Abses hati atau abses hepar adalah kantong berisi nanah yang terbentuk di dalam hati. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan ameba yang masuk ke hati melalui luka tusuk pada perut, atau penyebaran infeksi dari organ pencernaan lain.

Penderita abses hati biasanya mengalami gejala berupa nyeri pada perut bagian kanan atas, demam, serta penyakit kuning. Jika tidak ditangani, abses hati dapat menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal. Sebaliknya, jika mendapatkan penanganan dengan baik, peluang sembuhnya abses hati menjadi lebih besar.

Abses Hati - Alodokter

Penyebab Abses Hati

Abses hati paling sering terjadi karena infeksi bakteri dan ameba. Meski demikian, pada beberapa kasus, abses hati juga bisa terjadi karena infeksi jamur.

Berdasarkan ketiga mikroorganisme penyebab tersebut, abses hati dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu:

  • Abses hati piogenik
    Abses hati piogenik disebabkan oleh infeksi bakteri, umumnya adalah E.coli, Klebsiella, Streptococcus, Staphylococcus, dan bakteri anaerob.
  • Abses hati ameba
    Abses hati ameba disebabkan oleh infeksi ameba. Ameba yang paling sering menyebabkan abses hati adalah Entamoeba histolytica.
  • Abses hati jamur
    Abses jenis ini disebabkan oleh infeksi jamur. Abses hati jamur paling sering disebabkan oleh jamur Candida dan Aspergillus. Umumnya, jenis ini terjadi pada orang dengan daya tahan tubuh yang lemah.

Umumnya, mikroorganisme di atas dapat menyebar hingga ke hati karena adanya infeksi pada organ lain di saluran pencernaan, seperti:

Selain karena infeksi pada saluran pencernaan, abses hati juga dapat terjadi pada orang yang mengalami luka tusuk di hati, atau pernah menjalani operasi di perut.

Faktor risiko abses hati

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya abses hati, yaitu:

  • Berusia di atas 70 tahun
  • Berjenis kelamin laki-laki
  • Memiliki daya tahan tubuh yang lemah
  • Menderita penyakit tertentu, seperti kanker atau diabetes
  • Menderita sirosis
  • Menggunakan obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid dan obat kemoterapi
  • Mengalami malnutrisi
  • Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan

Gejala Abses Hati

Gejala abses hati umumnya mirip dengan gejala peradangan saluran empedu. Beberapa gejala yang dapat dialami penderita abses hati adalah:

  • Nyeri di perut kanan atas yang terus-menerus dan terasa menusuk
  • Demam dan menggigil
  • Keringat berlebih pada malam hari
  • Mual dan muntah
  • Mudah merasa lemas
  • Penyakit kuning
  • Kehilangan nafsu makan
  • Berat badan menurun
  • Tinja berwarna pucat
  • Urine berwarna gelap
  • Diare
  • Batuk

Kapan harus ke dokter

Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan di atas, terutama jika mengalami:

  • Sakit yang parah di perut
  • Demam tinggi yang tidak kunjung membaik
  • Linglung
  • Penurunan kesadaran

Segera cari pertolongan medis jika gejala-gejala tersebut muncul pada saat atau setelah menjalani operasi di area perut.

Diagnosis Abses Hati

Dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala dan riwayat kesehatan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, terutama pada bagian perut, untuk mendeteksi apakah terjadi pembesaran organ hati (hepatomegali).

Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang berikut:

  • Tes darah, untuk memeriksa infeksi dan mengetahui kondisi hati
  • Pemeriksaan feses, untuk mendeteksi ameba yang menjadi penyebab abses hati
  • USG perut, untuk melihat lokasi terbentuknya abses
  • CT scan perut atau MRI perut, untuk melihat kondisi abses secara lebih jelas

Pengobatan Abses Hati

Pengobatan abses hati tergantung pada penyebab, ukuran, dan lokasi abses. Ada beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan, yaitu:

Obat-obatan

Dokter akan meresepkan obat-obatan yang disesuaikan dengan jenis mikroorganisme penyebab abses hati. Pada abses hati piogenik, dokter akan meresepkan antibiotik, seperti tazobactam, amoxicillin, ceftriaxone, dan metronidazole.

Pada abses hati ameba, dokter juga akan meresepkan obat metronidazole. Baik pada abses hati piogenik maupun abses hati ameba, awalnya dokter akan memberikan obat-obatan melalui cairan infus. Selanjutnya, dokter akan meresepkan obat dalam bentuk minum. Umumnya, obat-obatan akan diberikan selama 2–6 minggu.

Sementara pada abses hati jamur, dokter akan memberikan obat antijamur, seperti amphotericin, fluconazole, atau itraconazole.

Prosedur bedah

Selain dengan obat-obatan, dokter juga akan melakukan drainase untuk menghilangkan abses melalui prosedur bedah. Beberapa tindakan bedah yang dapat dilakukan adalah:

  • Pemasangan selang kateter
    Pada prosedur ini, dokter akan memberikan bius lokal dan memasang kateter di area perut dengan panduan USG. Selang kateter tersebut akan mengalirkan nanah keluar tubuh.
  • Laparoskopi
    Pada kasus tertentu, dokter dapat melakukan drainase melalui laparoskopi, yaitu dengan menggunakan tabung kecil dan selang yang dilengkapi kamera serta lampu di ujungnya. Alat ini dimasukkan melalui beberapa sayatan kecil di area perut. Sebelum operasi ini, pasien akan diberikan bius total agar tertidur selama tindakan.
  • Bedah konvensional
    Jika abses hati besar, banyak, atau telah pecah, dokter dapat melakukan bedah konvensional. Pada tindakan ini, dokter akan membuat sayatan yang cukup besar untuk menghilangkan abses. Sama seperti pada laparoskopi, prosedur ini juga didahului pemberian bius total.

Komplikasi Abses Hati

Jika tidak ditangani, abses hati dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:

  • Sepsis
  • Infeksi pada selaput pelindung paru-paru (empiema)
  • Abses pecah dan menimbulkan peradangan pada peritoneum (peritonitis)
  • Penyebaran infeksi ke mata atau otak

Pencegahan Abses Hati

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terbentuknya abses hati, yaitu:

  • Menjalani pengobatan dan mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter jika menderita penyakit infeksi
  • Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama sebelum makan atau setelah menggunakan toilet
  • Mencuci dan membersihkan sayuran dan buah-buahan sebelum mengolah atau memakannya
  • Tidak minum air yang kotor dan belum dimasak
  • Memasak daging hingga benar-benar matang sebelum mengonsumsinya
  • Menjalani kontrol rutin setelah operasi
  • Melakukan hubungan seksual yang sehat dan tidak menyalahgunakan NAPZA agar terhindar dari HIV/AIDS