi darah, plasma, atau produk darah lain yang tidak melalui pemeriksaan HIV dapat meningkatkan risiko penularan. Di Indonesia, semua darah untuk transfusi wajib melewati proses skrining HIV, tetapi risiko tetap ada jika terjadi kelalaian atau prosedur tidak dilakukan sesuai standar. 

Kasus penularan HIV melalui transfusi biasanya terjadi di daerah dengan fasilitas medis terbatas atau saat pemeriksaan darah tidak dilakukan dengan benar.

5. Paparan di tempat kerja (occupational exposure)

Petugas kesehatan dan pekerja laboratorium berisiko tertular HIV jika tertusuk jarum bekas pasien yang terinfeksi atau jika darah maupun cairan tubuh pasien masuk ke luka terbuka di kulit. 

Contohnya, dokter, perawat, atau petugas laboratorium dapat terpapar HIV secara tidak sengaja saat menangani pasien tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD) dengan benar.

6. Luka terbuka atau luka di area kelamin

Penyebab HIV pada pria lainnya adalah adanya luka terbuka di kulit atau area kelamin, seperti akibat infeksi menular seksual, iritasi, atau gesekan saat berhubungan seksual. Luka tersebut dapat menjadi pintu masuk bagi virus HIV ke dalam tubuh ketika terpapar cairan tubuh yang terinfeksi.

Misalnya, pria yang mengalami luka pada penis saat berhubungan seksual tanpa kondom memiliki risiko lebih tinggi tertular HIV.

Masih banyak pria yang belum memahami dengan benar bagaimana HIV bisa menular, bahkan sebagian masih percaya pada mitos yang keliru. Padahal, pengetahuan yang tepat tentang cara penularan dan pencegahan sangat penting untuk melindungi diri serta orang terdekat. 

Pada dasarnya, HIV tidak menular melalui air liur, air mata, keringat, bersalaman, gigitan nyamuk, atau penggunaan kamar mandi dan peralatan makan bersama. 

Seseorang yang tampak sehat pun bisa membawa dan menularkan virus ini tanpa disadari. Oleh karena itu, langkah pencegahan yang konsisten dapat membantu menurunkan risiko penularan.

Berikut ini adalah beberapa cara sederhana yang dapat membantu mencegah penularan HIV pada pria:

  • Gunakan kondom setiap kali berhubungan seksual.
  • Hindari berbagi jarum suntik, alat tato, atau alat tindik.
  • Lakukan tes HIV secara berkala jika memiliki faktor risiko.
  • Pilih fasilitas kesehatan yang tepercaya dan mengikuti standar medis untuk setiap prosedur.

Selain itu, Anda juga disarankan untuk menggunakan obat pencegahan seperti PrEP (pre-exposure prophylaxis). Obat ini diminum sebelum terpapar HIV dan terbukti efektif menurunkan risiko infeksi bila dikonsumsi secara rutin sesuai anjuran dokter. PrEP direkomendasikan bagi individu dengan risiko tinggi tertular HIV, seperti mereka yang memiliki pasangan dengan HIV positif atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom.

Sementara, PEP (post-exposure prophylaxis) adalah pengobatan darurat yang digunakan setelah kemungkinan terpapar HIV, misalnya setelah melakukan hubungan intim tanpa kondom atau tertusuk jarum bekas pakai. PEP harus diminum maksimal 72 jam setelah terpapar agar efektif, dan penggunaannya perlu dalam pengawasan tenaga medis.

Memahami penyebab HIV pada pria dan menerapkan langkah pencegahan sejak dini adalah kunci untuk melindungi diri serta menekan angka penularan di masyarakat. Selain itu, penting untuk saling bersikap jujur dan terbuka bila Anda atau pasangan telah terdiagnosis HIV guna melindungi satu sama lain. 

Dengan saling mengetahui status HIV, pasangan dapat melakukan langkah pencegahan bersama, seperti menggunakan kondom, menjalani terapi ARV, atau mempertimbangkan penggunaan PrEP. Selain itu, lakukan pengobatan sedini dan sesegera mungkin guna menekan perkembangan virus HIV.

Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut penjelasan mengenai penyebab HIV pada pria atau merasa memiliki faktor risiko, jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter. Konsultasi dapat dilakukan secara cepat, praktis, dan kerahasiaan Anda terjamin melalui Chat Bersama Dokter di aplikasi ALODOKTER.

Dengan begitu, dokter dapat menjelaskan lebih lanjut dan menyarankan Anda untuk menjalani pemeriksaan kesehatan di klinik atau rumah sakit terdekat. Deteksi dan pengobatan dini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga membantu mencegah penyebaran HIV lebih luas.